"Kau sudah dengar? Tuan muda Chlodd menjalin hubungan dengan nona Albelda dari kerajaan Velgia, lho-!"
"Benarkah? Sudah kuduga, mereka pasangan yang cocok-!"
"Aku yakin kedua orang tua nona dan tuan merestui. Habisnya hubungan kedua kerajaan kan sangat baik? Pasti mereka akan menikah dan menggelar upacara pernikahan yang mewah-!"
"Benar-! Kemarin aku sempat berpapasan dengan nona Albelda itu. Dia sangat ramah lho-! Bahkan memberikanku cokelat yang rasanya sangat enak-! Pantas saja tuan muda jatuh hati padanya."
"Tuan muda pun, orangnya sangatlah ramah, aku yakin mereka menjadi pasangan serasi."
"Kalian bertiga... Saya tahu saat ini sedang ramai soal tuan muda Chlodd dan nona muda Albelda... Tetapi, kita masih banyak pekerjaan bukan? Saya akan beri kalian istirahat satu jam setelah kalian selesai mengelap kaca dan mengepel tangga di kediaman yang besar ini... Mengerti?"
"Ba-baik-! Maafkan kelalaian kami Elene..." ketiga pembantu tersebut berlari meninggalkan sudut kediaman yang maha besar tersebut, mengambil tong pel dan lap kaca dengan tergesa-gesa.
Elene Yegard, seorang gadis berusia 14 tahun yang bekerja sebagai pembantu di sebuah kediaman bangsawan terkemuka, Phantom. Lahir di keluarga tak mampu di perbatasan, membuatnya terlahir sebagai gadis kuat secara mental dan fisik. Dengan rambut berwarna hitam anggun dan bola mata berwarna birunya tersebut terkadang orang-orang mengira Elene adalah seorang bangsawan. Dia diangkat sebagai dayang di umur 11 tahun dan menjadi dayang paling disiplin dan patuh hingga dipercayakan untuk melayani tuan muda di kediaman tersebut.
Tetapi Elene mempunyai rahasia, selama bekerja sebagai dayang untuk tuan muda yang berusia dua tahun lebih tua dari umurnya itu, secara tidak sadar Elene menyukainya dari hati dan begitu pula dengan majikannya. Tetapi hal itu berakhir ketika Vincentius Albelda De Raskreia, yang datang bertamu ke kediaman keluarga Phantom untuk urusan bisnis.
Keduanya yang bertemu secara langsung, saling menaruh perasaan dan akhirnya keduanya memiliki hubungan khusus yang tak bisa dielakkan. Elene dilupakan, tetapi ia tak bisa apa-apa.
"Padahal beberapa minggu yang lalu kita saling berjanji untuk takkan meninggalkan satu sama lain, tak mempedulikan jabatan dan derajat, tetapi mengapa?"
Sakit rasanya saat majikannya itu meninggalkan nya begitu saja. Saat pertama kali bertemu Chlodd, Elene adalah gadis yang dingin dan pendiam, tetapi sifat periang Chlodd merubah hidupnya yang suram, dia menjadi lebih berekspresi dan banyak bicara. Baginya Chlodd adalah semestanya.
"Elene, tuan muda Chlodd memanggil mu di kamarnya."
"Baik, saya akan segera kesana."
Ia berjalan di atas karpet merah, berjalan menuju tangga berlapis emas lalu berhenti di sebuah ruangan berpintu putih dan emas.
Tok tok tok.
"Saya datang, tuan muda."
"Masuklah."
Klap-
Elene membuka pintu, disambut oleh lelaki dengan surai coklat keemasan yang sedang duduk bersantai di dekat jendela dengan aroma teh Chamomile yang memanjakan hidung. Tak lupa dengan aroma lilin aromaterapi yang biasa dinyalakan di kamar tersebut.
"Tuan muda, saya-"
"Elene, ada yang ingin ku bicarakan. Empat mata."
"Baik, tuan muda."
"Sebelum itu bisakah kau membuat teh Chamomile, lagi?"
"Akan segera saya buat."
Diambilnya teko teh di meja yang berada di depan tuan mudanya itu, lalu ia bawa ke sebuah meja khusus. Membuat teh dengan telaten dengan racikan pas membuat aroma teh kembali menguar, merilekskan badan.
"Tuan muda, ini tehnya."
Elene menyodorkan sebuah cangkir teh dengan alas keramik pada tuannya tersebut, lalu berdiri tegak disebelahnya.
"Tuan muda, apa yang akan anda bicarakan pada saya?"
"Panggil saja namaku."
