"Mama, Mama disini?" tanya Jingga.
Dengan segera Jingga menghapus air matanya yang terjatuh. Seolah tidak ingin terlihat menyedihkan di depan mertuanya.
Nyonya Diva tersenyum memandang wajah Jingga dengan hidung yang sedikit kemerahan. Ya, jelas itu wajah habis menangis. Tidak ada yang bisa membohongi Nyonya Diva.
"Tidak perlu dihapus, Mama sudah melihatnya," ucap Nyonya Diva.
Jingga menghela nafas dengan perlahan.
'Padahal aku sudah janji dengan Kak Abizar kalau tangisan ini tidak boleh lagi dilihat oleh orang lain. Namun aku kalah atas semuanya. Aku kalah berjuang untuk ketegaran hatiku sendiri,' batin Jingga.
Jingga menundukkan kepalanya, merasa enggan menatap bola mata Nyonya Diva yang mungkin akan membuatnya menangis kembali.
"Jingga, kau sudah mencintai Arseno?"
Jingga tersentak mendapat pertanyaan dari Nyonya Diva. Cinta? Apa itu cinta? Pikir Jingga.
"Tidak Mama. Tangisan ini bukan karena saya mencintai Tuan Arseno."
