Chereads / CINTA UNTUK SI PRIA CUEK / Chapter 4 - Dan terjadi lah

Chapter 4 - Dan terjadi lah

"Haduh, pikiranku sekarang semakin kacau usai pria tadi muncul kembali di depan wajahku, ya tuhan. Lancarkanlah urusanku, amiin." Tutur Lisa.

Lisa langsung mengetik pintu Sekitar dua kali ketokan, dan benar saja langsung dari arah dalam ruangan ada seseorang yang mengatakan untuk masuk saja. Dengan cepat ia langsung masuk ke dalam.

Seperti hari kemarin, nampak terlukis senyuman di pipi Lisa, begitu pun dengan pria yang kemarin ia temui di dalam ruangan itu sendiri.

"Selamat pagi pak" sapa Lisa dengan sopan.

"Pagi, semangat sekali yah kamu di pagi hari ini. Ohw iya, lantaran kamu semangat maka hari ini kabar yang akan membuat menimbulkan semangat semangat pun akan segera di dengar" setelah mengatakan itu, Lisa yang mendengar perkataan dari pria itu langsu g deg deg an.

"syukurlah kalau begitu pak" sembari menyengir di depan pria itu.

"Baik kalau gitu, saya ini orangnya tidak suka untuk basa basi. Pasti kamu ke sini untuk mendengar hasil nya kan? Oke" ujar pria itu.

Sementara Lisa terus mengenggam erat kedua kepalan tanganya, ia sangat takut jika hal ini malah sebaliknya.

Perlahan ia menarik napas dan menutup matanya.

"Baik, selamat untuk anda. Karena mulai hari ini anda sudah bisa bekerja di sini."

Serentak Lisa langsung teriak, "aaahhgg" tapi teriakan nya itu di cegat dengan cepat oleh pria itu.

"ssstt, jangan bikin keributan yah" dengan senyuman yang ramah.

"kamu mau tahu, hal apa saja yang membuat kamu keterima di perusahaan ini? dan kamu mau tahu di mana posisi kamu bekerja nanti?" tanya pria itu.

"Iya pak, saya mau!" ujar Lisa dengan semangat.

"Baiklah, tapi sebelumnya itu perkenalkan nama saya radit. Dan saya sebagai wadir ( wakil direktur) di sini"

Serentak Lisa langsung menjukurkan tanganya dan menyebut namanya.

"Lisa andini"

"Baiklah, salam Kenal. Jadi baiknya aku akan memanggil namamu dengan sebutan apa? Lisa? Atau andini?"

"Eh, terserah pak saja. Mau manggil saya dengan Lisa juga tidak apa apa kok"

Kini kesenangan nya sangat tak terbendung lantaran hari ini ia resmi bekerja di perusahaan yang sudah ia incari. Dengan akreditasi yang tinggi, maka jangan heran jika gaji nya juga tak main main.

"Nanti tugas kamu, kamu akan membantu setiap pekerjaan oleh pak Rehan, yah bisa di bilang kamu asistenya" ujar Radit.

Di saat mereka q

Sedang berbincang bincang, tiba tiba dari arah luar muncullah seseorang dari belakang pintu.

Tanpa ada kata permisi atau kata sapaan yang lain, ia hanya membuka pintu.

Saat itulah Lisa berbalik ke arah belakang. Dan menatap siapa pria yang baru masuk itu.

Serentak tatapan itu kembali terjadi, nagiaman tidak laki laki yang di maksud oleh Radit adalah laki laki yang ia temui di jalan raya.

Kali ini tanpa se patah atau dua patah. "Mana orang yang kau maksud kak?" tanya Rehan ke Radit.

"Nah kebetulan sekali kamu datang Rey, wanita inilah yang akan menjadi asisten mu nanti" ucap Radit.

"Mampus aku, waktu itu aku sudah menginjak kaki nya dan langsung pergi begitu saja tanpa kata apa pun. Pasti kali ini dia sangat marah, apalagi sekarang dia berada tepat di depan ku" ujar Lisa di dalam hatinya.

"Ikut saya!" ajak Rehan ke Lisa.

"Hah? Ikut! Ikut kemana?" tanya Lisa.

"katanya kamu mau kerja, yaudah ikut" tuturnya.

Lisa langsung mengikuti Rehan dari belakang. Dan pamit terlebih dahulu ke Radit.

