Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Destino||Tujuan

🇮🇩matchocorone
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.2k
Views
Synopsis
"kalo gitu gue yang milih!" "H-hah?!" Sedetik kemudian tubuh pendek Soheila sudah berada di bahu kiri Kwanza, disusul pekikan kaget dari Soheila. "Wan, jangan gila lo! Turunin gue!" pekik Soheila. Kepalanya terasa pusing karena posisi kepalanya terbalik, perutnya yang dipenuhi lemak terasa sakit karena menekan bahu Kwanza -yang terasa seperti tulang. "Gue perlu ambil keputusan di saat partner hidup gue gak mampu memilih." ucap Kwanza santai.

Table of contents

Latest Update1
s a t u3 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - s a t u

Soheila membuang bungkus permennya dengan sembarang, kaki pendeknya terus berlarian mengejar bis sekolah yang kini sudah melaju kencang meninggalkannya.

"Sial!" dengusnya. "Mungkin ini petunjuk kalo Allah gak meridhoi gue berangkat sekolah hari ini." ucapnya dengan mulut yang tersumpal permen.

"Woi!"

Soheila menoleh kemudian mendengus keras-keras saat tau siapa yang memanggilnya. "Kok lo ada di sini?"

"Naik!"

"Ogah!" Soheila melipat kedua tangannya di depan dada. "Gue gak mau dibonceng lo."

Kwanza mendenguskan tawanya, kedua tangannya meremas gemas stang motor maticnya. "Naik sekarang atau gue seret."

Soheila mengernyitkan dahinya, merasa jijik dengan cowok di depannya. "Lo gak ngerti bahasa manusia, ya?"

Kwanza menarik dalam-dalam napasnya. "Naik sekarang, La. Kita udah terlambat."

"Kita? Lo aja kali." Soheila mengibaskan rambut panjangnya.

Kwanza mengernyitkan dahinya.

"Gue gak bakal berangkat sekolah."

Kwanza kembali menarik napasnya dalam-dalam. Kwanza turun dari motornya membuat Soheila mengernyit bingung. Kwanza memastikan jika motornya terstandar dengan betul kemudian melangkah mendekati Soheila yang berdiri menantangnya.

"Mau apa lo?" tanya Soheila sedikit was-was.

"Gue udah turun dari motor. Pilihan lo, gue seret kaki lo, rambut lo, tangan lo, atau gue panggul lo ke motor gue. Pilih sekarang!"

Sebelah bibir atas Soheila naik, matanya menyorot dengan tatapan aneh pada Kwanza. "Gue gak milih satupun."

Sudah cukup! Kesabaran Kwanza sudah terkuras. Dicengkeramnya pergelangan tangan Soheila dengan kencang, mengundang kernyitan dahi dari cewek di depannya. "Oke," Kwanza menjeda ucapannya, "kalo gitu gue yang milih!"

"H-hah?!"

Sedetik kemudian tubuh pendek Soheila sudah berada di bahu kiri Kwanza, disusul pekikan kaget dari Soheila.

"Wan, jangan gila lo! Turunin gue!" pekik Soheila. Kepalanya terasa pusing karena posisi kepalanya terbalik, perutnya yang dipenuhi lemak terasa sakit karena menekan bahu Kwanza -yang terasa seperti tulang.

"Gue perlu ambil keputusan di saat partner hidup gue gak mampu memilih." ucap Kwanza santai.

Soheila menarik napas dalam-dalam saat Kwanza menurunkannya. "Gue gak mau pake helm!" tepis Soheila saat Kwanza hendak memakaikannya helm bergambar Hello Kitty.

Kwanza menatap lurus Soheila. "Lo yang pake atau gue yang pakein?"

Soheila mendesis, dengan kasar direbutnya helm itu dari Kwanza.

"Pinter!" Kwanza menepuk-nepuk puncak kepala Soheila sebelum kemudian naik ke atas motor maticnya.

Soheila mencibir. Dipasangnya helm bergambar Hello Kitty itu ke kepalanya sebelum kemudian ikut naik ke motor butut Kwanza.

Soheila memajukan tubuhnya saat Kwanza menstater motor maticnya berulangkali. "Kenapa?"

"Gue rasa, Moggy mogok." jawab Kwanza enteng.

"H-ha?!"

***

"Silahkan buat dua kelompok. Tiga menit lagi kita mulai volinya." interupsi Pak Fahruk -guru olahraga.

"Baik, pak!"

"Untuk perempuan buat dua barisan di pinggir lapangan."

"Baik, pak."

Soheila menatap tak minat pada guru di depannya. "Yakali gue olahraga dua kali hari ini." gerutunya.

"Asem betul muka lo." bisik Anye -sahabat sekaligus teman semeja Soheila.

"Diem! Gue lagi males ngomong."

"Lah? Barusan apa kalo bukan ngomong? Kumur-kumur?" Anye tertawa geli saat melihat delikan mata Soheila. "Canda, Prit."

"Prat, Prit, Prat, Prit. Nama gue Soheila!" protes Soheila tak terima.

"Salah siapa pendek!" Anye menjulurkan lidahnya.

Tangan kanan Soheila terangkat. "Gue kepret juga lo!"

Bukannya merasa takut, Anye malah tertawa. Merasa lucu dengan tingkah sahabatnya itu.

Selagi menunggu barisan di depannya melangkah menuju tepi lapangan Soheila melarikan tatapannya ke lapangan voli, di sana Kwanza berdiri dengan gayanya yang sok cool dan tatapan matanya yang terfokus padanya.

Soheila melebarkan matanya, berharap terlihat garang. Namun di tengah lapangan sana Kwanza malah terkekeh kecil. "Dih, sok ganteng!"

"Siapa, Prit?" tanya Anye yang mendengar gerutuan Soheila.

"Bukan siapa-siapa!" ketus Soheila lalu melangkahkan kakinya beberapa langkah karena orang di depannya sudah empat langkah di depannya.

"Ih!!" bibir Anye mencebik. Disusulnya Soheila dengan kaki yang dientak.

***

TBC!!