Chereads / ISTRI SEORANG SUPERSTAR / Chapter 27 - DIA HAMIL

Chapter 27 - DIA HAMIL

Begitu sampai di kamar, Alana lalu membanting tubuhnya di tempat tidur, mencoba mengosongkan pikirannya, namun detik berikutnya ponselnya berdering nada khusus, sebuah pesan dari Ken.

'Jaga dirimu baik-baik, aku tidak mau kamu sakit.'

Alana menatap nanar teks pesan itu, setelahnya ia melempar ponselnya ke sembarang arah.

"Untuk apa kamu peduli padaku Ken? Apa kamu tidak sadar bahwa sikapmu itu pelan-pelan telah menyiksaku?"

Alana menghela nafas berat, menit berikutnya ia terlelap karena kepalanya sangat pusing.

***

"Cut." Teriak sutradara kesal.

Sekembalinya dari pemotretan, Ken kehilangan fokusnya, hal itu membuat berkali-kali ia lupa dialog dan aktingnya terlihat tidak natural seperti biasanya.

"Boleh break dulu sebentar? Kepalaku tiba-tiba pusing," sanggahnya.

"Baiklah, istirahatlah lima menit," balas sutradara yang tampak memijat keningnya.

Ken menghela nafas, ia kemudian duduk di kursi lipat dan Amanda buru-buru menghampiri memberinya minum.

"Ambilkan ponselku!"

Amanda membuka tasnya dan menyerahkan ponsel Ken dengan cepat.

Ken tampak murung saat mengecek pesannya hanya dibaca oleh Alana, ia kembalikan mematikan ponselnya dan menyerahkan kembali kepada Amanda.

"Minum vitamin ini dulu Mas, kemarin Alana memberikannya padaku."

Ken mengangguk lalu meminum vitamin itu, pikirannya masih sangat kacau tapi ia harus kembali syuting lagi, maka ia bangkit dari duduknya dengan malas.

Ken berusaha untuk fokus pada adegan demi adegan, ia melakukan itu agar syuting segera selesai dan ia bisa cepat pulang, untungnya ia bisa menekan sedikit egonya dan syuting hari ini berjalan lancar.

Saat itu hari sudah semakin sore, bahkan matahari pun bersiap untuk kembali ke peraduannya. Ken tidak sabar untuk segera pulang ke rumah dan bertemu Alana, ia bersyukur karena hari ini syuting hanya sampai sore.

"Jord, apakah tadi Alana sempat mengatakan sesuatu padamu?" tanya Ken tiba-tiba saat mobil melaju pulang ke Green Garden.

"Tidak," jawab Jordi singkat, ia berusaha menahannya karena ada Amanda yang satu mobil dengannya.

Ken mendengus mendengar jawaban Jordi, entah kenapa ia masih berharap Jordi akan mengatakannya nanti jika sudah di rumah dan mengobrol berdua dengannya.

Untungnya, Jordi seperti mengetahui perasaan Ken yang ingin segera bertemu Alana, jadi ia semakin mempercepat laju mobi dari biasanya, hingga perjalanan ke Green Garden terasa lebih cepat.

Ken segera turun dan menghambur masuk ke rumahnya begitu sampai dan ia langsung menuju kamar.

Namun ia tidak menemukan Alana di kamarnya, Ken segera mandi dan menuju ruang makan, benar saja, Alana memang sedang menyiap makan malam untuknya karena ia tahu hari ini Ken akan pulang lebih awal daripada kemarin, meski sebenarnya ia sedikit demam.

"Nyonya, istirahtlah! Anda terlihat pucat, biar aku yang mengurus sisanya."

Alana mengangguk patuh karena sakit kepalanya kembali menyerang dan tidak memungkinkan dirinya untuk tetap berada di dapur, maka ia kembali ke kamar.

Di kamar, Alana menemukan Ken yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk kimononya, ia hanya melihat sekilas tanpa bertanya apapun, setelahnya ia menjatuhkan dirinya ke tempat tidur sambil memijit keningnya pelan-pelan.

Ken segera bereaksi menghampirinya.

"Alana kamu kenapa?"

"Aku hanya pusing Ken," jawab Alana lemah sembari memegangi kepalanya.

Ken tak percaya, ia segera mengulurkan tangannya untuk memeriksa kening Alana dan ternyata dia juga demam, Ken langsung panik.

