Chereads / The Seven Hero / Chapter 6 - Kekuatan yang besar

Chapter 6 - Kekuatan yang besar

Beberapa hari kemudian, Tooru akhirnya di perbolehkan keluar dari ruangannya dan mengikuti kelas seperti biasanya.

"Yah, akhirnya aku bisa bebas kembali, di kurung di dalam kamar tanpa melakukan apapun sangatlah membosankan."

"Syukurlah, ngomong-ngomong, Tooru."

"Ada apa? Izumi."

"Bagaimana cara mu besok pagi untuk pergi ke academi tanpa memperlihatkan mata kiri mu itu?"

"Ah, kau benar juga."

Kurt lalu tiba-tiba muncul di ruangan mereka menggunakan gerbang sihirnya.

"Permisi, apa di sini ada Tooru?"

"Ah, ternyata itu kau ya Kurt, apa yang kau lakukan kemari?"

"Sebelumnya maaf karena tidak masuk menggunakan pintu depan, soalnya ini darurat."

"Darurat? memangnya ada apa Kurt?"

"Ini soal mata kiri mu itu, tadi siang aku mencari tahu tentang mata kiri mu itu, ternyata benar seperti yang dikatakan guru Erika, bahwa mata kiri mu itu ternyata adalah mata iblis."

"Mata iblis kata mu!?"

"Itu benar, jika mata itu sampai lepas kendali, mata itu bisa saja membawa bencana ke negeri ini, bahkan mungkin bisa menghancurkan semuanya."

"Itu berarti, apakah aku ini adalah Iblis? apa aku adalah ancaman bagi dunia ini!?"

"Itu tidak sepenuhnya benar."

"Apa maksudmu!?"

"Kau tidak perlu khawatir tentang mata mu yang dapat lepas kendali, aku ke sini membawakan penutup mata sebelah ini untuk mu."

"Penutup mata sebelah? jangan bercanda di saat seperti ini."

"Aku tak bercanda, aku bersungguh-sungguh, penutup mata sebelah ini terbuat dari kulit hewan gopholbos yang sudah di beri mantra sihir untuk menyegel segala sesuatu yang berhubungan dengan iblis, pakai lah."

Ketika Tooru memakai penutup mata sebelah itu, Izumi seketika tertawa dengan kencang, karena penampilan Tooru yang mirip dengan bajak laut.

"Bwhahahaha!, kau mirip sekali dengan bajak laut, Tooru, bisakah kau bersuara seperti bajak laut? arrr arrr, bwahahahah!"

"Berisik! kau diam saja!"

"Bwahahahaha!"

"Berisik kau! dasar gorila!"

"Apa kau bilang!? bajak laut berkepala kosong!?"

"Ku bilang, dasar gorila bodoh!"

"Ah, mereka mulai lagi."

..........

Keesokan harinya, Tooru dan Izumi lalu pergi ke academi bersama Kurt dan Alice.

"Ngomong-ngomong, bukannya academi waktu itu rusak parah?"

"Academi waktu itu memang rusak parah, tapi berkat sihir reverse milik guru Elena, academi lalu kembali menjadi baru lagi."

"Reverse?"

"Itu benar, sebuah sihir yang bisa mengembalikan segala jenis benda ke bentuk awalnya."

"Oh, jadi begitu."

Ketika mereka hampir sampai di academi, Tooru lalu melihat ada seorang murid yang sedang di tindas oleh anak kelas 3 bernama Viktor Bronislav, seorang murid kelas 3 yang dijuluki sebagai mesin penghancur, bahkan para guru tak bisa menandinginya, kekuatan fisik dan sihirnya sangatlah hebat. Tooru lalu mendatanginya seorang diri untuk menolong murid yang sedang di tindas itu.

"H-hei Tooru, kau mau kemana!?"

"Aku akan menolongnya, kalian pergilah dahulu, aku akan menyusul kalian."

"Apa kau gila!? dia adalah Viktor Bronislav, seorang murid kelas 3 yang dijuluki sebagai mesin penghancur, bahkan para guru pun tak sanggup menandinginya, kekuatan fisik dan sihirnya sangatlah hebat."

"Aku tak peduli dengan itu, aku takkan pernah diam saja jika ada orang lain yang sedang di tindas."

"Hei Tooru, dengarkan aku!"

"Biarkan saja dia, Kurt."

"Dia bisa saja mati bila di biarkan melawan Viktor!"

"Biarkan saja dia, meskipun dia bonyok di pukuli, dia tidak akan mudah menyerah, mungkin ini karena dia teringat masa lalunya yang sangat suram."

Tooru lalu melempar batu kecil ke arah Viktor dan tepat mengenai kepalanya.

"Hei! siapa yang berani melemparkan batu ke arah ku!?"

"Itu aku, kenapa memangnya!?"

"Apa kau ingin cari mati!?"

