Plakkkkk.....
Sebuah tamparan keras mendarat di wajah gadis kecil yang saat ini sedang berdiri di tengah jalan.
"Kenapa kamu menamparku Kakak? Tamparanmu tidak berpengaruh padaku. Aku akan tetap melakukanya demi papa. "
"Apa kamu bodoh. Biaya operasi Ayah 4 meliar kamu pikir dengan seratus juta ayah bisa dioperasi? Kamu mengorbankan mahkotamu demi Ayah? Jangankan seratus juta, 1 miliar saja belum cukup untuk biaya operasi papa."
"Jelaskan pada kakak Jika, malam ini kamu korbankan mahkotamu lalu apa uang seratus juta itu bisa menyembuhkan ayah dalam semalam?"
Tanya Ello pada adiknya Seli yang saat itu ingin menjual dirinya di tempat wanita malam demi biaya operasi ayahnya, Untungnya Ello cepat datang menghentikan semua itu jika dia telat semenit saja maka adiknya sudah ditiduri sama om-om yang membeli tubuh Seli.
Ello berucap pada Seli dengan air mata yang mengalir sambil menatap tajam gadis kecil berusia 17 tahun di hadapanya itu, Seli pun ikut menangis menatap kakanya dengan terus menundukan kepalanya ke bawah sambil menangis dengan suara sengukanya.
"Katakan padaku apa yang harus kita lakukan kakak? Hiks... Dalam waktu 8 jam nyawa Ayah terancam jangankan 4 miliar untuk sejuta saja kita tidak mampu mendapatkanya dalam semalam."
Berucap dan terus menangis di hadapanya kakaknya, Seli.
"Apa aku harus duduk dan menangis saja melihat ayah menghembuskan nafas terakhir di hadapanku tanpa berbuat usaha menolong nyawanya?"
"Kenapa... ? Mengapa kamu menghentikan aku ka?" suara deru tangis Seli semakin keras dan meninggi air mata terus mengalir di bawah sana.
Air mata penuh keputusasaan datang dari empat mata yang indah, suasana yang sepi dijalanan diisi dengan tangis adik kakak itu, perasaaan bercampur aduk harus melakukan apa demi menolong sang ayah yang saat ini kritis dirumah sakit dan tidak diurusi pihak rumah sakit karena tidak ada biaya bayaran untuk pasien.
Langkahan kaki berat menghadapi kenyataan hidup yang dulu diwarnai kemewahan kini hilang dalam semalam, Kemana harus mencari disituasi yang penuh dengan air mata, Seli terjatuh lemas di aspal dengan kedua lututnya menempel di aspal jalan butiran bening mengalir deras dari mata yang membasahi aspal nan hitam itu.
Ello ikut membungkukan tubuh ke bawah memberi kekuatan pada sang adik bahwa semua baik-baik saja, dengan penuh rasa sakit hati Seli menumpahkan tangisnya di pelukan sang kakak, suara sengukan tangis kedua kakak dan adik itu memenuhi jalanan malam itu.
Ello ikut menangis maratapi nasib keluarga mereka yang hancur dalam sehari,
Orang-orang yang dulu sangat menghormati mereka kini berlalu lalang dijalan dengan membuang ludah pada mereka setiap kali melihat keduanya, Ello sadar bahwa hal itu terjadi karena berita tentang ayahnya sudah beredar di masyarakat.
Yang mengatakan bahwa ayah Ello adalah seorang korupsi besar yang mendapatkan kekayaan dengan uang gelap, kini semua aset kekayaan mereka ditariik oleh pihak bank mobil , kartu kredit perusahaaa, dan uang asuransi di bank semuanya direbut oleh pihak bank untuk membayar semua hutang-hutang papanya, yang tersisa hanyalah rumah itu pun belum ada kepastian apakah rumah yang mereka tempati akan disita juga.
Hal itulah yang membuat papanya serangan jantung dan dibawa ke rumah sakit namun, mereka diberitahu dokter bahwa jantung papanya normal ada kendala di otaknya yaitu tomor otak papanya.
Jika tidak dilakukan operasi besok pagi maka nyawa papanya tidak akan selamat dan, jika mereka menyetujuinya maka harus siap membayar biaya adminstrasi operasi 4 miliar untuk operasi besar itu. Kini sang Ayah hanya terbaring koma di ruang perawatan biasa saja, mereka diberi waktu hanya malam ini untuk menuntaskan uang adminstrasi karena tidak memiliki uang akhirnya Ello meminta kelongaran pihak rumah sakit memberi mereka waktu 8 jam untuk mencari pinjaman uang.
Seli tidak tega melihat kakanya berjuang sendiri ia ingin membantu sang kakak namun, cara satu-satunya adalah menjual dirinya tapi, sayang rencananya digagalkan oleh kakaknya kini Seli tidak tahu cara apa yang harus ia lakukan demi membantu sang kakak.
Ello mengelus lembut rambut sang adik ia meminta agar Seli pergi menunggu papanya di rumah sakit, ia yang mencari uang, kebetulan Ia bekerja di salah satu restoran terkenal di kota A ia meyakinkan, Seli bahwa Ia pasti akan mendapatkan uang itu. Seli bertanya mamanya di mana Ello hanya menjawab bahwa ia tidak tahu, sejak mamanya mengetahui papanya bangkrut entah ke mana wanita itu sampai sekarang Ello tidak menemukan mamanya sampai saat ini.
Bersambung