Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Has the World turn Gray?

🇮🇩ndewi
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.3k
Views
Synopsis
Apa Kamu Bahagia? Jika kamu bertanya sebelum hari dimana dunia berubah menjadi warna abu-abu, aku mungkin akan menjawab 'terkadang'. Jika kamu bertanya sesudah duniaku menjadi warna abu-abu, aku mungkin masih bisa menjawab 'terkadang'. Tapi, jika kamu bertanya disaat dunia sedang berada di ambang kehancuran, aku akan menjawab 'Ya'. Kenapa? Perjalanan panjang yang akan aku lewati, membuka mataku tentang apa artinya kebahagiaan. Mungkin, kamupun disaat-saat kamu berpikir dunia akan hancur, akan menemukan kebahagiaan yang tak terduga.

Table of contents

Latest Update1
Intro3 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Intro

Dunia di hadapan mataku sekarang penuh dengan kekacauan, bangunan kota yang dulunya berdiri megah dan angkuh kini telah roboh dan hancur, hanya menyisahkan puing-puing tak berbentuk. Langit kebiruan dan awan putih telah berubah menjadi langit kemerahan dan  awan gelap yang mengintimidasi. Suara ledakan dan letusan senjata terdengar dari segala arah diikuti dengan suara ratap dan tangis. Orang-orang berjalan bergerombol dengan dikawal para tentara yang entah datang dari mana, berjalan menelusuri senja yang seperti tak ada habisnya.

Sesekali, terdengar suara isak tangis anak-anak dalam gendongan ayah mereka, perasaan takut dan tidak berdaya tergambar jelas di wajah setiap orang yang ada disini. Di barisan seberang, seorang anak lelaki yang cukup berani – bodoh – berusaha untuk menerobos lingkaran para tentara yang sedang berdiri menodongkan sejata.

'bang' suara senjata ditembakkan.

Tubuhnya jatuh dengan mata yang masih terbuka dan darah yang mengucur dari kepalanya, Suara tangis dari mereka yang berada disekitar menjadi lebih keras terdengar, mata dingin para tentara bagaikan sebilah pisau tajam yang siap menusuk siapa saja, membawa rasa takut dari ujung kaki ke ujung kepala.

 'Ah, satu lagi orang bodoh pergi begitu saja.'

Tubuhnya hanya dibiarkan tergeletak begitu saja, sebagaimana Ia terjatuh. Tak lama lagi akan ada kerumunan burung pemakan bangkai yang datang mengerumuni tubuh si anak malang itu, sama seperti yang terjadi pada mereka  yang lain yang bernasib naas sepertinya.

'Apakah kita telah sampai ke akhir dunia? Apa ini yang disebut dengan kiamat?' Satu kalimat yang terlintas di kepala semua orang yang ada disini, ah tidak, mungkin semua orang di seluruh dunia.

Tak seperti yang dituliskan di berbagai kitab suci dan tak juga seperti yang diprediksi oleh bangsa-bangsa dan suku-suku kuno. Kutundukan kepalaku menatap tangan yang terbelenggu besi dan terkunci magnet, teknologi aneh yang baru pertama kali aku lihat. Pandanganku tertuju ke atas, ke sebuah pesawat yang sedang mengudara, bentuknya aneh dan sangat lebar tak seperti pesawat komersial maupun militer milik kita, bayangannya mungkin mampu menutup sebuah kota dan senjatanya mampu membumi hanguskan sebuah benua.

Semua mimpi buruk ini di mulai pada tanggal 31 Desember pada tahun 2075 pukul 23.54. Akhir tahun yang selalu kita rayakan benar-benar menjadi akhir bagi kita, sebuah kiamat yang datang seperti meteor pada jaman dinosourus, bedanya, kita dijatuhi berbagai macam tembakan bak kembang api yang cantik di tengah malam tahun baru.