Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Crack of the Armageddon

🇮🇩Artica
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.1k
Views
Synopsis
Leon, seseorang yang memiliki ingatan dari kehidupan yang sebelumnya, tidak pernah melupakan hari itu, hari dimana segalanya berubah. Berpartisipasi menjadi wajib militer, Leon berangkat menuju perbatasan sebagai salah satu tentara kekaisaran untuk membasmi monster-monster yang mengamuk. Meskipun begitu, kata-kata itu hanyalah omong kosong. Terdapat kegelapan kekaisaran yang menyertai dalam perjalanannya. Genre : Action, Adventure, Fantasy, Magic, Romance, War.

Table of contents

Latest Update1
Prolog3 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

"Bukankah kamu sudah terlalu banyak minum, Leon?"

Gadis dengan rambut pirang bob yang berseberangan meja dengan pemuda rambut hitam acak-acakan itu memiliki kening berkerut. Meski dia sudah setengah mabuk, entah bagaimana gadis itu masih memiliki penglihatan yang cukup baik untuk mengkhawatirkan teman masa kecilnya.

"Apa maksudmu, Nora? Ini sama sekali bukan masalah besar bagiku!" Leon mengatur napas. Dia tidak lagi dapat berpikir jernih setelah menenggak gelas ketujuhnya.

Nora hanya terdiam sembari menatap keruh. Dia tahu dan mengerti apa yang sedang terjadi pada keluarga teman masa kecilnya—seperti halnya yang terjadi pada keluarga-keluarga rakyat jelata yang tinggal di distrik kumuh ibukota kekaisaran pada umumnya.

"Hei, dengarkan aku. Aku sudah meluangkan waktu dari pekerjaanku hari ini untuk memberi masukan kepadamu, Leon. Setidaknya, kamu harus memutuskan apa yang ingin—" Kata-kata Nora terhenti.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan? Bukankah ini seperti sudah ditakdirkan untukku secara pasti? Jika kau bisa mengubahnya, memangnya apa yang bisa kau lakukan untukku?" Leon mendengus, kepalanya terjatuh ke meja akibat rasa pusing yang dideritanya.

"Kuh, jika kamu terus bersikap seperti ini, aku tidak akan pernah membantumu lagi!" Nora bangkit, menggebrak meja dan segera pergi meninggalkan bar.

"Ya! Pergilah! Cari seorang pria dan segera dapatkan uang!" Leon kesal dengan sikap Nora.

Bagi Leon, seharusnya Nora—yang berprofesi sebagai penghibur malam di sebuah distrik lampu merah—dapat meluangkan waktu untuknya dan memberi sebuah nasehat yang bermanfaat baginya. Akan tetapi, harapan itu mungkin berlebihan jika ditujukan kepada Nora yang merupakan seorang gadis yang sama sekali tidak berpendidikan.

Bermodalkan wajah yang sedikit cantik diantara para rakyat jelata, Nora dapat mencari biaya penghidupan yang sedikit lebih mudah jika dibandingkan dengan Leon yang hanya dapat bekerja sebagai seorang buruh kasar.

Meski suasara bar sangat ramai, tidak ada satupun yang mempedulikan pertengkaran dua orang tersebut. Masing-masing memiliki masalah mereka sendiri.

Terdapat beberapa orang yang terlibat pertengkaran di sudut bar dan tidak ada satupun yang ingin menghentikan mereka, beberapa yang lain tertawa lepas dan bercengkrama seperti mereka hidup tanpa memiliki beban, beberapa yang lain berjudi dengan mempertaruhkan semua uang mereka. Namun, semua orang yang datang ke bar kumuh memiliki tujuan utama untuk melupakan masalah mereka saat ini.

Beberapa malam telah berlalu setelah istana kekaisaran mengumumkan tanggal keberangkatan ekspedisi militer ke perbatasan.

Suasana distrik kumuh menjadi runyam. Semua keluarga diperintahkan untuk mengirim anggota keluarga laki-laki mereka yang masih berada dalam usia produktif.

Tentu, berbeda dengan era modern, di dunia ini menginjak usia 15 tahun merupakan tanda kedewasaan. Akan tetapi hal itu hanya merupakan kebiasaan yang dimiliki oleh para bangsawan dan pedagang kaya, anak-anak para rakyat jelata yang miskin telah diperintahkan untuk membantu pekerjaan orang tua mereka bahkan saat mereka masih sangat belia.

Setelah sakit kepalanya sedikit mereda, Leon dengan lelah menatap pintu bar dimana Nora pergi meninggalkannya, "Kurasa, aku terlalu berlebihan tadi..."

Ada rasa penyesalan, Leon bangkit dan merogoh kantung celananya. Mau bagaimanapun, dia tetap bertanggung jawab atas apa yang Nora pesan karena Leonlah yang mengajaknya minum.

