'Bertahanlah, Nona. Kau kuat, aku tau itu. Kembalilah dengan wajah ceria dan semangat seperti biasa yang kau tampakkan kepada kami semuanya. Ya, kami merindukan senyumanmu,' batin Sekretaris Niko.
Arseno dan juga Sekretaris Niko saling berdiam diri. Seolah larut dalam pikiran masing-masing. Arseno yang memikirkan Jingga sedangkan Sekretaris Niko yang memikirkan Adisty.
Hingga, satu jam berlalu. Kini suara ketukan pintu membuyarkan Arseno dan juga Sekretaris Niko yang tengah asyik dengan pikirannya masing-masing.
Sekretaris Niko yang menyadari ketukan pintu itu, langsung beranjak untuk membukakan pintu, namun belum sampai Sekretaris Niko memegang gagang pintu, namun, pintu tersebut sudah terbuka lebar.
Seorang pria muda dan gagah kini berada tepat di depan Sekretaris Niko. Ya, orang tersebut adalah Ayden. Orang yang mereka tunggu selama satu jam lamanya.
"Maaf, tadi di luar sangat macet. Kenapa kalian disini? Siapa yang sakit?" tanya Ayden tergesa-gesa.