Silvy tak menjawab ucapan Karlina. Ia bingung harus mengatakan apa.
"Kenapa kau diam saja, Nona?" tanya Karlina.
"Saya bangga, Ibu Walikota. Tapi entahlah dengan yang lain," sahut Silvy sambil memijat kepala Karlina.
"Heum, apa Andrea punya masalah dengan orang orang di sini?" tanya Karlina penasaran.
"Bukan Andrea. Tapi mereka yang selalu iri kepada Andrea. Mereka iri karena Andrea cantik. Mereka iri karena Andrea disukai oleh para pelanggan. Dan mereka juga iri karena pacar Andrea," ujar Silvy.
"Heuh, itu standar yang wanita tidak sukai daripada wanita lain. Dan menurutku itu wajar. Tapi kalau sampai sekarang mereka masih iri, euum, mungkin dari awal memang ia tak suka kepada Andrea," ujar Karlina.
"Entahlah, Bu. Saat itu jika Andrea mendapat perlakuan tak adil dari teman ataupun bos kami, pacarnya selalu saja menyemangati Andrea untuk tetap bertahan. Sayang mereka telah putus. Padahal mereka sangat serasi," ujar Silvy.
