Beberapa hari berlalu sejak kunjungan ke pemakaman. Setiap hari, Arseno sering terdiam, seolah memikirkan tentang kecelakaan yang menyebabkan kedua orang tua Jingga tiada. Entah kenapa, setiap mengingat perkataan Jingga, yang terlintas di kepala Arseno malah kejadian disaat dirinya mengalami kecelakaan.
Memang, Arseno tidak ingat kejadian itu dengan baik, namun samar-samar kejadian itu terekam dalam otaknya. Sakit, sangat sakit sekali rasanya. Entah kenapa, semuanya kembali teringat tepat disaat Jingga memberitahu lokasi kecelakaannya.
Kini, di dalam ruangan kerja Arseno, Arseno berdiam diri tepat di depan jendela ruangannya yang sangat besar. Arseno menatap gedung-gedung yang berderatan dihadapannya.
Entah kenapa, rasanya sangat aneh, semuanya memang kebetulan pada tahun yang sama atau memang ada kaitannya? Arseno benar-benar tidak bisa mengingatnya. Mencoba mengingat lokasi kejadian pun Arseno terasa sangat sulit.
Arseno menarik nafasnya dan menghembuskan dengan perlahan.