Chereads / Riddle of You / Chapter 3 - Jam dan Bunga II

Chapter 3 - Jam dan Bunga II

Pagi yang indah. Matahari bersinar cerah dan memberikan kehangatan di pagi yang dingin. Burung-burung berkicauan sehingga memberikan nuansa menyenangkan di pagi itu. Kebisingan kota yang samar-samar mulai terdengar, menjadikan sebuah alarm penting untuk Daisy terbangun dari mimpinya.

Setelah malam yang terasa sangat singkat, Daisy terbangun dengan kepala yang pening. Itu dikarenakan dia terlalu banyak minum di pesta semalam.

Benar, dia ingat sedikit bahwa semalam dia minum sedikit banyak karena si Ben itu. Dan akhirnya...

Bernafas. Bantalnya terasa hangat, apalagi bernafas! Daisy tak yakin bahwa dirinya masih mabuk, tapi dia merasakan hal aneh pada alas kepalanya.

Dia memejamkan matanya sekali untuk memastikan bahwa dia benar-benar sudah terbangun dan tidak sedang bermimpi. Dia juga memastikan semua indranya sekali lagi.

Matahari yang hangat, cahayanya yang terang, suara kicauan burung, dan suara bising kota.

Kota?! Dia harusnya tinggal di konpleks perumahan pinggir kota.

Lalu di mana dirinya sekarang?!

Dan bantalnya... dengan tangannya, Daisy merabanya karena takut untuk melihat. Benda itu terasa hangat, bergerak seperti sedang bernafas, dan anehnya dia seperti menyentuh sebuah puting.

Memangnya ada bantal yang memiliki puting?

Bodoh! Itu bukan bantal! Itu manusia!

Daisy akhirnya mendorong badannya untuk bangun dan melihat siapa yang beraninya tidur bersamanya di satu ranjang. Dia ragu kalau dirinya yang mabuk pada malam itu bisa menarik seorang pria asing untuk one night stand. Dan itulah pria yang tidur di sampingnya, sangat jelas sekali kalau dia sangat mengenalnya.

"Aaahhhh....!!!!!" Dia akhirnya berteriak karena terkejut dengan pria yang telah tidur bersamanya. Terlebih, dia menjadi sadar bahwa mereka berdua sama-sama telanjang.

Teriakan tersebut sangat keras hingga membangunkan pria tersebut. Dia membuka kedua matanya dengan tegang dan sedikit kesal. Rasanya dia ingin menghajar siapapun yang mengganggunya tidur.

Daisy menarik satu-satunya selimut yang ada untuk menutupi seluruh tubuhnya. Dia tak bisa bangkit dari tempat tidur untuk kabur karena dia tahu bahwa itu tidak akan mungkin. Banyak hal bodoh di luar sana yang terjadi, tapi ini akan menjadi rumor terburuk yang akan dia dengar.

Demi apapun, Daisy akan lebih senang jika dia melihat orang asing daripada orang yang dia kenal ini. Bukannya akan lebih mudah melupakannya, pria itu akan menambah masalah untuknya.

Dia mencoba mengingat kembali apa yang terjadi semalam di pesta. Dia berkumpul dengan karyawan dari Tomioka Group untuk sebuah selebrasi. Dan di sana ada Christian Tomioka yang memimpin pesta itu. Tidak ada tanda-tanda Bennedict sialan itu selama di pesta, hingga tiba-tiba pria itu muncul tanpa diundang dan merebut minumannya.

Benar, mereka sedikit bertikai masalah minuman. Dan akhirnya, dia tak ingat apapun yang terjadi setelahnya.

Ben yang sudah terbangun, melirik kesal ke arah suara. Setelah dia sadar bahwa itu adalah Daisy, kedua matanya melembut. Dia merasa sedikit bersalah karena kesal dengan suara Daisy. Dan tersenyum senang melihat wanita itu di dekatnya sekarang.

"Kurang ajar, Ben!"

Daisy melihat senyumannya dan membentaknya. Dia mengambil bantal yang asli untuk memukuli wajah pria mesum itu.

"Beraninya kau! Kurang ajar! B*****an!"

Ben menghentikan pukulan itu dengan memegangi tangan Daisy yang membuatnya langsung histeris.

"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu, B****at!"

Ben melepaskan tangannya. Dia melihat Daisy dalam posisi defensif dengan memeluk tubuhnya sendiri di balik selimut. Wajah Daisy sudah memerah karena kekesalannya dan kedua matanya sedikit berair. Itu membuatnya sadar dengan apa yang sebenarnya terjadi sekarang.

"Jangan berpikir aneh-aneh dul-"

"Apa kau gila?! Kau menodaiku! Aku bersumpah akan membunuhmu setelah ini!" Daisy hampir menangis.

"Dengarkan aku, Daisy!" Ben membujuknya. "Aku bersumpah bahwa aku tak melakukan apapun semalam!"

"Lalu mengapa kita berdua telanjang, Bodoh?!"

