Chereads / Ana Uhibbuka Fillah / Chapter 1 - 1. Fikri : Pertemuan Pertama Kali Sama Dia

Ana Uhibbuka Fillah

🇮🇩Lia_Reza_Vahlefi
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 74.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 1. Fikri : Pertemuan Pertama Kali Sama Dia

"Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik ." (HR. Ahmad. Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shohih)

FOLLOW DULU Web novel LiaRezaVahlefi SEBELUM MEMBACA.

Chapter akan di private secara acak.

____

D'Media Corp Jakarta.

Hai, Asalamualaikum. Perkenalkan aku Fikri Azka. Ah kalian bisa memanggilku Fikri. Aku adalah seorang pria yang kini berusia 30 Tahun. Aku menjabat sebagai CEO di sebuah perusahaan ternama di kota Jakarta. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyiaran.

Sebenarnya jika di pikir-pikir, seharusnya aku mewarisi perusahaan ternama yang bergerak di bidang real estate milik kakekku.

Tapi, sebuah kejadian di masalalu dan kenyataan pahit membuatku harus menjalankan sebuah amanah besar untuk bisa menjalankan sebuah perusahaan penyiaran yang sebenarnya milik Pak Amran.

Baiklah aku akan sedikit menceritakan kisah masalaluku sebelum kalian mengikuti dan menelusuri kisahku selanjutnya.

Pak Amran adalah tetanggaku sekaligus calon ayah mertua ku dimalasalu. Aku menyukai anaknya yang bernama Devika. Dulu, dia adalah kakak tingkatku dikampus kemudian lulus sarjana gelar S1 Ilmu Komunikasi

Tak lama kemudian, aku juga lulus kuliah. Lalu aku melamarnya dan akan menikah dengannya meskipun saat itu dia sudah menjabat sebagai CEO di sebuah perusahaan penyiaran milik Ayahnya.

Tapi, siapa sangka kalau jodoh, rezeki dan maut hanya Allah Yang Tahu. Aku tidak bisa mengelak saat Allah memberiku ujian ketika Devika mengalami kecelakaan mobil secara beruntun sehingga menyebabkan dia kehilangan nyawanya.

Aku sedih dan aku benar-benar terpukul. Pria mana yang tidak bersedih ketika mencintai seorang wanita bahkan sudah melamarnya namun tiba-tiba Allah berkehendak lain dengan mengambil nyawa wanita tersebut? Tentu saja hal itu akan membuat pria manapun akan terpukul.

Setelah kejadian itu, dengan segala pemikiran yang sudah di pertimbangkan dan disepakati, akhirnya Pak Amran memutuskan untuk menjadikanku kepercayaan sebagai CEO di perusahaan miliknya.

Padahal Pak Amran memiliki putra. Putranya itu bernama Devian. Dia  adalah saudara kembar si Devika. Namun karena profesi Devian adalah seorang dokter yang sudah mengabdi bahkan bersumpah untuk tetap menjalankan profesinya di bidang tenaga medis, maka Pak Amran mempercayakan perusahaannya padaku.

Aku menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannku. Satu jam lagi aku akan berangkat ke kota serambi Mekkah Aceh. Sebuah perjalanan bisnis yang akan aku lakukan untuk kepentingan perusahaan sekaligus bertemu dengan beberapa orang klien untuk melakukan rapat disana.

Selagi menunggunya, Aku menatap sebuah jalanan besar yang begitu padat di bawah sana. Hanya karena melihat banyaknya mobil dan motor serta padatnya lalulintas yang sedang macet dibawah sana tiba-tiba aku merasakan dadaku begitu sesak.

Berulang kali aku berusaha menepis sebuah kenyataan pahit itu. Berulang kali aku berusaha melupakan kepergian Devika yang terjadi karena kecelakaan itu.

Bahkan, berulang kali aku berusaha untuk mengikhlaskan kepergiannya namun ntah kenapa hal itu sangatlah sulit untuk kulakukan.

Devika adalah cinta pertamaku. Devika adalah wanita pertama yang aku lamar setelah aku lulus kuliah meskipun kami berbeda usia dan aku jatuh cinta dengannya.

Perbedaan usia bukanlah kendala untuk bisa saling bersama satu sama lain apalagi untuk berhijrah di jalan Allah.

Terlalu banyak memikirkan Devika seperti yang sudah-sudah aku merasakan ponselku bergetar didalam saku celanaku. Aku mengeluarkan ponselku dan membaca nama panggilan yang terpampang di layarnya.

Bunda calling..

Aku menggeser layar ponselku untuk menerima panggilan tersebut.

"Asalamualaikum. Halo Bunda."

"Wa'alaikumussalam. Ya ampun Fikri Bunda kangen banget sama kamu. Bagaimana keadaan kamu disana? Baik-baik saja kan?"

Aku tersenyum tipis. Aku bisa merasakan bagaimana nada bicara Bunda yang begitu antusias karena merindukanku. Begitupun diriku yang juga merindukannya.

"Alhamdulillah Fikri baik Bun. Bunda sendiri bagaimana? Sehat? Ayah juga kan?"

