Seorang lelaki tampan dengan postur tubuh sempurna yang mempesona kaum hawa terlihat sangat gagah. Dia menggunakan setelan jaket kulit berwarna hitam selaras dengan celana jeans panjang yang dikenakannya.
"Sempurna! Seperti biasanya ..." gumam lelaki yang bernama Levin tersebut memuji dirinya sendiri. Sambil berdiri di depan cermin berukuran besar dengan motif ukiran Jepara dilapisi cat berwarna emas di dalam sebuah kamar hotel mewah.
Sudut matanya melirik tajam kearah bercak darah di atas tempat tidur berukuran king size, yang berwarna serba putih bertabur kelopak bunga mawar merah yang berserakan. Entah ini merupakan perawan keberapa yang pernah direnggutnya, pada saat dia sedang melaksanakan sebuah tugas.
Seorang perempuan muda dengan tubuh yang padat berisi, berkulit putih bersih, juga memiliki paras yang sangat cantik, terlihat tergeletak di atas ranjang tanpa busana, dengan tubuh lemas tidak berdaya. Sebuah akhir yang biasa bagi seorang lelaki seperkasa Levin. Jika dia sudah melakukan adegan ranjang, pasti si perempuan akan terpuaskan dalam kenikmatan tanpa ujung. Walaupun pastinya kenikmatan tersebut hadir diantara rasa sakit, yang mendera bagi si perempuan karena dirinya masih perawan.
"Kau mau kemana Levin?" tanya Rienka sambil memeluk selimut berwarna putih tersebut, untuk menutupi sekujur tubuhnya yang tanpa mengenakan sehelai benang pun. Dengan raut wajah yang mulai nampak cemas dan penuh tanda tanya.
"Tentu saja aku ingin pergi ..." jawab Levin dengan santainya. Sambil mengenakan setelan pakaian casual serba hitam. Lalu terakhir menggunakan jaket kulit, juga kacamata hitam sebagai penutup.
"A-apakah ... kau akan meninggalkan aku Levin? Ka-kau mau kemana? Kau akan kembalikan?" tanya Rienka dengan tatapan mata yang semakin cemas.
Sebab saat ini dia mulai menyadari, dia telah melakukan hal yang bodoh di dalam hidupnya. Dirinya telah memberikan kehormatannya sebagai seorang perempuan, yang selama ini dijaganya dengan baik. Bahkan di tengah pergaulan bebas zaman sekarang. Diantara teman-teman kuliahnya, dia yang selalu berprinsip kuat menjaga hal tersebut. Sebuah kehormatan yang seharusnya kelak, hanya akan diberikan kepada sang suami tercinta. Tetapi tidak malam hari ini. Karena rasa cintanya yang begitu besar terhadap Levin, hingga dia bersedia menyerahkan segalanya untuk dia.
"Aku akan pergi selamanya perempuan bodoh! Oh ya, terimakasih atas darah perawannya. Aku benar-benar lelaki yang sangat beruntung bukan? Hehehe," ujar Levin sambil melenggang santai keluar dari kamar hotel tersebut.
"Levin! Kembali! JANGAN TINGGALKAN AKU! PLEASE! A-aku sangat mencintaimu ... aku bisa mati jika kau pergi Levin! Sungguh, aku akan mati Levin. Aku tidak bisa hidup tanpamu!" teriak Rienka dengan suara yang sangat keras dan mulai hendak menangis.
Mendengar teriakkan tersebut nampaknya Levin sangat tidak peduli sama sekali. Dia terus melangkahkan kakinya sambil mengeluarkan handphone khusus miliknya, kemudian menghubungi seseorang yang sangat spesial.
"Hallo, M Zero ... seperti biasanya, kelinci sudah selesai dipotong. Saat ini M 01 siap melaksanakan tugas berikutnya."
"Good M 01! Next, lakukan pemotongan leher ayam hitam, posisi di Hotel Grand Diamond. Lakukan dengan sempurna, tanpa meninggalkan jejak sedikit pun."
"Jangan pernah meragukan M 01, M Zero! Semuanya pasti terkendali dengan sempurna!"
"Good!"
Setelah itu percakapan tersebut berakhir. Lalu Levin berjalan cepat menuju kearah basement hotel tempat motor gedenya diparkirkan. Baru saja Levin hendak mengendarai motor gedenya tersebut keluar dari parkiran basement. Sebuah tepukan yang lumayan keras hampir mendarat di pundaknya. Hal itu membuat Levin bersikap refleks dengan menangkap tangan tersebut, lalu memutarnya dengan gerakan silat yang mematikan pergerakan tangan lawan.