"Tenanglah, Daisy! Seseorang pasti dengan jail melakukannya. Dan, kau tak perlu sepanik itu karena ini bukan pertama kalinya kita berdua dalam keadaan telanjang bersama."

"Si an***g!" Daisy melemparkan bantal lagi dengan sangat kuat ke wajah Ben.

Tanpa tahu apa yang terjadi, Ben sudah bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi semalam hingga akhirnya pagi ini terjadi. Dan tentu saja, dia sangat tahu pelaku dari masalah ini.

Daisy, kalau dia mau menenangkan diri dan memikirkannya, dia juga pasti tahu siapa orangnya. Tapi wanita ini masih sangat shocked dan kesal.

Harusnya pagi ini terasa indah untuknya, apalagi ini adalah akhir pekan.

Daisy sudah kehilangan pagi indahnya di akhir pekan karena pria menyebalkan itu. Rasanya dia ingin menangis sekarang.

Tiba-tiba sebuah ponsel di atas bed side table berbunyi. Itu adalah ponsel milik Ben.

"Vincent..." Kata Ben dingin lewat teleponnya. "Aku ingin kau seret Christian kemari! Entah di manapun dia sekarang."

"Ben, aku takut kalau Ian sedang bisnis trip ke London. Dia sudah terbang enam jam yang lalu."

Sialan!

"Arg! DASAR MESUM!"

Daisy mulai berteriak kembali karena Ben sudah berdiri. Dia tanpa dosa berdiri di depan Daisy tanpa ada sehelai benang di tubuhnya.

Sesuatu yang menggantung di sana membuat Daisy langsung menutupi wajahnya dan menunduk.

Ben mengabaikannya dan kembali ke telepon.

"Kau tahu harus bagaimana kan, Vincent? Aku tak ingin memecat asisten kesayanganku." Katanya dingin.

"Semuanya sudah siap, Pak."

Dan pintu kamar itu tiba-tiba diketok oleh seseorang.

Ben sedikit kesal dengan ini karena semuanya terasa disengaja dibuat dan diatur. Jika bukan karena adik laki-lakinya, dia pasti akan membunuhnya.

"Daisy, itu adalah semua barang-barangmu." Kata Ben. "Vincent memilihnya untukmu."

Daisy masih dalam posisinya yang seperti membatu.

"Selamat pagi, er... Pak."

Untungnya seorang pria yang mengetok pintunya. Dia adalah salah satu pegawai di hotel tersebut.

Oh, sial. Ben baru sadar kalau dirinya sedang di Hotel Kings Worth. Dia bisa melihat seragam yang dipakai oleh petugas lobi itu.

"Saya mengantarkan semua barang kebutuhan Anda dan istri Anda."

Entah mengapa Ben senang mendengarnya.

Petugas itu ingin masuk untuk mendorong trolinya, namun dia juga merasa ragu-ragu karena Ben menghalangi seluruh akses masuknya dengan tubuhnya yang besar.

Dan dia tak memiliki pilihan lain.

"Oh, biar aku yang bawa masuk. Kembalilah bekerja. Dan terima kasih." Ben akhirnya menarik troli itu masuk dan menutup pintu rapat-rapat.

"Daisy, oh Daisy... bunga kecilku." Ben memanggilnya dengan sedikit rayuan.

"Lihat, ini pakaian dan sarapan untukmu. Ada telur rebus meleleh kesukaanmu."

Daisy masih terdiam.

"Hey, apa kau baik-baik saja?" Ben menjadi khawatir karena Daisy tidak bergerak sama sekali. Dia merangkak ke tempat tidur dan mencoba untuk menarik selimut agar bisa melihat Daisy.

"Jangan sentuh aku!" Bentak Daisy dari dalam selimut.

Ben menahan tangannya di udara. Dia merasa sedikit lega karena ternyata Daisy tidak apa-apa.

"Daisy sayang... makan dulu, yuk. Kau tak banyak makan di pesta semalam."

Ben merayunya kembali. Ini salahnya karena pertikaian di antara mereka di pesta tersebut. Daisy menjadi lebih banyak minum daripada makan dengan benar.

"Ugh...! Ben! Pakai celana dul-" Daisy sudah keluar dari sarang selimutnya dan dengan kesal membentak Ben.

Meski perutnya sudah sangat lapar, dia tidak mau kalau Ben masih telanjang di depannya.

Tapi dia terhenti karena melihat Ben sudah memakai kaos putih dan celana pendek.

Ben bingung melihat Daisy yang mengamuk sendiri. Rambutnya menjadi berantakan, namun itu tak membuatnya jelek. Ben melihat keimutan Daisy di pagi hari.

Ah, benar. Pagi ini sangat indah bagi Ben.

Karena dekat, Ben sedikit melompat ke arah Daisy dan mengecup bibirnya. Lalu dia kembali bangkit berdiri dan tersenyum padanya.

"Aku mau mandi dulu." Itu katanya lalu pergi.

Daisy yang melihatnya penuh dengan kekesalannya, mulai menghapus bekas kecupan di bibirnya.

.

Riddle of You

Jam dan Bunga II