Saat terbangun dari mimpi buruk itu, ternyata hari sudah pagi. Jadi tidak ada alasan bagi Alana untuk tidur kembali, ia tidak diajarkan mendiang ibunya seperti itu, maka Alana segera turun dari tempat tidurnya dan menyelinap ke kamar mandi.
Usai mandi, saat ia sedang memilih baju sambil masih mengenakan handuk kimononya, ponselnya berbunyi pelan, satu pesan dari Beni Dirga.
Alana mengerutkan keningnya, ini baru jam 6 pagi dan Beni Dirga sudah mengirim pesan untuknya, ternyata itu titah style pakaian yang harus Alana kenakan.
'Cantik, di lemari itu sudah kupilihkan semua pakaian yang cocok untukmu, tapi setiap hari, pagi, siang dan malam jika aku tak bisa ke sana, aku akan mengirimkan gaya style yang disukai Ken, dan pagi ini kamu akan terlihat semakin cantik dengan slip dress floral dan kemeja putih polos dengan sneakers dan mini handbag. Hari ini kamu akan menemani Oma ke Lux Jewelry kan?'
Alana mendengus, kenapa harus seribet itu menjadi dirinya sekarang, dulu ia bebas memilih apapun pakaian yang ia suka, meski terkadang harus memakai t-shirt dan rok biasa yang hampir setiap hari cuci kering pakai.
Dengan terampil jarinya menari di atas ponsel dan membalas pesan itu.
'Iya Kak Ben, terimakasih.'
Baru saja ia menaruh ponselnya dan beranjak ke lemari besar bergaya vintage itu, ponselnya kembali menyala.
'Aku mendukung sepenuhnya hubungan kamu dengan Ken, terlepas apapun komitmen kalian di belakang itu, aku berjanji akan merubahmu seperti bintang dan layak bersanding dengan Ken.'
Alana melengkungkan bibirnya menjadi senyuman saat membaca pesan balasan dari Beni Dirga, ia bersyukur bisa bertemu dengan orang- orang baik seperti Oma dan Ben. Hanya emoticon love yang ia kirimkan pada Beni Dirga, setelahnya ia bergegas mengambil baju yang dimaksud Ben.
Alana tersenyum puas saat memandang dirinya di cermin meja riasnya, ia terpana selama beberapa detik, dalam hati ia mengaku sangat menyukai style Beni Dirga yang selalu cocok padanya. Alana jadi tak sabar turun dan bertemu Ken juga Oma, matanya berbinar bahagia.
"Selamat pagi Sayang, ayo kita sarapan bersama."
Alana melempar senyum sembari membalas sapaan Oma Riana yang semakin hari terlihat lebih sehat. Saat itu, Ken ada di samping Oma, membuat Alana terlihat lebih semangat meski Ken sama sekali tidak meliriknya.
Alana tak peduli, ia duduk di samping Oma dan ikut sarapan pagi bersama.
Setelah sarapan itu, Ken langsung pergi untuk kembali syuting katanya, Oma Riana yang tak menyadari apapun antara Ken dan Alana, hanya mengangguk mengijinkan pergi dan mengajak Alana untuk ke Lux Jewelry, membeli cincin pernikahan, meski begitu Ken sama sekali tidak berniat ikut, ia mengaku sangat sibuk syuting sinetronnya sebelum ia mengambil cuti beberapa hari ketika menikah nanti.
Sisa hari itu dengan cepat datang dan pergi, tak terasa hari juga menguap lebih cepat dari apa yang diperkirakan, acara pernikahan Ken dan Alana yang dinanti-nanti oleh Oma Riana akhirnya akan terjadi besok.
Tentu saja hal itu membuat Alana semakin gugup, apalagi Oma Riana justru memberi kejutan-kejutan pada detik-detik terakhir, seperti pernikahan itu akan diadakan di kapal pesiar milik keluarga Wijaya, juga akan ada pesta kecil-kecilan setelah akad.
"Pesta kecil-kecilan macam apa yang diadakan di kapal pesiar?" Alana mengerutu kesal dalam hati.
Meski begitu ia hanya bisa menurut, lagipula ini bukan kemauannya, jadi ia tak harus takut jika Ken mengancamnya nanti.
Alana tahu Ken pasti akan sangat kesal, ini semua diluar dugaan, Oma Riana seperti menjebak mereka di hari terakhir persiapan pernikahan.
