Jam berlalu, tepat jam tujuh malam, Arseno dan Jingga makan bersama. Suasana tampak hening tanpa ada percakapan yang serius. Wajah Jingga terlihat kacau namun dirinya masih menampakkan senyumannya.
'Jingga, kau pasti sangat marah. Tapi, kau tidak menunjukkannya kepadaku. Kau hanya diam dan memeluk tubuhku. Entah apa yang kau pikirkan,' batin Arseno.
Tak terasa, dua puluh menit makan bersama, kini makanan di piring mereka masing-masing telah habis tak tersisa. Begitupun Jingga yang sudah semangat makan karena sudah ada Arseno disampingnya. Itu sudah cukup membuat Jingga lega.
Setelah jam makan malam, Jingga dan Arseno kembali ke kamar mereka untuk mengistirahatkan tubuh mereka masing-masing. Tanpa ada kata-kata yang terucap, mereka asyik dengan pikirannya masing-masing.
'Aku ingin memulai percakapan, tapi kenapa Jingga terlihat sangat marah? Tadi perasaan dia baik-baik saja?' pikir Arseno.