"Berapa tagihannya?" Saat Leon mengatakan itu, bartender menatap keruh kepada Leon tanpa menunjukkan sedikitpun gestur merendahkan.

"Tidak perlu, gadis itu sudah membayarnya," jawab Bartender.

"Begitu... aku harus minta maaf kepadanya," timpal Leon.

"Nah, kuharap hubungan kalian tetap berjalan lancar." Bartender membuat senyuman kecil.

Leon memiliki keinginan untuk menolak, akan tetapi dia hanya diam untuk menjaga martabat teman masa kecilnya. Bahkan untuknya, Leon sangat pilih-pilih jika itu adalah hubungan tingkat lanjut yang akan berakhir menuju jenjang pernikahan. Tidak mungkin bagi Leon untuk memilih Nora sebagai pasangan kecuali jika itu hanya sebatas hubungan satu malam.

Leon pergi meninggalkan bar dalam keadaan linglung. Langkah kakinya sedikit terseok di tengah gelapnya jalanan. Tidak ada orang yang berniat mendekatinya meski di lingkungan sekitarnya terdapat banyak pencuri dan pencopet yang mencari mangsa.

Sederhana, Leon adalah orang miskin. Dia juga merupakan orang lokal yang telah dikenal oleh penduduk sekitar dan para preman jalanan.

Bagi mereka, tidak ada gunanya merampok orang yang tidak mempunyai sesuatu untuk dirampok. Selain itu, meskipun para preman pernah sengaja mencari masalah dengannya, pertengkaran itu hanya akan menghasilkan kerugian bagi kedua belah pihak karena Leon memiliki kekuatan yang dapat dikatakan "sedikit" lebih kuat dibandingkan dengan orang biasa.

Kriett.

Leon membuka pintu kayu rumahnya yang kusam dan terlihat hampir lapuk. Itu merupakan rumah kumuh yang terlihat lusuh diantara beberapa bangunan kumuh lainnya. Dindingnya terbuat dari kayu dan sedikit batu sebagai penyangga, namun pondasinya dapat dikatakan kuat jika itu hanya untuk menghalau badai dan angin kencang.

"Aku pulang..." Perhatian Leon teralihkan kepada sesuatu yang menurutnya tidak seperti biasanya.

Leon mendekat. Ruang makan terdapat cahaya lilin redup. Penerangan itu sangat dirasa kurang jika seseorang dari era modern yang menggunakannya. Namun, akal sehat dunia ini menilai bahkan cahaya redup sangatlah terang karena harga penerangan benar-benar sangat mahal untuk dunia yang mirip seperti abad pertengahan yang Leon tinggali.

"Kakak? Apa yang sedang kamu lakukan?" Leon sejenak mengintip sebelum memasuki sekat ruang makan.

"Ah... maaf karena tidak menyambutmu, Leon. Aku hanya..." Gadis dengan rambut panjang itu menyembunyikan apa yang ada pada kedua tangannya di bawah meja. Wajahnya yang sedikit cantik dibandingkan dengan gadis seusianya terkesan bingung mencari-cari alasan.

Leon mendekati kakaknya dengan pembawaan tenang dan duduk di sisi lain meja makan, tidak sekalipun berniat untuk mencari tahu apa yang kakaknya baru saja sembunyikan darinya, "Jika kakak mencari uang tambahan, bukankah aku sudah mengatakan bahwa kamu tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, bukan?"

Leon mengira kakak perempuannya menjahit sesuatu untuk dijual. Jika tidak, itu adalah boneka atau hiasan tangan yang mungkin bernilai jika itu dijual di pasar ibukota.

Hal ini bukannya tidak beralasan. Kakak Leon telah kehilangan kemampuan untuk menggerakkan kedua kakinya sejak kecil. Kini, dia hanya dapat bergerak jika ada seseorang yang memampah atau mendorong kursi rodanya. Jika tidak, Eila harus menggerakkan roda berat yang berada di kedua sisi kursi rodanya dengan paksa.

Elia—kakak perempuan Leon—memasang ekspresi sedih, "Maaf... aku... hanya ingin sedikit membantumu..."

Leon tersenyum kecil, "Tidak apa-apa, tidak perlu memikirkannya."

"Um..." Elia tidak yakin bagaimana harus mengatakannya, tetapi ekspresi lembut yang adiknya tunjukkan membuat Elia memberanikan diri, "Apakah kamu... akan berangkat besok?"

Sesaat, wajah Leon tampak menegang. Itu hanya berlangsung sepersekian detik sehingga Elia tidak menyadarinya.

