Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Zahra story'

🇮🇩Ine_Fitrianingsih
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.2k
Views
Synopsis
Zahra Nisa Aini--- Gadis yang baik, ia selalu sabar menghadapi Ibunya yang sedikit kurang waras dan Ayahnya pergi meninggalkan mereka berdua, karena sudah tidak memiliki apa-apa. Ia juga gadis yang tidak diharapkan oleh kedua orang tuanya. Ia gadis yang selalu dipandang sebelah mata oleh orang-orang. "Gue tau lo anak dari hubungan gelapkan?! hahahaha." ejek Caca bersama temen-temen lainnya. "Iya Zahra lahir dari hubungan gelap, tapi Zahra gak benci pada orang tua Zahra. Zahra bersyukur memiliki ibu yang sangat luar biasa di hidup Zahra." sambil menatap ibunya. "Kamu boleh hina saya, tapi jangan ibu saya!" ia menangis, lalu menghapus air matanya cepat dan segera pergi dari tempat itu sambil membawa ibunya pulang. Inilah kisah Zahra yang penuh dengan air mata dan penuh dengan teka teki.

Table of contents

Latest Update1
prolog3 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - prolog

"Apa salah Zahra, Leo?" tanya Zahra dengan gemetar, ia menatap Leo kecewa. Sudah cukup ia disakiti terus, ia sudah tidak tahan pada Leo yang tidak memiliki hati padanya.

"Zahra sakit Leo." Zahra diam sejenak, ia menatap Leo dengan air mata yang sudah keluar, ia menangis.

"Zahra sakit Leo. Leo yang gak punya rasa bersalah, Leo yang gak pernah sadar dan Leo yang gak pernah anggap Zahra ada, hiks..hiks..."

Zahra menatap Leo kecewa sekaligus benci. Ia sakit, karena Leo yang tidak pernah menganggap dirinya ada, dia yang tidak pernah memikirkan perasaannya, yang ada di pikiran Leo hanyalah senang-senang saja, tidak peduli pada orang yang ia sakiti.

Zahra menatap ke arah lain. "Zahra tau, kalau Zahra orang gak punya, Zahra tau itu. Zahra juga tau, Leo pasti malu punya pacar kaya Zahra. Terus kenapa Leo pengen Zahra jadi pacar Leo?" lalu menatap Leo, ia tahu diri bahwa ia dan Leo jauh berbeda.

Leo tetap diam.

"Jawab Leo!" Zahra terus menatap Leo dengan derai air mata.

Leo tetap diam, ia menundukkan kepalanya.

"Leo tau, cuma Leo yang Zahra punya, cuma Leo. Zahra udah gak punya siapa-siapa lagi selain Leo." ia menangis, kerena ia pun tidak tahu lagi yang akan bersama dirinya, cukup keluarganya saja. Mereka pergi meninggalkannya.

Hatinya berdeyut sakit, Zahra sudah capek pada Leo yang egois dan tidak punya rasa bersalah itu, ia sangat capek. Ia tidak tahu siapa lagi yang ia punya, orang tua? tidak, mereka tidak mau menganggap dirinya ada.

"Maaf."

Sakit. mendengar satu kata itu, ia tahu Leo berucap seperti itu tidak sungguh-sungguh.

"Zahra sadar diri, kalau Zahra jauh levelnya sama Leo, Zahra tau itu. Tapi setidaknya Leo jangan sakiti hati Zahra! hiks..hiks..."

Zahra menatap Leo sendu. "Bahkan Leo terang-terangan jalan sama cewek lain, itu juga ganti-ganti ceweknya dan Leo ajak Zahra itu pun Leo juga aja cewek lain, di depan mata kepala Zahra sendiri Leo bermesra-mesraan, tanpa pedulikan perasaan Zahra sedikit pun! dan setelah itu pergi ninggalin Zahra gitu aja." Zahra berhati sejenak.

"Dan bahkan setiap kali Leo ada masalah sama keluarga, temen, selingkuhan Leo. Yang kena imbasnya siapa? Zahra Leo! Zahra yang kena imbasnya, Leo yang suruh Zahra  datang dan Leo marah-marahin Zahra, yang Zahra gak tau apa masalahnya. Setelah puas Leo pergi gitu aja, biarin Zahra yang nangis dan ninggalin Zahra malem-malem! hiks...hiks.."

Ia sudah tidak tahan, mengingat perlakuan Leo yang seperti itu.

Ternyata selama ini Zahra sakit dengan perlakuannya, membuat Leo semakin bersalah. Baru kali ini ia melihat Zahra yang sekecewa itu dan semarah itu.

Memang ini salahnya, salah Leo.

Leo meraih kedua tangan Zahra. Namun, sudah ditepis oleh Zahra. "Maafin Leo, Leo salah udah buat Zahra sakit atas kelakuan Leo. Leo minta maaf." ia menunduk kepalanya, ia merasa semakin bersalah.

Zahra menghapus air matanya, lalu tersenyum. "Leo gak salah, yang salah Zahra di sini, Zahra yang gak tau diri sama Leo, Zahra yang gak pantes buat Leo dan Zahra bakal pergi dari kehidupan Leo." lalu pergi meninggalkan Leo.

Sebelum pergi jauh dari tempat itu, Zahra menengok kebelakang dan Leo pun menengok kebelakang juga.

"Zahra pamit. Makasih untuk semuanya dan makasih untuk air matanya."