Tidak bisa dipungkiri jika ucapan Jingga adalah sebuah kebenaran. Jika bukan siapa-siapa bagi Arseno, itu adalah kenyataannya. Walaupun cincin pernikahan sudah melingkar sempurna di jari tangan Jingga, namun hati Arseno tidak pernah ada Jingga.
"Jingga," ucap Adisty.
"Tidak ada yang bisa dilakukan Adisty. Mereka memang saling mencintai. Aku bisa apa? Aku penggangu dalam hubungan mereka, bukan Nona Selva," ucap Jingga lagi.
Air mata yang sedari tadi mengalir, kini perlahan menyusut yang hanya meninggalkan bekas aliran di wajah Jingga.
Jingga langsung berdiri dari duduknya, sontak membuat Adisty menarik tangan Jingga. Adisty takut kalau Jingga mengambil jalan pintas dalam masalahnya ini. Ya, hanya itu yang Adisty takutkan saat ini. Walaupun Adisty tau kalau Jingga tidak akan mungkin seperti itu, namun apa salahnya berjaga sebelum beneran terjadi?
"Kau mau kemana?" tanya Adisty dengan tegas.
"Pulang. Aku izin yah," jawab Jingga.
"Aku ikut."
"Ikut? Untuk apa?"