Ethan, seorang remaja SMA yang mempunyai hobi aneh, dia sangat suka mengoleksi banyak senjata api.
Entah bagaimana ia mendapatkannya ataupun di mana ia membelinya, yang pasti, itu adalah transaksi ilegal, dan tentu, Ethan mengetahui bahwa hal itu ilegal.
Bagaimana ia menyelundupkannya?
Dengan koneksinya? Tidak.
Jabatannya? Tidak.
Dia hanya anak orang kaya yang bahkan tidak terlalu berpengaruh dalam pekerjaannya.
*Tringgg
Suara bel masuk berbunyi...
Para siswa mulai masuk ke kelasnya masing masing, sedangkan Ethan masih tertidur di meja kelasnya.
Saat ini, seorang wanita cantik memasuki ruangan tersebut sambil membawa barang barangnya, dia adalah guru yang bertugas mengajar pelajaran Matematika.
Para siswa memberi salam untuk guru cantik yang masuk ke kelas mereka, sedangkan Ethan terbangun dengan terkejut sambil mengikuti salam para siswa lainnya.
Apakah Ethan adalah orang yang ceroboh? Itu mungkin, tetapi tidak.
Sikapnya yang ceroboh itu untuk menutupi identitas aslinya, dan termasuk hobinya juga, karena, ia bahkan selalu membawa sebuah pistol untuk berjaga jaga di balik pinggangnya (celana bagian sabuk).
Pelajaran dimulai, dan aktivitas mereka berjalan dengan lancar.
*Tringgg
Bel istirahat berbunyi...
Ethan bertingkah seperti siswa lainnya, menuju ke kantin untuk sarapan siangnya.
Seorang wanita diam diam mengikutinya dari belakang, terkadang ia menoleh ke arah lain untuk mengakihkan perhatian agar tak dicurigai orang lain.
Wanita itu sangat cantik dan manis, apa dia adalah seorang bunga sekolah? Tentu saja!
Apa alasannya mengikuti sanng MC kita? Apakah dia menyukainya? Atau dia memerlukan sesuatu? Atau jangan ja-
*Berisik bgsd.
Ethan telah menemukan kursi untuk sarapannya, memesan makanan dan...
"A-Apakah kursi ini kosong?" (??)
"T-Tentu." (Ethan) Ucapnya gugup ketika melihat wajah cantik dan manis wanita itu.
Hey, dia tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya! Angin apa yang membawa wanita cantik kemari?
"Etto... Bolehkah aku duduk?" (??)
"Si-Silahkan." (Ethan) Ucapnya yang masih memandangi wajah wanita itu tanpa mengedipkan matanya sama sekali.
"Apakah... Ada sesuatu yang salah... Umm... Di wajahku?" (??)
"....Tidak, tentu saja tidak. Itu karena kamu terlihat sangat cantik, itu saja." (Ethan) Ucapnya yang berusaha untuk mengubah nadanya menjadi formal dan seolah olah membenahkan dasinya yang padahal tidak terlihat berantakan.
"Umm... Terimakasih, E-Ethan-kun." (??)
*Puuffftt!!!
'-K..Kun?!... D-Dan!!!! Bagaimana ia mengetahui namaku?! Apa aku seterkenal itu?...' Benak Ethan.
"Etto... Sama sama..." (Ethan) Ucapnya terhenti.
"Elena, namaku Elena Prise." (Elena)
"Em, sama sama, Prise-sa..." (Ethan) Ucapnya terhenti lagi.
".... -chan... I-Ingat itu... d-dan panggil nama depanku saja, E-Ethan-Kun." (Elena) Ucapnya gugup.
"Baiklah, E.. Elena-chan." (Ethan)
*Blushed
Mereka menundukkan wajah mereka secara bersamaan untuk menutupi wajah mereka yang merona merah semerah tomat.
Sepertinya mereka saling mencintai? Yah... Itu bagus.
*Readers : Lho kok jdi romance?
*Author : Jiahahaha!!!.... tak peduli.
Elena memesan makanannya untuk menutupi kecanggungan yang terjadi.
Banyak murid yang menatap Ethan dengan iri serta cemburu, walaupun mereka berdua memang sangat cocok jika menjadi pasangan.
Elena mendekati Ethan karena dia ingin untuk mengenal Ethan lebih dekat, apa alasannya? Entah, sayapun tak tahu.
Apakah dia sebelumnya mencintai Ethan secara diam diam? Atau dia sekarang ingin mengungkapkan perasaannya? Atau dia ingin-
*Udah gue bilang, brisik lu anj!
Ethan dan Elena menghabiskan makannya bersama dan saling bertukar nomor untuk dapat mengenal lebih jauh.
"Ini?... Apakah ini adalah cinta pada pandangan pertama?..." (Ethan) Gumamnya ketika melihat Elena yang sedang duduk dsn tersenyum manis di depannya.
*Degg *degg...
