Chereads / GALERI KEJORA / Chapter 6 - SALAH PAHAM

Chapter 6 - SALAH PAHAM

Lima menit yang lalu, bel sudah berbunyi menandakan waktu pembelajaran telah usai. Sekolah sudah hampir sepi, hanya beberapa yang masih berada di sana, itu juga sedang menjalani ekstra kulikuler. Namun Aetra dan Amel belum juga pulang.

Kedua siswi tersebut sedang dilanda musibah. Ban motor Amel bocor dan harus dibawa ke tambal ban dengan segera. Mereka tak tau harus meminta pertolongan siapa.

Seperti tak tau arah, Aetra dan Amel di hampiri oleh seseorang.

"kenapa belum pulang?"

Siswa itu adalah Elang, sebenarnya, dari ujung lapangan, Elang sudah memperhatikan Aetra juga Amel sedari tadi. Heran mengapa kedua gadis itu belum juga pulang sedangkan hari semakin sore.

Aetra dan Amel tampak kebingungan, pasalnya mereka berdua tidak mengenal Elang. Mereka hanya mengingat bahwa Elang adalah seseorang yang suka mencari gara-gara.

Melihat kedua Gadis didepannya seperti orang kebingungan, Elang melambaikan tangannya di hadapan wajah Aetra dan Amel. Tanpa aba-aba, Elang menepuk pundak Aetra.

seketika Aetra terkesiap, apa itu tadi? Elang menyentuhnya? Saat itu pula Aetra langsung menolehkan kepalanya ke arah Amel yang kini sudah sadar dari kebingungan yang sempat terjadi.

Aetra menyikut lengan Amel, dan memberi kode kepadanya melalui kontak mata. Anehnya, Amel mengerti kode dari Aetra. Semudah membalikkan telapak tangan, sikap Amel yang tadinya sinis, kini dengan satu kedipan mata berubah menjadi Gadis yang ramah.

"Lu ga pulang Lang? Temen lu mana? udah sore loh ntar keluarga lo nyariin gimana."

Saat itu juga Elang dibuat pusing dengan pertanyaan yang di ajukan Amel kepadanya secara bertubi-tubi. Mengapa Amel mendadak menjadi ramah begini. Elang heran, namun ia tak begitu perduli.

Mata Elang bergulir dan berhenti tepat di depan ban motor Amel. Sekarang ia tau mengapa Aetra dan Amel belum juga pulang walau matahari sudah hampir setengah.

"Oh, ban motor lu bocor?"

Amel mengangkat bahu acuh, padahal baru saja ia bersikap manis. menanyakan apapun seolah Amel perduli terhadap Elang. Ketika Elang hendak pergi dari sana, Amel mencekal lengannya dan memasang wajah memelas.

"Lu punya kepribadian ganda apa gimana? curiga gue."

"Mau gue kepribadian ganda juga ga ada urusannya sama lo!"

"Buset, santai aja kali. kayak mau di culik alien aja lo."

Perdebatan kedua insan tersebut membuat Aetra muak, sampai kapan mereka akan berhenti? Ini hanya membuang-buang waktu. Aetra tidak mau membuat Ayahnya khawatir.

"Udah deh, jangan berantem! kayak anak kecil tau ga." Ujar Aetra dengan pergelangan tangan yang berada di pinggangnya persis seperti seorang Ibu yang sedang memarahi buah hatinya.

Di tengah pertikaian-nya dengan Amel, Elang melihat Aarav yang baru saja selesai bermain basket. Sontak sebuah ide muncul di kepalanya. Elang berpindah posisi ke hadapan Aetra dan membuat gerakan seolah-olah sedang memeluknya.

Sepasang sahabat itu terheran-heran dengan tingkah Elang yang memeluk dirinya sendiri. Karena Elang yang bersikap aneh, Aetra tak bisa melihat apapun yang ada di depan, sebab tertutup dengan tubuh Elang yang tegap dan tinggi.

