Hari demi hari berlalu. Satu bulan tepat setelah liburan itu. Keseharian berjalan dengan semestinya, tidak ada yang perlu dikhwatirkan. Jingga dan Arseno semakin saling mencintai. Gengaman semakin hari semakin kuat, seolah tiada ada lelahnya.
Maklum, pengantin baru, memang seperti itu. Seolah ada lem yang merekat hingga membuat mereka senantiasa menempel. Arseno pun selalu menelpon Jingga diwaktu bekerja membuat Jingga sedikit risih dan kesulitan untuk konsentrasi dengan baik.
Ya, itulah Arseno. Sekali mencintai, akan mencintai begitu dalam. Seolah tidak ada celah sama sekali untuk mereka berpisah. Orang yang melihatnya pun akan sangat senang karena Arseno yang terkenal dingin perlahan mulai melunak dengan kehadiran Jingga dalam hidupnya.
Namun, setiap pagi, ada wajah yang selalu murung. Tentu, itu wajah Jingga. Menatap cermin yang ada di dalam kamar mandi sambil sesekali menatap benda tipis dan kecil yang ada di tangannya.