"Levin, sakit tahu! Shit!" Maki sebuah suara yang seketika membuat Levin menyunggingkan senyumannya yang mempesona.
"Ngapain kau di sini Lenox? Apakah kau sedang memata-matai aku? Heh?!" Tanya Levin sambil tersenyum di kulum.
"Oalah, sejak kapan M 01 memiliki sikap geer tingkat dewa? Sehingga menyangka aku memata-matai dirinya? Hahaha!" sahut Lenox sambil tertawa lepas.
"Lalu, sedang apa kau di sini M 03?" tanya Levin dengan gemas kepada rekan seprofesinya tersebut.
"Tidak boleh aku katakan Bro, kau kan tahu peraturannya. Yang jelas, saat ini kita sedang di jalur perjalanan yang sama. Baiklah kalau begitu, aku mau langsung ke brankas hitam. Sampai jumpa di sana dalam 20 menit?" ucap Lenox lalu melihat jam di tangannya, kemudian menyetel timer yang berada di jamnya tersebut sambil tersenyum menantang.
"15 menit! Aku akan menyelesaikan pekerjaanku lalu berkumpul dengan kalian!" jawab Levin dengan santainya sambil menarik sedikit sudut bibirnya.
Kemudian dia langsung mengenakan helm dan memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Seketika itu pula Lenox langsung menekan tombol timer di jam tangan khusus miliknya sambil tersenyum menyeringai.
"Okey M 01, only 15 menit!" gumamnya sambil tersenyum tipis dengan nada penasaran.
Kemudian dia pun melangkahkan kakinya menuju ke sebuah mobil mewah berwarna putih, yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri. Lalu memacu mobil tersebut dengan cepat menuju ke sebuah rumah megah, yang berjarak kurang lebih hanya sejauh lima kilometer. Sebuah rumah yang dipenuhi dengan perlengkapan keamanan modern tingkat tinggi.
Rumah tersebut biasa mereka sebut brangkas hitam, yang merupakan markas bagi ketiga agen rahasia dunia hitam. Mereka bekerja sebagai eksekutor untuk menyelesaikan berbagai tugas kotor. Yang di order oleh para pelanggan mereka yang berasal dari kalangan kelas atas. Untuk menyelesaikan pekerjaan misi apa pun yang dipesan, dengan bayaran yang sangat mahal ... tanpa terkecuali!
***
M 01 berdiri tegak dengan kesiagaan penuh, di balik tirai berwarna merah maroon tersebut. Seorang lelaki separuh baya berwajah seperti orang Arab, dengan perutnya yang buncit. Terlihat mulai memasuki kamar sambil bersiul senang, tanpa ada kecurigaan apapun. Dengan cepat M 01 keluar dari persembunyiannya, lalu langsung bergerak mendekati lelaki tersebut.
Seketika itu pula dengan sangat cepat, dia melakukan gerakan metode totok tubuh. Yang memang sangat dikuasainya, untuk menghentikan aliran darah ke jantung lelaki tersebut. Hingga saat itu juga lelaki tersebut langsung terjatuh ke lantai. Hanya beberapa menit saja, lelaki tersebut seketika mengalami serangan jantung mendadak lalu meninggal dunia.
"Anda dapat salam dari Pak Margono, Bapak Hans Jaladara! Katanya ... jangan pernah membakar gudang sembarangan!" bisik M 01 sambil menyeringai puas di telinga Pak Hans, sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya.
Hans Jaladara, seorang pengusaha mebel yang sangat sukses di Jakarta. Yang merupakan target tugasnya yang kedua malam hari ini. Dengan keahliannya sebagai seorang agen rahasia dunia hitam, saat ini target tersebut sudah tergeletak tidak bernyawa.
Hanya beberapa detik kemudian. Levin sudah kembali duduk di atas Mogenya, yang diparkirkan di lantai basement hotel tersebut. Kemudian dengan cepat dia kembali mengendarai motornya tersebut menuju ke brankas hitam. Untuk berkumpul dengan teman-teman seprofesinya, lalu memberikan laporan kepada M Zero. Mengenai tugas mereka masing-masing, sekaligus menerima tugas selanjutnya seperti biasa. Sebuah rutinitas yang terasa menyenangkan bagi Levin, di dalam mengisi hari-harinya selama ini.
Ditunggu komen, follow dan like-nya sahabat pembaca, agar aku semakin semangat berkarya yaa ... terimakasih :)
Follow my IG : IFANTIYANI