Felix berangkat ke kantor dengan kondisinya yang sedikit kacau karena baru pulang dari bar bersambung teman temannya.
"Selamat pagi," sapa Ana rekan sekantor Felix.
"Pagi," sahut Felix asal.
Ana menatap heran ke arah Felix. Tak biasanya dia terlihat kacau seperti ini.
"Minumlah teh hangat di dapur, Felix. Hari ini ada rapat penting dengan Gubernur. Kau terlihat kacau sekali," ujar Ana.
"Gubernur?" gumam Felix.
"Kau tak tahu? Semalam ada telepon darurat. Proyek yang kau kerjakan sedang ditunda karena Gubernur menemukan ada masalah," ujar Ana.
"Masalah apa?" tanya Felix.
"Entahlah, aku tak terlalu paham. Dengar dengar ada hubungannya dengan keluarga Wijaya. Gubernur saat ini adalah perwakilan partai petani di suatu daerah di luar Jayakarta. Masih terkait dengan calon dari Rendy Wijaya," ujar Ana.
"Hah? Tanah itu sudah dijual pada kami oleh Rendy Wijaya," ujar Felix sambil mencari cari ponselnya.