Alhasil, Aetra berjinjit untuk bisa melihat sesuatu. Namun sayang, jika melihat dari sisi belakang Elang, yang terlihat hanya sepasang bola mata Aetra saja.

Di sini, di tempat Aarav berdiri, Ia celingak-celinguk menunggu makanannya tiba. Padahal Aarav sudah lapar, dan tepat pada waktunya, pesanannya pun tiba.

Tapi tanpa sengaja, Aarav melihat sepasang netra yang sangat ia hafal. Sorot mata Aarav berubah kala tau siapa orang yang berada di hadapan Aetra. Dan apa itu tadi? Elang memeluk Aetra?

Darah Aarav mendidih, beraninya Elang melakukan seperti itu di depan mata kepalanya sendiri? Lihat saja, Aarav tak akan memberinya ampun sedikit pun.

Bugh!

Mata Elang sontak terpejam kala mendapatkan sebuah pukulan, dan tentu saja itu dari Aarav. Wajah Elang tertoleh dan memasang wajah bingung sekaligus terkejut.

Sama halnya dengan Aetra dan Amel, mereka benar benar terkejut melihat kedatangan Aarav dan dengan tiba-tiba memukul Elang.

Bugh!

Sekali lagi, Aarav memukul wajah Elang. Aarav benar benar mengerahkan seluruh tenaganya membuat Elang oleng dan hampir jatuh.

Elang menatap Aarav dengan sorot yang meremehkan, ia bangkit dan membalas pukulan Aarav dengan dua kali lipat lebih kuat.

BUGH!

Aarav merasakan pukulan itu, benar benar kuat. Ia rasa perutnya sekarang lebam. "Apa apaan tadi? Lo meluk Aetra? What bro, beraninya lo peluk dia sementara ayahnya sendiri berusaha jaga Aetra sebaik mungkin."

Elang tertawa sinis, menertawakan Aarav yang bersikap bodoh tanpa melihat kebenaran terlebih dahulu. Bisa Elang simpulkan, bahwa Aarav adalah orang yang tergesa-gesa.

Dirasa belum juga puas, Elang semakin membuat darah Aarav mendidih, "terserah gue dong, yang peluk Aetra tangan gue, yang peluk dia juga badan gue, kenapa lu yang marah? Emang lu siapanya?"

"Lo-"

"Aarav, gaada yang meluk aku, tenangin emosi kamu."

"Tapi jelas jelas dia meluk lo Aetra, Lo di apain sama Elang? Oh atau lu dibayar berapa sama dia, hah? Gue pikir lo cewe baik baik, eh nyatanya cuman sampul doang." Sinis Aarav yang merasa dirinya telah di bohongi dan lebih memihak kepada Elang.

"R-rav?" Aetra syok, apa maksud pertanyaan Aarav tadi? Apa Aarav berpikir bahwa dirinya adalah perempuan murahan? Pupil Aetra bergetar, menahan air mata yang bisa keluar kapan pun.

"Apa? Bener kan gue?"

Aetra sendiri menggelengkan kepalanya tak percaya. Tak percaya atas apa yang telah Aarav katakan pada dirinya.

PLAK!

Atensi Aetra beralih kepada Amel, Amel yang tak terima dengan perkataan Aarav lantas Langsung menamparnya dengan sekuat tenaga, "Mulut lo lemes banget, melebihi cewe."

Selesai menampar dan memberi cacian pada Aarav, Amel menarik lengan Aetra dan membawanya keluar dari pekarangan sekolah. Ia langsung memesan taksi untuk mereka berdua pulang. Tak perduli dengan keadaan motornya untuk saat ini, yang terpenting ia menenangkan Aetra yang masih terluka atas perkataan Aarav di lapangan tadi.

Disisi lain, Elang merasa puas atas kekacauan yang telah diperbuatnya. Mudah sekali membuat Aarav emosi, pikirnya.

