"Mengapa kau senyum-senyum?"
Sandra melepaskan tangannya dari genggaman Bara. Merasa sekali kalau laki-lakinya tengah mengejeknya.
"Senanh saja. Aku pikir aku yang selalu cemburu denganmu. Ternyata kita sama saja saling cemburu," ujar Bara dengan jumawa.
"Permisi Tuan Bara. Lantas apa yang membuatmu happy. Justru itu adalah tanda keretakan awal pernikahan.
Bara mengangkat alisnya. Benar juga apa yang dikatakan istrinya. Tapi dia tidak mau mengiyakan. Bagaikan sebuah doa.
"Jangan begitu Sayang. Kau jangan berkata seperti itu. Kita akan awet sampai menua dan memiliki cucu-cucu lucu."
Sandra mengangkat tangannya tidak acuh. Bukan hal itu poin yang ingin dia katakan. Dia hanya tidak mau Bara terlena. Menyepelekan ada yang menyukai dirinya. Berkaca dari pengalaman sebelumnya. Dia begitu terkejut dengan apa yang terjadi. Harus kehilangan anak karena begitu ada yang obsesi padanya.
"Ya sudah terserah kau saja. Sekarang aku tanya, mana hasil bukti yang bisa kau tunjukkan."