"..... Chlodd, apa yang akan anda bicarakan?''
"Mulai besok, kau akan menjadi pelayan Albelda. Mulai hari ini ia akan tinggal di kediaman ini. Ayahanda sudah setuju."
Elene membelalak. Apa katanya? Menjadi pelayan Albelda? Ditambah saat saya sedang patah hati?
"Disini tak ada pelayan ataupun pembantu yang jauh lebih baik darimu, aku serahkan Albelda padamu. Elene." Chlodd tersenyum.
Bibir Elene sedikit bergetar, lalu mengatup beberapa kali.
"Baik... Tuan muda. Lalu, apakah anda memiliki sesuatu yang akan disampaikan pada saya? Saya akan mendengarkannya sepenuh hati." tutur Elene.
Chlodd sedikit bereaksi setelah Elene kembali memanggilnya secara formal. Lalu menggeleng.
"Kalau begitu, saya akan undur diri. Semoga kesejahteraan Edden menyertai diri anda."
Elene menunduk sopan, ia membuka gaun pelayannya, dengan kaki kanan yang berada di depan dan badan yang tak kembali tegak setelah beberapa menit. Elene berlalu, tetapi di ambang pintu, Chlodd memanggilnya.
"Maaf Elene. Meskipun kau sudah banyak membantuku tetapi nyatanya dia lebih baik darimu."
".....apakah itu saja yang akan anda sampaikan lagi pada saya?"
"....tolong, jangan dendam pada Albelda. Jangan berbuat apapun untuknya. Demi aku."
Elene mengepalkan tangannya setelah mendengar perkataan Chlodd yang terakhir, lalu ia lemaskan kembali.
"Mana mungkin saya melanggar perkataan tuan muda yang telah saya urus sejak berumur 11 tahun. Saya takkan dendam pada nona Albelda, karena cinta itu datang secara tiba-tiba, tidak memandang apa akibat. Cinta itu menyakitkan, tuan." tutur Elene.
Klap-
Elene menutup pelan pintu kamar majikannya, ia bersandar di dinding, menghela nafas.
"Benar-benar, saya memang harus sadar diri."
"Eleneeeeee.....!!!!!"
Tiga orang gadis yang memakai seragam yang sama sepertinya berlari mendekati sambil berlari.
"Kami sudah mengerjakan semua, dengan ini kami akan diberi waktu istirahat sejam, kan?" mata mereka berbinar-binar.
Elene menghela nafas untuk kedua kalinya, ia memukul kepala ketiganya pelan.
"Saya beri waktu istirahat, tetapi lain kali jangan berlari seperti itu di lorong. Oke?"
"Baik..." lirih ketiganya sambil memegang kepalanya yang terpukul, lalu berjalan riang di lorong.
'Ah..capek, sepertinya ke kamar dulu saja.'
Elene berjalan terhuyung-huyung di lorong, menuju kamarnya yang berada di bawah tanah. Begitu sampai, ia langsung disambut oleh bau harum sup dari kuali.
"Elene, selamat datang- eh? Apa yang terjadi padamu? Mukamu pucat.... Apa kau sakit?"
Cherryl Bellia, satu-satunya teman dekat Elene. Bekerja sebagai pelayan dan juru masak untuk pelayan. Ia adalah gadis pemalu seusia Elene yang tak terlalu terbuka pada umum. Tetapi dia adalah anak paling baik di antara pelayan ataupun pembantu lain yang bekerja di kediaman Phantom menurut Elene.
"Cherryl.... Saya tak apa biarkan saya diam di kamar."
Elene langsung melesat ke kamarnya dan merebahkan diri di kasur.
Ditatap nya bubuk cokelat di meja miliknya. Ia mengambil mug berwarna putih dan menyeduhnya.
"Ah... Gulanya habis."
Dengan terpaksa, Elene mengaduk bubuk cokelat dan air di dalam mug agar tercampur, lalu ia minum sedikit demi sedikit.
"Pahit."
Tanpa sadar, air mata Elene menetes ke meja. Ia menatap nanar cokelat panas di dalam mug nya.
Sama seperti cokelat panas yang sedang Elene minum. Pahit karena tak ada gula, semakin diminum semakin pahit rasanya. Begitu pula dengan hidupnya, lelaki yang ia cintai telah pergi, semakin ia menjalani hidup semakin pahit hidupnya.
Elene menenggak langsung seluruh coklat panasnya langsung hingga tandas. Lalu membenamkan kepalanya di bawah lembutnya bantal.
Ƚσ
Ⴆҽ ƈσɳƚιɳυҽԃ.