'Baguslah, semuanya sudah melangkah keluar, setidaknya aku bisa bernafas lega tanpa ada mereka disini,' batin Jingga.
"Jingga kau benar-benar keterlaluan," ujar Adisty.
"Adisty, kau kenapa?" tanya Jingga.
"Jingga, kasihan Tuan Arseno yang serba salah. Kau jangan membuatnya semakin stres karena sikap kamu seperti ini."
"Iya, aku tau. Tapi aku juga bingung mau bagaimana? Jujur kehadiran janin ini membuat aku serba salah. Kau tau bukan? Bukan mauku seperti ini."
"Aku tau ini sulit. Tapi, kalian tetap harus bersama. Tidak mungkin janin ini tumbuh dan dia lahir tidak memiliki Papa. Turunkan egomu. Kasihan juga Tuan Arseno yang sudah berjuang sejauh ini hanya untukmu. Dia tidak salah Jingga. Kau tau itu bukan? Jika Tuan Arseno diminta untuk memilih, maka dia tidak akan memilih untuk menjadi penabrak itu."
Jingga terdiam mendengar ucapan Adisty. Memang Jingga serba salah, tidak ada yang bisa dilakukan, hanya menerima Arseno yang menjadi sebuah pilihan.