"Memangnya ada orang di dunia ini yang ingin mencari mati? orang yang sudah kehilangan harapan mungkin?"

"Kau berani juga sebagai laki-laki, ku akui keberanian mu itu.

Viktor lalu tiba-tiba menyerang Tooru, Tooru hanya dapat mengindari serangan Viktor, karena dia tak ingin lagi di hukum oleh guru Erika.

"Wah, tak ku sangka kau bisa menghindari semua serangan ku yang begitu cepat, (tapi ini aneh, mengapa dia tak pernah menyerang ku sama sekali, dari tadi dia hanya menghindari serangan ku)."

Tooru lalu bergerak secepat mungkin untuk membawa orang yang di tindas tadi, dan membawanya masuk ke academi.

"Hei! urusan kita belum selesai, aku akan mencari mu, dimana pun kau berada!"

..........

"Kita aman di sini, dia tak mungkin akan mengikuti kita ke sini."

"Terimakasih karena telah menolong ku, hmm..."

"Ah, nama ku Tooru Igasaki, panggil saja aku Tooru, dan siapa nama mu?"

"perkenalkan, nama ku Wilbert Gennadius, kau bisa memanggilku apa saja."

"Baiklah, Wilbert, kau berasal dari kelas mana? biar aku yang akan mengantar mu."

"Ah, tidak perlu aku bisa sendiri."

"Tidak, aku harus mengantar mu, orang yang tadi bisa saja menyerang mu jika kau lengah."

"Sudahlah, jangan pedulikan aku, kau pergilah ke kelas mu, jam pelajaran hampir di mulai, bisa-bisa nanti kau terlambat."

"kau benar, maaf ya Wilbert, aku harus bergegas pergi."

Tooru lalu bergegas pergi dan meninggalkan Wilbert sendiri.

..........

"Hei, kau dari mana saja? Tooru"

"Ah, maaf, aku tadi bertemu dengan orang bernama Wilbert Gennadius, apa kau mengenalnya? Kurt."

"Wilbert Gennadius? aku tak pernah mendengar nama itu di sini, mungkin dia adalah murid baru yang guru Elena bilang pagi ini."

"Murid baru?"

"Tadi guru Elena berkata kepada kami, bahwa akan ada murid baru di academi ini."

"Oh, jadi begitu."

Pelajaran pertama lalu di mulai, tiba-tiba ada seseorang lelaki berwajah sangar masuk ke kelas mereka.

"Selamat pagi, wahai orang-orang tak berguna, mulai saat ini aku akan menggantikan guru Erika untuk sementara waktu, perkenalkan, nama ku Edmon Eudry, dan juga hari ini kita kedatangan murid baru, masuk lah cepat!"

"H-hai semuanya. Perkenalkan, nama ku Wilbert Gennadius, Aku berasal dari academi Frandel, mulai sekarang aku pindah ke academi ini, semoga kita semua dapat berteman satu sama lain."

"Duduklah dimana saja"

"B-baiklah."

Wilbert lalu duduk tepat di belakang Tooru dan Izumi.

"Wah, tak ku sangka kita berada di kelas yang sama, Tooru."

"Aku juga tidak menyangka, ternyata kau murid pindahan tersebut ya."

"Ya, begitulah."

..........

Ketika jam pelajaran pertama selesai, Tooru dan Izumi melihat Kurt dan Izumi yang sedang bermesraan di taman.

"Alice."

"Ada apa? Kurt."

"Sedang apa mereka berdua di sana?"

"Aku pun tidak tahu apa yang mereka lakukan, mungkin mereka sedang bermesraan dengan cara mereka sendiri."

"Oh begitu. Hei pasangan yang ada di sana, apa yang sedang kalian lakukan di sini?"

"S-siapa yang kau panggil pasangan!? aku tak mungkin ingin menjadi pasangan orang ini, dasar pasangan yang tak tahu malu!"

"I-itu benar! aku tak akan mau menjadi pasangannya, aku lebih memilih terjun dari lantai 20 dari pada aku harus menjadi pasangannya!"

"Walaupun kalian berkata begitu, tapi sebenarnya kalian saling menyukai bukan?"

Dengan serempak mereka mengatakan, bahwa mereka tidaklah menyukai satu sama lain.

"Haha, oh iya. Tooru, Izumi."

"Ada apa!? Alice."

"Sebelum aku ke sini, guru Elena ingin memberitahu kalian sesuatu."

"Ada apa memangnya?"

"Aku pun tak tahu, dia berkata temui lah dia di gudang penyimpangan bawah tanah."

..........

Ketika Tooru dan Izumi sampai di depan gudang penyimpanan bawah tanah, ada dua orang yang menendang mereka masuk ke dalam gudang penyimpanan, lalu segera mengunci pintunya.

"Hei! keluarkan kami dari sini!"

"Halo! apa ada orang di luar!?"

"Sial, pintunya tak bisa di buka."

"Apa!?"