"Etto... Ethan-kun?... A-Apa kamu mengatakan sesuatu?" (Elena)
"Ah... Ahahah... Tidak, tentu tidak... Hehe~" (Ethan) Ucapnya sambil menggaruk bagian kepala belakang yang tidak gatal sama sekali.
"Baiklah, aku kira ada sesuatu yang ingin kamu katakan, Ethan-kun..." (Elena) Ucapnya tersenyum manis.
'J-Jelas jelas aku mendengarnya! I-Itu.... Ethan-kun m-mencintaiku?... Kyaaa~!!' Benak Elena yang masih berusaha untuk tersenyum manis di depan Ethan agar tak ketahuan kalau dia mendengar gumaman Ethan.
*Degg *degg
....
*Tringgg
"Ah, jam istirahat sudah habis, mari kembali ke kelas, Elena-chan." (Ethan)
"Umm, tentu." (Elena)
"Dan jangan lupa untuk menghubungiku, Ethan-kun!" (Elena) Ucapnya sambil berlari meninggalkan Ethan untuk pergi ke kelasnya.
"Aku pasti akan menghubungimu, Elena-chan!" (Ethan)
Ethan juga bergegas untuk kembali ke kelasnya...
...
*Tringgg
Bel pulang berbunyi...
"Ethan-kun, apa kamu ingin pulang bersama?" (Elena)
"Apakah itu boleh?" (Ethan)
"Baka! Aku yang mengajakmu, tentu saja boleh." (Elena)
"Ahahaha... Tapi, apa rumah kita searah?" (Ethan)
"Entah, tapi kita bisa berpisah di tengah jalan kan? Lagipula itu tidak akan terjadi, kamu pasti akan terkejut ketika sudah sampai di rumah." (Elena)
"Lagipula itu tidak akan terjadi, kamu pasti akan terkejut ketika sudah sampai di rumah." (Elena) Gumamnya pelan.
"Yosh, kalau begitu, ayo kita pulang." (Ethan)
Ethan tiba tiba menggenggam tangan Elena dan menariknya untuk pergi.
"E-Eh?!... Etto..." (Elena)
Elena terkejut ketika Ethan menggenggam tangannya. Tetapi dia tiba tiba tersenyum...
"Baiklah, ayo pulang, Ethan-kun..." (Elena)
Elena masih tersenyum senang karena sampai setengah perjalanan ini, Ethan belum melepaskan genggaman tangannya.
10 menit berlalu...
Mereka berdua telah sampai di depan rumah Ethan.
"Kalau begitu, Elena-chan, aku sudah sampai di rumahku, sepertinya kita akan berpisah di sini, ya?" (Ethan)
"Heee?... Sepertinya tidak." (Elena)
"Huh?" (Ethan)
"Berkunjunglah malam ini jika kamu mau, Ethan-kun!" (Elena) Ucapnya sambil mencium pipi Ethan dan berlari ke rumah yang ada di seberang rumah Ethan.
"Apa yang-" (Ethan) Ucapnya terhenti ketika melihat Elena memasuki gerbang rumah yang ada di seberangnya.
"Etto?... Apa aku bermimpi?..." (Ethan)
'Hey! Aku sedang bermimpi bukan?! Seorang wanita cantik menciumku dan dia bahkan tinggal di depan rumahku?!?!?! Kenapa aku tidak mengetahuinya selama ini? Bastard!!!' Benak Ethan.
"Tunggu... Dia tadi, mengatakan untuk berkunjung ke rumahnya malam ini... Tidak, tidak, tidak... Malam malam di rumah seorang wanita cantik..." (Ethan)
"Sialan, tentu saja aku tidak akan berkunjung atau aku akan kehilangan akal sehat dan berubah menjadi bajingan bejat yang mesum, ugh..." (Ethan)
Ethan segera memasuki rumahnya, ia langsung pergi ke kamar khususnya, Ethan melarang untuk seluruh penghuni di rumah ini memasuki kamar khususnya selain dia sendiri.
"Mari kita periksa senjata barunya..." (Ethan)
Ethan perlahan mendekat menuju sebuah kotak besar, terdapat banyak barang di dalamnya, jelas, yang utama ialah senjata api, sisanya hanyalah aksesorisnya seperti underbarrel, scope, foregrip, muzzle, dan lainnya.
Bagaimana bisa orang tuanya tidak mengetahui apa yang ada di dalam ruangan ini?
Ethan telah bekerja keras untuk membuat ruangan ini sendiri, dan bahkan membuat tempat latihan untuk menembak.
Yang dimaksud membuat ruangan ini sendiri adalah hanya dengan merombak dari ruangan kosong menjadi sebuah ruangan untuk gudang serta latihan menembak senjata api.
Dinding dinding ruangan tersebut diberi sebuah Polyethylene Terephthalate, ini berfungsi untuk menyerap dan mengedapkan suara sekaligus.
Ethan mengambil senjata dalam koper tersebut, yang ia pesan ialah sebuah Senapam Runduk Steyr SSG 69, sangat menakjubkan.
Ethan mulai merakit aksesorisnya, memasang magazine serta underbarrelnya, tak lupa memasang muzzle Suppressornya agar lebih meredam suara.