"Waw keren juga ya omongan lo, ckck."

Elang berdecak kagum, terkagum melihat kebodohan Aarav. "Mudah banget membodohi orang kayak lo hahaha."

Setelah mengatakan itu, Elang melengos pergi meninggalkan Aarav sendirian, tak lupa memberi senyum mengejek untuk Aarav.

Aarav yang merasa dibodohi, hanya bisa menyesal atas apa yang telah Ia katakan pada Aetra. Ia sendiri terkejut mengapa mulutnya bisa berkata seperti itu kepada Aetra.

Sekarang bagaimana? Apa yang harus Aarav lakukan? Ini semua terjadi karena Elang dan kebodohannya sendiri. Seandainya Aarav lebih bisa menahan emosinya, seandainya ia percaya dengan apa yang dikatakan oleh Aetra tadi, pasti ini semua tak akan terjadi.

Namun itu semua hanya akan menjadi sebuah kata 'seandainya' dan berakhir dengan penyesalan.

***

Di halaman rumahnya, Akhtar menunggu cemas kepulangan putrinya. Ini sudah hampir Maghrib namun Aetra belum juga pulang. Apa anaknya baik baik saja? Akhtar harap Aetra baik baik saja.

Tak lama, Akhtar melihat sebuah taksi berhenti tepat di depan Rumahnya. Ia melihat Amel dan Aetra turun dari sana. Kekhawatiran Akhtar hilang kala mendapati putrinya baik baik saja.

"Assalamualaikum." Ucap keduanya.

"Waalaikumussalam, kenapa baru pulang nak? Ada kendala tadi ya?"

"Iya om, tadi ban motor Amel bocor."

Akhtar mengangguk paham. Lalu memerintahkan mereka untuk segera masuk, Sebab waktu sudah hampir gelap.

"Udah gelap, Amel nginap aja disini."

Kini, Amel sedang membersihkan dirinya dan Aetra sendiri mencari baju untuk di pakai Amel nanti. Namun ditengah Aetra mencari, ia teringat akan kata kata pedas dari Aarav saat di Lapangan tadi.

Perkataan Aarav benar benar membuat hati Aetra sakit. Apa benar dia perempuan murahan? Aetra menggelengkan kepalanya gusar, tidak, Aetra bukan perempuan seperti itu.

Kata ayah, Aetra anak baik. Aetra bukan anak nakal. Aetra berusaha tidak mencolok di mata laki laki. Tapi kenapa Aarav berkata seperti itu.

Di tengah lamunannya, mendadak Amel datang dengan menepuk bahu Aetra, memperlihatkan raut wajah seperti mengatakan 'ada apa'.

Aetra hanya menggelengkan kepalanya pelan, memberitaukan kepada Amel bahwa dirinya baik baik saja. Dengan cepat, Aetra menemukan bajunya dan langsung ia beri kepada Amel.

Ternyata ukuran badan mereka sama. Baju itu benar benar cocok di kenakan oleh Amel. Aetra tersenyum. Dilihat lihat, wajah mereka hampir sama. Apa karena mereka selalu bersama? Aetra terkekeh kecil memikirkannya.

"Aetra, kamu kenapa senyum senyum sendiri?"

Amel bergidik ngeri, "kamu Aetra kan?"

Mendengar perkataan Amel, Aetra tertawa renyah. Sungguh Aetra benar benar menyayangi seseorang yang kini sedang berada di hadapannya. Jika Tuhan tidak mengirimkan Amel padanya, pasti Aetra akan sering menangis. Walaupun dengan adanya Amel tak membuat rasa sedihnya berkurang banyak, tak apa, itu semua tak bisa mengurangi rasa Syukurnya terhadap nikmat yang telah Tuhan beri.

Akhtar dan Amel, keduanya merupakan orang orang kesayangan Aetra.

"Terimakasih."