"Alhamdulillah sehat. Bagaimana dengan pekerjaanmu Nak?"

"Alhamdulillah lancar Bun. Em Bunda sudah makan?"

"Alhamdulillah sudah. Bunda makan bersama seorang wanita di restoran. Dia cantik. Kebetulan anaknya teman Bunda. Sudah gitu solehah lagi. Kata teman Bunda putrinya itu penghapal Al Qur'an loh Fik. Kabar baiknya dia masih single."

Aku memaksakan senyumku. Ya Allah, Ini sudah kesekian kalinya Bunda menawarkan berbagai macam tipe wanita yang di tawarkan kepadaku.

Aku tahu saat ini Bunda memberi kode untukku agar segera menikah. Tapi maaf, untuk saat ini memikirkan jodoh rasanya sangat enggan meskipun kejadian kematian Devika sudah 10 tahun yang lalu. Aku juga tidak perduli jika diluar sana orang-orang menganggapku tidak bisa move on.

Karena setiap cinta punya cerita dan setiap masalalu punya kenangan. Seperti diriku, memiliki masalalu yang sulit di lupakan. Masalalu kelam yang pernah mencintai seorang wanita namun pergi dari dunia ini karena Allah telah mengambil nyawanya.

Suara ketukan pintu terdengar. Aku tahu yang mengetuk pintu adalah sekertaris yang sudah bekerja denganku selama beberapa tahun ini bernama Pak Romi.

Dia memang berusia pertengahan tahun. Tapi jangan meragukan bagaimana keahliannya dalam bekerja denganku.

Aku segera berbicara singkat dengan Bunda sebagai tanda berakhirnya komunikasiku dengannya. Aku pun segera keluar perusahaan menuju bandara untuk segera melakukan penerbangan ke kota Aceh menggunakan pesawat pribadiku.

🥀🥀🥀🥀

Banda Aceh. Pukul 14:00 siang

Cuaca sedang cerah dan begitu panas diluar mobil. Aku merasakan tubuhku sangat lelah dan gerah meskipun saat ini Ac mobil sudah menyala dengan sejuk.

Penerbangan dari kota Jakarta menuju Aceh memang memakan waktu berjam-jam. Tapi aku tidak boleh bersantai-santai dengan kewajiban dan tujuanku ke kota ini.

Sebagai pria dewasa, sudah sepantasnya aku bekerja dengan giat tanpa membuang-buang waktu dengan hal yang tidak penting apalagi korupsi waktu dan berakhir dengan penyesalan.

Korupsi waktu adalah ketika kita tidak bekerja di jam kerja tanpa izin yang jelas atau menggunakan jam kerja untuk keperluan lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Hal ini dilarang oleh syariat dan hendaknya kita menunaikan kewajibannya.

Imam An-Nawawi rahimahullah pun berkata untuk menjelaskan sebuah hadits.

أنه نهى أن يمنع الرجل ما توجه عليه من الحقوق أو يطلب ما لا يستحقه

"Rasulullah melarang seseorang tidak melaksakan kewajiban yang ada padanya atau menuntut apa yang bukan menjadi haknya." (Syarh An-Nawawi 'ala Muslim)

Saat ini, Romi sedang mengemudikkan mobil pribadiku untuk menuju sebuah hotel ternama tempat rapat penting yang akan di adakan satu jam lagi. Kegiatan rapat diruangan balroom sekaligus tempat aku menginap malam ini selama beberapa hari.

Sembari menunggu tiba di lokasi, aku memilih membuka ponselku untuk membaca beberapa headline news-

Ciitttt!!!!

Astaghfirullah, Aku terkejut. Napasku tersengal-sengal hingga degup jantungku berdegup sangat kencang. Aku menatap Romi yang ada di sampingku dan hampir saja aku meluapkan amarahku padanya.

Tanpa diduga Romi keluar begitu saja dari dalam mobilku. Aku merasa cemas dan membuka safety beltku dengan cepat karena Romi hampir saja menabrak seorang wanita bercadar yang kini wanita itu terlihat syok.

Dalam hati aku merasa marah dengan tindakan Romi yang tidak berhati-hati dalam mengemudikan mobilku. Jika saja Romi tidak mengrem mobilku secara mendadak, mungkin wanita bercadar itu bisa tertabrak.

Aku melihat wanita bercadar itu dengan sopannya menolak secara halus pertolongan dari Romi dan aku menyadari kalau wanita itu masih menjaga batasan yang bukan mahramnya. Wanita itu berusaha berdiri dengan tertatih.

Dan satu hal yang membuatku tidak terlepas dari wanita itu. Aku menatap kedua matanya yang bagiku begitu indah. Bahkan hanya sedetik saja aku melupakan sosok Devika yang begitu aku cintai.

"Ya Allah.. maafkan aku."

🥀🥀🥀🥀

Bagaimana part 1 ini? Apakah kalian suka atau tidak? Jika suka Alhamdulillah :)

Dan jika tidak, maafkan aku. Karena alur kehidupanku memang seperti itu.

Sehat selalu buat kalian.

Fikri Azka

____

With Love❤️

LiaRezaVahlefi

Instagram

lia_rezaa_vahlefii