Suara itu benar-benar menggema di kedua telinga. Kaia menoleh karena dia yakin kalau suara itu adalah Angkasa lelaki yang sangat dia cintai saat ini. Kemudian kedua matanya pun membidik dalam satu sudut.
"Suara itu benar-benar milik dia. Kenapa kita harus bertemu? Kenapa kamu harus mencintai sosok perempuan lain? Apakah aku hanya saja terjebak dalam semua perasaan yang takkan pernah mungkin aku miliki saat ini? " Batin Kaia menghelakan napas berat ketika melihat sosok lelaki di seberang sana yang sedang berbagi canda dan tawa dengan perempuan lain. Dia sangat tidak rela sekali sebenarnya namun dia cukup tahu diri karena dia bukanlah siapa-siapa.
Suasana taman kota pun tampak ramai sekali tapi tidak halnya dengan hatinya yang cukup sepi. Kaia merasa kalau lelaki itu hanyalah sekedar singgah bukan menetap. Dia berusaha untuk menghapuskan perasaannya agar tidak terjebak dalam zona kenyamanan yang pada akhirnya harus ada perasaan untuk bisa dibunuh.