Pagi yang cerah awal mula si gadis cantik yang bernama Lisa kembali menemui nasibnya. Pagi ini ia akan kembali ke perusahaan yang kemarin ia datangi. Di temani oleh sang adik laki lakinya, mereka berangkat menggunakan sepeda motor yang bisa di bilang lumayan tua.
"Buruan! Kaka udah telat nie!," seruan Lisa dari ruang tamu.
Munculah sesosok pria yang masih remaja, dari dalam kamarnya. Umurnya bisa di perkirakan sekitar 17 tahunan, ia hanya beda dua tahun dengan Lisa sang kakak.
"Ya ya ya, bawel. Kan kk bisa tunggu sekalian pakai sepatuh kakak!" hujat Aldi.
Aldi pranata hermansyah, sosok pria yang tampan dengan ciri khas pipi lensungnya yang dalam. Senyumannya kerap membuat para cewe cewe sampai tergila gila. Bahkan tak segan segan ia sering di datangi oleh cewek cewek teman sekelasnya bahkan teman sepermainanya segan alasan mengerjakan tugas sekolah bersama sama, agar dapat berada di sampingnya.
"Kamu tuh lama bangat, udh tau kakak udah telat gini, kamu malah nyantai! Gimana sih!" ujar Lisa dengan penuh kekesalan.
"Ssttt, diam. Kaka nie bawel bangat coba kk pakai sepatuh pasti waktu kk sama waktu aku samaan, huff emang yah semua cewek itu sama."
Sekejap Lisa langsung menatap Aldi, Seraya berkata.
"Sama? Sama apanya?" dengan nada yang marah.
Entah kenapa pagi itu, rasa Mood dari Lisa telah di rengut oleh sang adik. Dia yang tadinya begitu semangat menyambut hasil pengumuman yang akan di dengar pagi itu, tiba tiba menurun.
Seketika Aldi langsung melanjutkan omongannya.
"Sama sama kaya singa, tidak ada badai tidak ada hujan. Kerjaanya nyerotos aja, tiada henti. Macam kaya kereta api" ujar Aldi yang langsung berlari ke arah luar untuk menghindari lemparan sepatu yang kebetulan berada di tangan Lisa.
"Awas kau yah" ujar Lisa dari dalam rumah.
Mama dan papa yah mendengar pertengkaran antara adik dan kaka yang masih dalam keadaan suasana pagi hari, langsung menghampiri kedua anaknya itu.
"Ada apa ini kakak? Kok ribut ribut sih! Ngk mau yah smaa tetangga, ini masih pagi juga udah terdengar seperti orang sedang berperang aja" ujar mama yang ingin mengetahui penyebab dari keduanya bertengkar.
"Ini loh ma, masa aku udah telat terus si Aldi malah nanti gitu. Kan nanti akunya ngk tepat waktu sampai di sana!" sahur Lisa dengan emosi. Ia juga menatap Aldi dengan tatapan yang sinis.
"Aldi, kamu kok gitu sama kakak kamu! Kasihan loh kalau kakka kamu telat" ujar mama yang membela Lisa.
"Ih mama, si kakak itu ketika aku sudah selesai tinggal keluar aja, dia masih duduk di kursi. Bukanya siap siap pakai sepetuh, ini malah ngerti kaya rel kereta apa, coba aja kalau dia pake sepatu dulu pasti dia sama aku waktunya bakal jatuh tepat" ujar Aldi yang mencoba membela dirinya.
"Ohw gitu. Yaudah lha jangan di perpanjang lagi. Sudah sana kalian berangkat, semoga aja kakak keterima kerja di perusahaan itu yah" tutur mama yang memberikan rasa semangat untuk Lisa.
Tiba tiba Aldi dari arah luar langsung berjalan ke depan pintu.
"Huuff, si kakak senang tuh di belain sama mama."
Lisa langsung tersenyum dan segera memeluk mama sembari menyalami tangan sang mama. Mereka langsung pergi untuk menuju ke perusahaan.
Di perjalanan
**********
Di atas kendaraan sepeda motor mereka, Aldi sempat menanyakan beberapa hal ke Lisa sang kakak.