"Iya... aku sudah memutuskannya. Aku juga tidak ingin membuat keluarga kita mendapat pajak yang lebih berat dari ini." Leon teringat kembali akan ancaman yang diberikan oleh para ksatria saat mendengar pengumuman ekspedisi militer itu.

Pajak yang lebih berat serta pemaksaan beban hutang atas kebutuhan "perang" akan diberikan kepada rakyat jelata yang menolak untuk berpartisipasi sebagai wajib militer. Akan tetapi, ancaman itu mungkin terlihat sangat baik. Pada kenyataannya, rakyat jelata yang menolak—terlebih berasal dari daerah kumuh—akan menjalani hidupnya dalam kesengsaraan di masa depan.

Semua aset mereka akan disita, keluarga mereka pasti akan diwajibkan untuk melakukan pekerjaan berat yang diperintahkan oleh para bangsawan tanpa dibayar sepeserpun, bahkan tidak jarang kebanyakan dari mereka pada akhirnya jatuh menjadi budak karena tidak mampu untuk membayar hutang-hutang yang dibebankan kepada mereka secara paksa.

Leon tersenyum, entah mengapa pembawaannya memberi Eila ketenangan, "Tidak perlu khawatir, aku sudah meminta Nora untuk mengurus kebutuhan kakak selama aku pergi."

"Leon..." Suara Elia terdengar bergetar, namun ia memaksakan diri untuk tetap tersenyum, "Berjanjilah untuk segera kembali."

"Ya..." Leon tidak yakin dengan kata-katanya, "Aku berjanji."

Ekspedisi yang diumumkan adalah kampanye militer untuk memusnahkan aktivitas para monster yang meningkat di perbatasan. Jika itu adalah hewan liar biasa seperti beruang atau harimau, Leon merasa percaya diri untuk menghadapinya.

Akan tetapi, itu berbeda jika menyangkut monster. Kebanyakan monster adalah hewan yang memiliki kemampuan sihir sehingga setiap bentuk kemampuan mereka meningkat. Bahkan salah satu diantara jenis mereka memiliki kemampuan atau serangan sihir yang menjadikan mereka sangat berbahaya bagi rakyat jelata yang tidak dapat menggunakan sihir seperti Leon.

Leon mendorong kursi roda Eila menuju kamar kakaknya dan memindahkannya ke tempat tidurnya yang sangat keras, meski itu sudah cukup bagi mereka untuk dapat terlelap.

Menunggu Eila tertidur di samping tempat tidurnya untuk menenangkannya, tatapan Leon beralih menuju kaca jendela yang menampilkan ribuan bintang-bintang yang menghiasi langit malam ibukota.

Dia berpikir untuk bermain aman selama perjalanan ekspedisi dan kembali secepat mungkin, salah satu diantara alasan yang ia miliki adalah kekhawatirannya terhadap kakak perempuannya, Eila. Akan tetapi alasan terbesarnya bukanlah hal tersebut.

Leon memiliki sebuah rahasia, dia adalah reinkarnator dari dunia lain yang disebut bumi.

Banyak barang-barang taktis dan buku-buku dari ingatannya dari kehidupan sebelumnya yang dia sembunyikan di tempat tinggalnya.

Jika ada seseorang dari dunia ini yang membaca catatannya, besar kemungkinan bahwa dia tidak akan dapat memahami apapun karena bahasa yang Leon tulis adalah bahasa dari dunia lamanya. Akan tetapi itu sangat berbeda jika menyangkut alat-alat taktis, itu bisa menjadi hal yang berbahaya jika seseorang dapat mengembangkannya menjadi alat peperangan.

Leon telah menyembunyikan kemampuan dirinya selama lebih dari 16 tahun dirinya telah hidup, bahkan dari kakak perempuannya yang saat ini merupakan anggota keluarganya yang tersisa.

Eila pernah bertanya mengenai ide Leon saat membuat sebuah kursi roda untuknya, namun Leon berkilah bahwa dia mendapat inspirasi dari alat yang digunakan orang-orang kaya yang telah lumpuh di ibukota.

Sebenarnya, Eila sedikit menaruh curiga terhadap Leon karena dia tahu jika adiknya sama seperti dirinya yang buta huruf dan bodoh. Akan tetapi untuk menghormati niat tulus Leon, Eila tidak sekalipun pernah mengutarakan kecurigaannya.

Ibu yang telah meninggal tepat setelah melahirkan Leon dan ayah yang beberapa tahun lalu menghilang entah kemana, satu-satunya yang kini Eila miliki adalah adiknya seorang. Dia benar-benar tidak ingin terpisah dari satu-satunya keluarganya, yang tidak mungkin dia ungkapkan.

Melihat ketidaktenangan yang Eila tampakkan dalam tidurnya, Leon membulatkan tekad untuk dapat kembali dengan selamat.

----------------