Seperti anak muda pada umumnya yang sedang putus cinta. Begitupun dengan Jingga. Padahal yang memutuskan berpisah adalah Jingga, namun Jingga sendiri yang merasakan kehancuran itu.
Tidak ada yang salah pada Jingga, Jingga wanita yang hanya ingin menyelamatkan hatinya. Takut jika kejadian yang dahulu kembali terulang. Ya, setakut itu Jingga dalam menjalani percintaannya.
"Jingga," teriak Adisty langsung menggema di seluruh butik, membuat Jingga tersadar dari lamunannya.
Kini Adisty terlihat sudah menaiki tangga dan langsung mendekatkan Jingga yang duduk di kursi kerjanya.
"Kau kenapa, Adisty? Tidak berteriak juga bisa kan?" marah Jingga.
"Kau yang kenapa?"
"Kenapa? Aku kenapa?"
"Kenapa tidak bilang kalau barang datang hari ini? Dan kenapa tidak bilang kalau kau pesan barang sampai satu truk?" tanya Adisty dengan wajah kesalnya.
Tangan yang di sangkutkan di pinggulnya menambah kesan Adisty dalam mode marah yang serius.