"Kamu demam, tunggu sebentar aku akan panggil dokter untukmu."

Alana hanya mengangguk pasrah, Ken kemudian kembali duduk di samping Alana yang terbaring saat ia selesai menghubungi dokter pribadi keluarga.

"Kenapa kamu tidak bilang padaku kalau kamu sakit? Aku bisa meminta kamu libur hari ini."

Alana menggeleng lesu, wajahnya tampak pucat.

"Kenapa kamu peduli padaku Ken? Aku hanya orang beruntung yang menikah kontrak denganmu dan menjadi manajermu sekarang? Apa karena itu?" tanya Alana tiba-tiba, ia sudah tidak tahan lagi untuk tidak mengatakan itu padanya.

"Aku juga tidak tahu, aku nyaman dan peduli sama kamu, aku kesal dan bahkan tidak fokus bekerja hari ini karena kamu menghindar dariku."

Alana menghela nafas berat, pinggiran matanya sudah membendung, ia berharap tidak menangis di depan Ken.

"Aku minta maaf Alana, aku memang tidak mencintaimu karena aku masih sangat mecintai Viola, tapi aku juga tidak tahu kenapa aku memiliki perasaan seperti ini sekarang?"

"Aku tahu itu Ken, baiklah jangan pikirkan aku lagi, hubungan kita tidak lebih dari seorang artis dan manajernya."

Ken tak menjawab, wajahnya justru sangat murung dan hatinya begitu sakit saat Alana mengatakan itu padanya.

Ia kemudian bangkit dari duduknya dan berganti pakaian karena pelayan telah memberi tahu bahwa dokter sudah datang.

"Bagaimana dengan keadannya dok?" tanya Ken masih dengan ekpresi yang begitu panik saat dokter memeriksa Alana.

"Dia hanya kelelahan, ini biasa terjadi pada kehamilan trimester pertama."

"Hamil?" tanya Alana dan Ken yang hampir bersamaan.

Mereka berdua sangat syok.

Dokter Yola dengan santainya mengangguk sambil tersenyum.

"Selamat ya Mas Ken dan Mbak Alana, saya permisi, saya janji tidak akan memberitahu siapapun dan menjaga privasi kalian," ucap Dokter Yola kemudian, yang tadi di bawah sudah diberi pengarahan oleh Amanda.

"Terimakasih Dok," balas Ken yang masih berharap hari ini adalah mimpi.

Dokter Yola kemudian keluar diantar oleh pelayan, meninggalkan Ken dan Alana berdua di kamar yang saat ini pintunya dikunci rapat oleh Ken.

Mendengar dirinya hamil, Alana menangis terisak, ia takut Ken akan memarahinya karena jelas itu melanggar kontrak perjanjian.

"Jangan menangis, aku tidak akan marah, ini salahku," lirih Ken merasa bersalah.

"Tidak Ken, aku yang salah, aku terlalu ceroboh," isak Alana.

Meski dirinya juga tidak percaya apa yang baru saja didengarnya, Ken mencoba untuk menguatkan dirinya sendiri dan menerimanya, bagaimanapun itu salahnya.

Ken kemudian meraih tangan Alana dan digenggamnya dengan lembut.

"Aku akan mencoba mencintaimu Alana, demi anak itu."

"Kamu tidak perlu melakukan itu Ken, aku janji akan pergi dari kehidupanmu selamanya setelah anak ini lahir," balas Alana begitu frustasi.

"Tidak, tolong jangan membuat keputusan sendiri, bagaimanapun anak ini nanti pasti sangat membutuhkan kasih sayang dari orang tua yang lengkap, aku tidak ingin dia menjadi sepertiku."

Kalimat Ken sukses membuat Alana begitu terharu, diam-diam ia menyunggingkan senyum kebahagiaan di sela tangisnya.

Ken lalu meraih tubuh Alana yang sedang duduk bersandar dan memeluknya dengan erat, entah kenapa sejak detik itu ia merasa mulai mencintai Alana dan ingin sekali meninggalkan Viola.

"Aku tahu ini akan sangat sulit, tapi bagaimanapun dia istriku sekarang dan sedang mengandung anakku, maafkan aku Viola, aku harus melupakanmu mulai detik ini, aku tidak ingin memasukkan duri dalam pernikahanku sendiri," gumam Ken dalam hati.