Terbukti dengan raut wajah Ken yang berubah murung saat Oma Riana selesai mengumumkan serangkaian acara besok.
"Alana, apa ini semua rencanamu?" tanya Ken dengan ekspresi tidak menyenangkan saat Oma Riana pamit pergi dari hadapan Alana.
Alana segera menggeleng cepat karena memang ia juga terkejut.
"Tidak Ken, aku juga..."
"Mengakulah! kamu ingin menjebakku kan? Oma bisa saja melakukan apapun yang kamu inginkan, bahkan saat ini keinginanku saja sudah tidak lagi diperhatikan."
Ken mendesis geram, ia menghamburkan tubuhnya di sofa ruang tengah dengan ekspresi begitu muram, ia sangat tidak menginginkan pernikahan ini namun justru Oma menyambutnya dengan perasaan gegap gempita.
"Ken, aku benar-benar tidak tahu soal ini, percayalah!"
Alana mencoba menghampiri Ken dan menjelaskannya, namun ekpresi Ken justru berubah semakin murka, sorot matanya dipenuhi kebencian pada Alana.
Bagaimana tidak, sejak malam pertemuan di Vanila Resto, Viola seakan menjaga jarak dari Ken, bahkan berkali-kali ia mengirim pesan berisikan perpisahan, membuat Ken begitu frustasi beberapa hari ini, ditambah jadwal syuting yang semakin padat karena ia akan mengambil cuti selama tiga hari.
"Aku tidak peduli, yang terpenting kamu harus ingat, pernikahan ini hanyalah sebuah kontrak selama masa hidup Oma, jangan pernah kamu menginginkan lebih dari itu!" bentak Ken penuh emosi.
Alana, meski ia sudah tahu semua itu, tapi sore itu hatinya seperti disayat sembilu, tubuhnya gemetar hebat, dan menatap Ken seolah- olah tidak percaya bahwa Ken akan mengatakan hal itu lagi kali ini dengan penuh emosional, sehingga wajahnya seketika pucat.
Matanya pun mengerjap beberapa kali karena emosi, dan ia kehilangan kata-kata saat itu juga.
Ken yang masih dirasuki hawa amarahnya, langsung beranjak dari duduknya dan melewati Alana yang masih mematung begitu saja.
Pada saat itu, Alana baru bisa merasakan air mata yang pelan-pelan membasahi pipinya, namun kehadiran Beni Dirga yang tiba-tiba membuat ia harus segera menghapus segala kesedihannya dengan begitu cepat.
"Alana, ada apa denganmu cantik?"
Alana menggeleng cepat sambil berusaha menyunggingkan senyum palsunya agar Ben tidak bisa menemukan kesedihannya.
"Apakah Ken menyakitimu?"
"Tidak, Kak Ben, Oma baru saja mengumumkan akan ada pesta kecil besok, apakah kamu membawakan gaun yang cocok untukku?" kilahnya.
"Tentu saja, ayo lihat dan cobalah, kamu pasti akan semakin terlihat cantik."
Alana mengangguk dan ia mengikuti langkah Beni Dirga untuk pergi ke sebuah ruangan yang ternyata di situ juga terdapat Oma Riana.
"Ini gaunnya, cobalah! Semoga kamu menyukainya Sayang," ujar Oma Riana penuh suka cita.
Alana menelan ludah, gaun berwarna broken white itu dipenuhi berlian indah, hingga ia berpikir tidak pantas untuk mengenakannya, maka ia mundur beberapa langkah dan menggeleng pelan, menolak mencoba gaun itu.
"Ayolah Alana, jangan membuat Oma kecewa!"
Kalimat Beni Dirga yang langsung mendapat anggukan dari Oma Riana, membuat Alana seketika berubah pikiran dan mau mencoba gaun yang bernilai fantastis itu.
Alana kemudian mencoba gaun itu dan semua orang terpana melihatnya, kecantikan Alana seakan mencapai batas maksimal saat tubuhnya dibalut dengan kemewahan gaun besutan desainer kelas International, Angelo White, yang merupakan sahabat karib Beni Dirga.
"Luar biasa, Ken benar-benar beruntung memilikimu Alana."
Saat mendengar pujian itu dari Oma Riana, ekpresi Alana justru berubah dan dalam hatinya seketika menyela, "Meski aku terlihat seperti bidadari pun, Ken tidak akan pernah peduli denganku Oma."