Aletha pertama kali membuka matanya di pagi hari yang cerah ini. Sinar bias cahaya pagi menerobos masuk lewat celah jendela yang semalam lupa ditutup oleh Aletha.
Karena bagaimana ia bisa tak lupa, jika perdebatan tak pentingnya dengan Ryshaka saja telah banyak menyita waktu dan tenaganya.
Dan rutinitas pagi Aletha sedikit berbeda dari yang sebelum-sebelumnya, wanita tersebut bangun beberapa menit lebih awal daripada jam beker yang selalu menjadi musuhnya di pagi hari.
Ternyata menyenangkan juga rasanya jika kita terbangun karena keinginan kita sendiri, bukan lewat raungan jam beker yang selalu berhasil membuat kepala Aletha pening karena telah dibangunkan secara mendadak.
Manik mata Aletha yang sayu karena nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul, menoleh ke arah sisi tempat tidurnya yang lain. Kening Aletha berkerut dalam saat mendapati Ryshaka sudah tak berada di sebelahnya.
Sebelah tangan Aletha terulur kesana untuk sekedar meraba sisi ranjangnya yang lain.