Happy reading
*****
Esma memperhatikan Aldrich yang terlihat lebih bahagia dari sebelumnya. Sembari menuangkan air ke gelas Aldrich, perempuan itu pun bertanya. "Sepertinya Anda sedang senang, Tuan."
Aldrich langsung tersadar. Pria itu melihat Esma. "Tidak ada." Ia menormalkan kembali ekspresinya. "Kalau sudah, kau boleh kembali."
Esma mengangguk dan berlalu pergi. Aldrich memakan makanannya dengan khidmat. Tak jarang pula pikirannya terngiang akan senyuman Aretha. "Lagi-lagi perasaan mengganggu ini muncul."
Aldrich berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Kamarnya terasa lebih sepi dan dingin dari biasanya. Biasanya akan ada seorang perempuan---Aretha---yang tidur memunggunginya, sekarang tidak ada.
Aldrich menyalakan puntung rokoknya. Ia berjalan ke arah balkon. Tatapannya tertuju pada bulan purnama yang begitu indah malam ini, tak ada sedikit pun awan yang menutupinya.