"Kak, memangnya lulusan sekolah menengah atas bisa keterima kak? Soalnya kan aku dengar dengar kalau cari kerja itu susah hanya sebetas ijazah SMA, semua tergantung bakat kita sih! Tapi tenang adikmu ini sangat yakin jika kakaknya adalah orang hebat."
Ujar Aldi yang bermaksud menyemangati sang kakak. Namun, di balas serius oleh Lisa. Lisa merasa bahwa adiknya hanya meledek dan meremehkan kemampuannya.
"Alah kamu bohong, bilang aja kamu ngeledek aku kan? Hayyo ngaku aja kamu! Dasar nyebelin amat jadi orang" sembari memukul mukul bahu Aldi.
"Ihh, serius aku kak. Aku yakin kakak pasti bisa bersaing dengan mereka. Lagian terbukti kan di SMA kakak sering ikut lomba. Bahkan waktu itu kk pernah beberapa kali memenangkan ajen olimpiade," ujar Aldi lagi.
Lisa langsung memeluk sang adik dari arah belakang.
"Makasih udah bikin kakak percaya diri lagi"
Perjalanan di lanjutkan.
Setiba di depan perusahaan, Lisa perlahan melepaskan helem yang ia kenakan, dan menarik napas secara perlahan.
"Huuuum, semoga nasibku baik hari ini" dia langsung berjalan ke arah dalam. Sementara Aldi yang menunggu di luar.
"Yaudah kakak jangan lupa berdoa yah, semangat kakak ku" ujar Aldi.
Lisa berbalik arah dan tersenyum ke arah Aldi, sembari melanjutkan perjalanannya kembali.
Di hari kedua dengan suasana yang sama, dia kembali bertemu dengan satpam yang kemarin ia jumpai.
"Permisi pak, selamat pagi" ujar Lisa dengan sopan.
Akan tetapi satpam itu tak mengublis pembicaraan dari Lisa. Ia tetap memandang ke arah depan, namun hal ini tak membuat Lisa merasa tersinggung. Ia bahkan memaklumi kejadian hari ini dengan permasalahan yang kemarin.
Ia tetap berjalan masuk ke dalam, kali ini tak ada satu kata pun yang di ucapkan oleh satpam itu. Bahkan Lisa melihat bahwa setelah ia masuk, di belakangnya ada beberapa orang yang juga akan masuk ke dalam perusahaan tersebut. Dengan gampangnya satpam itu yang menyapa duluan ke arah mereka.
"Sekejam inikah dunia pekerjaan. Bahkan di saat orang yang sudah tak ingin mencari masalah, malah masalah itu yang datang dengan sendirinya tanpa di undang," usai melihat kejadian itu, ia tetap. Melanjutkan perjalanannya.
Setiba di depan lift, ia segera masuk. Namun ketika berada di pantai tiga, lift terbuka. Dan siapa sangka bahwa orang yang masuk di lift itu setelah dirinya adalah seorang pria yang pernah ia jumpai di jalan raya waktu itu. Dengan perasaan yang tak di sangka sangka, entah itu rasa takut atau rasa jengkel yang masih tersimpan, kini bercampur aduk menjadi satu.
Mata yang tak henti hentinya saling menatap dengan keheranan. Pria itu juga tak berpindah pandangan, ia hanya menatap gadis yang pernah bertengkar dengannya saat di jalan raya.
"KAU"
Kata kata yang keluar secara bersamaan.
"Ngapain kamu di sini?" tanya pria itu.
Akan tetapi Lisa tak memperdulikanya. Ia langsung pergi dari tempat itu.
"Demi apa! Pria itu lagi! Bagaimana bisa dia berada di sini? Atau jangan jangan dia juga pekerja di sini! Huuu ... Asal gayanya kek gitu, rambu rambu lalu lintas aja dia belum paham!" ujar Lisa yang terus menerus berbicara di salma hatinya.
Sampai Ketika ia telah berdiri tepat di depan ruangan yang kemarin.
BERSAMBUNG...