Izumi dan Tooru lalu mencoba beberapa kali untuk mendobrak pintu tersebut, tapi usaha mereka tak kunjung membuahkan hasil.

"Sial, bagaimana ini!?"

"Kita hanya bisa menunggu sampai ada orang yang membukakan pintu dari luar."

"Lalu apa yang harus kita lakukan di sini!? kita tak mungkin hanya akan menunggu ada orang yang akan membukakan pintu dari luar, pasti ada cara untuk keluar dari sini."

"Untuk sekarang ada dua kemungkinan jika kita berada di sini. Yang pertama, kita akan menunggu ada orang yang akan datang membukakan pintu gudang ini lalu keluar hidup-hidup."

"Lalu yang kedua?"

"Yang kedua, kita akan mati membusuk di sini."

"Kemungkinan macam apa itu!?"

"Mau bagaimana lagi? habisnya di sini tak ada jalan keluar selain pintu yang terkunci ini."

"Untuk sekarang aku akan mencoba menggunakan sihir seperti yang dilakukan oleh Kurt."

"Memangnya kau bisa? bukannya sihir itu adalah sihir tingkat menengah? itu sepertinya cukup sulit dipelajari, bahkan kita belum belajar sihir seperti itu."

"Kau kira siapa aku ini? orang yang tak bisa menggunakan sihir seperti nu lebih baik diam saja."

"Cih, dasar sombong."

Ketika Izumi mencoba menggunakan sihirnya, dia tak dapat mengeluarkannya.

"Eh!"

"Ada apa? Izumi."

"Ini aneh, kenapa aku tak dapat menggunakan sihir sama sekali?"

"Huhu, lihatlah, siapa yang tadinya sombong."

"Berisik! ini pasti karena ada sesuatu di dalam gudang ini."

..........

"Hei, Tooru."

"Ada apa? Izumi."

"Aku bosan, mari kita mainkan permainan atau semacamnya."

"Permainan? permainan seperti apa?"

"Entahlah, seperti bermain kartu mungkin?"

"Seperti cukup menyenangkan, tapi apa kau membawa kartunya?"

"Sayang sekali aku tak membawanya."

"Oh, begitu."

..........

Hampir dua jam mereka berdiam diri di gudang, tapi tak kunjung ada yang datang untuk menyelamatkan mereka.

"Hei, Tooru."

"Ada apa? Izumi."

"Sudah berapa lama kita di sini?"

"Mungkin sekitar 2 jam lebih."

"Oh begitu ya, mungkin para guru sudah mencari kita."

"Kau benar."

Lampu di sana tiba-tiba saja mati dengan sendirinya, Izumi berteriak histeris dan langsung memeluk Tooru dengan erat.

"I-Izumi, Apa yang kau lakukan!?"

"M-mau bagaimana lagi!? soalnya aku takut dengan kegelapan."

"Cih, dasar penakut. Hei, cepatlah berdiri."

"Kau mau apa?"

"Ada sesuatu yang ingin ku coba, cepatlah berdiri, lalu perhatikan juga langkahmu."

Tooru lalu membuka penutup mata kirinya, mata kirinya bersinar berwarna merah di dalam kegelapan.

"Tooru, kenapa dengan mata mu?"

"Ada apa dengan mata ku?"

"Mata kiri mu bersinar."

"Oh ya?"

Tooru tak memedulikan itu lalu berjalan menuju pintu keluar. Ketika berjalan menuju pintu keluar, Izumi tiba-tiba tersandung dan jatuh menimpa Tooru.

"Hei! bukankah sudah ku bilang untuk memperhatikan langkah mu!?"

"Itu kan salah mu, salahmu karena berjalan terlalu cepat, bagaimana kau bisa berjalan dengan cepat di kegelapan? kau tak takut menginjak sesuatu!?"

"Gelap dari mana? bukannya ini sudah terang!?"

"Terang? ada apa dengan mata mu? apa mata mu bermasalah!?"

"Tapi aku tidak melihat gelap sama sekali, aku melihat di sini sangat cerah."

Tooru lalu memegang pintu keluarnya, lalu menutup mata nya. Api berwarna ungu tiba-tiba saja muncul di tangan kanan Tooru dan melelehkan pintu itu."

"B-bagaimana bisa kau menggunakan sihir seperti itu, dan juga, api ungu itu api apa!?"

"Entahlah aku juga tidak tau kenapa yang keluar api ungu."

"Dan kenapa kau bisa menggunakan sihir? sedangkan aku aku tadi tak bisa menggunakannya."

"Mungkin karena terlalu sombong, kau jadi tak bisa menggunakan sihir mu."

"Kemungkinan macam apa itu!?"

"Sudahlah, bukan saatnya memikirkan hal itu, sekarang mari keluar dari tempat ini."

Tooru lalu menutup kembali mata kirinya menggunakan penutup mata nya, dan keluar dari gudang penyimpanan tersebut.

Bersambung...