Di perjalanan menuju ruangan Rehan, Lisa yang cangung dan memiliki rasa tak enak hati oleh sikapnya waktu itu. Membuat ia terpaksa harus meminta maaf atas perlakuan yang sangat tak enak di hati.

"Eh, maaf pak. Mengenai waktu itu" ujar Lisa. Tapi di saat ia belum selesai ngomong tiba tiba Rehan dengan gesitnya mengatakan bahwa.

"Sudah, saya tidak ada waktu untuk mendengar ucapan yang tak berguna itu, simpan saja nanti" ujar Rehan.

Sementara Lisa, beranggapan bahwa Rehan sangat marah kepada dirinya.

Ia mencoba untuk berbicara akan tetapi Rehan sama sekali tak menggangap dirinya itu.

"Masuk" ujar Rehan.

Lisa langsung masuk ke sama ruanganya tersebut.

Di saat Rehan duduk di kursi sofa dalam ruangan itu. Di saat itulah Lisa duduk di samping Rehan. Namun siapa di sangka bahwa Rehan langsung mengatakan sesuatu ke Lisa.

"Berdiri, sekarang kamu ambil semua berkas berkas yang ada di atas meja itu terus kamu bawah ke gudang belak ah kantor ini, ohw iya jangan ada yang tersisa kertas apa pun yang berada di atas meja itu" pinta Rehan ke Lisa.

Lisa kaget lantaran berkas berkas itu lumayan banyak

Namun ia tetap harus mengikuti apa kata Rehan, sang bos nya itu.

"tapi itu banyak sekali!" ujar Lisa yang merasa keberatan dengan perkataan Rehan terhadapnya.

"Angkat" punya Rehan. Setelah ia mengatakan kata angkat, ia langsung mengambil handphone nya dari dalam saku dan memainkan handphone nya itu.

"Ini orang mau balas dendam apa gimana sih! Mana gudangnya belum ia kasih tau lagi, hadeh aneh bangat, " ujar Lisa.

Dengan hati yang tabah ia tetap menjalankan perintahnya.

Di saat ia mulai mengangkat berkas berkas itu, tiba tiba dari dalam tasnya berbunyi sebuah handphone. Rupanya ada panggilan masuk.

Lisa menaruh kembali berkas berkas itu di atas meja.

"Hallo, iya." sahut Lisa

"Kakak dimana? Kok lama sekali!" ujar Radit.

"Hmm, kamu pulang aja duluan nanti kakak pulang dari belakangan soalnya masih ada urusan yang belum kakak selesaikan" ujar Lisa yang tak ingin memberitahukan kenapa ia begitu lama di dalam.

Hal ini sengaja ia lakukan untuk memberikan kejutan ke mama dan Papanya.

"Serius nie? Jadi aku tinggal yah"

"Iya, tinggal aja. Nanti kaka pulmah sendiri"

Telfon akhirnya berakhir. Lisa kembali ke atas meja untuk mengangkat berkas berkas yang di suru oleh pak Rehan.

"Buset berat amat, bisa bisa remuk nie tulang tangan. Se sedih inikah?" ujar Lisa di dalam hatinya.

Sesekali ia menatap Pak Rehan yang sibuk mendengarkan musik dengan hedset nya.

Tak sedikit pandangan yang tertuju ke Lisa. Lisa merasa seperti ia berada di ruangan itu sendirian.

"Jutek amat pak Rehannya, hmmm. Yaudah deh, daripada kesesat nanti mending aku tanya langsung aja ke Pak Rehan"

Ia mengangkat berkas berkas itu ke arah Pak Rehan. Sembari bertanya ke beliau.

"Pak, dimana gudang yang pak maksud?" tutur Lisa yang menahan beban di tanganya.

"Cari sendiri!" usut Pak Rehan.

"Lah, kok kaya gitu. Saya kan masih baru di sini" nyolot Lisa ke Pak Rehan.

"Bodoamat" jawab pak rehan padanya.

Lantaran Lisa paham akan jabatannya apa di perusahaan itu, maka ia dengan berat hatinya memutuskan untuk mencari tahu di mana letak gudang itu berada, dengan memegang berkas berkas yang sudah menumpuk di tanganya. Di perkirakan setinggi leher Lisa.

Selangkah Lisa berjalan, kakinya kesangkut oleh karpet yang berada tepat di depan Pak Rehan.

BERSAMBUNG....

Bagaimanakah kisah selanjutnya? Apakah Lisa menabrak Pak Rehan? Atau hanya terjatuh biasa?