Saat masih SMP ia sering berlatih untuk memegang senjata api.
Ethan mengokang snipernya dan mulai mengarahkannya ke sasaran tembak, membidik perlahan melalui scopenya.
*Cltk *Bang.... *Cling *Suara selongsong peluru yang jatuh
Hentakan suara peluru itu tidaklah terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Hasil latihannya selama ini cukup membuahkan hasil, ia dapat mengenai target 9 dari 10 skor target.
"Hufft... Ini keren..." (Ethan) Ucapnya sambil mengusap dahinya yang tidak berkeringat.
Ethan kembali meletakkan snipernya di sebuah slot di dinding, sudah banyak sekali koleksi koleksi senjata yang terletak di slot senjata bagian dindingnya.
Ruangan itu benar benar penuh dengan senjata api yang beragam tipenya, tentu... walaupun banyak macamnya, senjata itu masih tertata rapi sesuai dengan tipe senjata tersebut.
Senapan runduk sesuai slotnya.
Senapan Sub Ringan sesuai slotnya.
Senapan Mesin Ringan sesuau slotnya.
Pistol sesuai slotnya.
"Apakah ini sudah lengkap? Sangat keren..." (Ethan)
Ethan sangat takjub memandangi dinding yang terisi penuh dengan senjata. Impiannya menjadi nyata, mengoleksi penuh seluruh tipe senjata di dalam ruangannya, itulah impiannya.
Ethan tersenyum senang menyaksikan pemandangan ini, hingga tiba tiba....
*Brakkk...
Ethan terjatuh dengan senyuman di wajahnya...
Bernafas? Tidak...
Dia meninggal... Ya, dia benar benar meninggal.
Tunggu?...
Apa yang menyebabkannya meninggal?
Huh?...
Yahh... Sangat aneh...
_____________________________
Ketika Elena memasuki kamar pribadinya, ia langsung mencoba untuk menelepon Ethan untuk mengobrol.
"Hihihi, aku tak sabar mendengar reaksinya karena dia baru mengetahui aku tinggal di depan rumahnya." (Elena) Ucapnya sambil memencet tombol untuk menelepon.
*Tuuutt *tuuutt
"Are? Tidak diangkat... Eumm..." (Elena)
Elena mencoba untuk menelepon Ethan untuk kedua kalinya...
"Hm, masih tidak diangkat?..." (Elena)
3...
6..
9..
"Kenapa tidak diangkat angkat?! Ini sudah ke sembilan kalinya, hufftt... Aku akan mencoba sekali lagi." (Elena)
Masih tidak diangkat...
Elena memutuskan untuk pergi menemui Ethan langsung.
...
*Ding dong
*Cklakk *Suara pintu dibuka
"Ettoo... Sumimasen... Apa Ethannya ada?" (Elena)
"Ah, temannya Ethan, mari masuk, Ethannya sedang sibuk di dalam. Saya ibunya Ethan, Eyva. " (Ibu Ethan)
Melihat seorang wanita cantik seperti Elena berkunjung ke rumahnya untuk anaknya, tentu saja Eyva pasti berpikir bahwa Elena adalah kekasih Ethan.
"Maaf karena telah merepotkan anda, Bibi." (Elena) Ucapnya sambil memasuki kediaman Eyva.
"Tidak apa, tapi, Ethan sedang ada di kamar pribadinya, huhh... Dia bahkan tak mengizinkan seorangpun untuk masuk ke kamarnya, kami juga tidak tahu apa alasannya." (Eyva)
"Ah, begitu, kalau begitu aku akan menunggu saja sampai dia keluar." (Elena)
"Jika nanti dia keluar, hajar dia untukku, oke? Dia selalu mengurung diri sampai sampai membuat ibunya khawatir, huh..." (Eyva)
"Ah... Etto, hehehe... Aku akan menghajarnya nanti, Bibi tenang saja!" (Elena)
*Hiiikk!!
Entah kenapa... tubuh mereka tiba tiba bergidik gemetaran, hati mereka seakan sedih, air mata mereka keluar tanpa sadar.
"Hm... Kenapa?... Air mata?..." (Elena/Eyva) Ucap mereka bersama sambil memegang pipi mereka yang basah.
Mata mereka terlihat sangat berkaca kaca, hati mereka terasa sangat sakit, tubuh mereka gemetaran tak terkendali.
Pandangan mereka terfokus oleh sebuah pintu yang ada di depan mereka.
"Bibi... A-Ada apa d-dengan ruangan itu..." (Elena) Ucapnya terbata bata.
"Itu... Itu... Kamar... Pribadinya... Ethan..." (Eyva)
*Jlebbb...
Firasat buruk apa ini? Kenapa aku merasa hal yang buruk ada di dalam ruangan itu?
Perasaan takut? Tidak, ini... Ini perasaan sedih...
Kehilangan... Seperti ada sesuatu yang hilang pada diri mereka...
....
Ini Percobaan, drop atau tidaknya sesuai keadaan nanti.