Chereads / G-A-M-M-A / Chapter 3 - Siapa itu Gamma?

Chapter 3 - Siapa itu Gamma?

Raina yang melihat Haidar melamun langsung menepuk pundak lelaki itu sekali, "Haidar kenapa ngalamun sih?."

Sontak Haidar tersentak kaget, "Lo ngagetin aja sih, Rain."

"Aku tadi nepuk pundak kamu pelan lho masa gitu aja kamu sampe kaget"

"Ya kaget aja-"

"Lagi mikirin sesuatu ya?." Haidar menggeleng, "Nggak. Kamu pasti lagi bohong kan sama aku, buktinya kamu diem terus dari tadi itu artinya ada yang lagi kamu pikirin. Ayo ngaku." Raina ngerengek sambil narik-narik lengan jaket Haidar.

"Haidar ayo bilang sama aku, kamu lagi mikirin apa sampe ngalamun kayak tadi."

Haidar mengulas senyumnya ketika melihat Raina yang lagi menarik-narik lengan jaketnya sambil menekuk wajah cantiknya, "Gemes." itulah yang dapat Haidar ungkapkan dalam hati saat melihat Raina yang tengah merengek padanya itu.

"Haidar."

Cowok berkulit tan itu terdiam seperti di hipnotis saat mendapati wajah cantik Raina berada di jarak yang cukup dekat dengannya saat ini.

Dari kejauhan Raina terlihat berjinjit ketika bertatapan langsung dengan Haidar yang kebetulan memang tinggu badan Haidar sedikit lebih tinggi dari Raina.

Raina sendiri yang menyadari bahwa wajahnya begitu dekat dengan Haidar segera menjauhkan wajahnya begitu juga dengan Haidar.

"Haidar jawab dong~." bujuk Raina lagi.

"Gue nggak ngalamun, Rain. Percaya deh, gue tadi lagi liatin cewek cantik bang-akh!." pekik Haidar saat Raina nyubit lengannya, "Sakit, Rain!."

"Genit banget sih!."

Haidar mengulas senyum lalu mengerlingkan kedua matanya, "Keliatannya ada yang cemburu nih." sindirnya pada Raina yang duduk di kursi halte.

"Siapa juga yang cemburu, enggak tuh."

Haidar ngambil tempat duduk disamping Raina, "Terus kenapa tadi nyubit pas gue ngomong lagi ngeliatin cewek cantik."

"Ya itu karena kamu lagi buat dosa."

Haidar tertohok sama omongan Raina, "Dosa gimana sih, Rain. Yaallah. Memandangi cantiknya ciptaan Tuhan itu nggak dosa."

"Kamu ngeliatnya sampe ngalamun kayak tadi, itu tandanya kamu ada maksud tertentu."

Haidar cuma bisa ngegelengin kepala ngedenger Raina ngomel terus nggak berhenti-henti.

"Eh itu bisnya udah nyampe." ucapan Haidar ini bukan untuk ngalihin pembicaraan tapi bis yang biasa ditumpangi sama Raina emang udah sampe dan sekarang lagi jalan menuju ke halte.

Raina ikut menoleh kearah yang ditunjuk sama Haidar, "Yaudah kalo gitu kamu pulang sana." usirnya.

Haidar narik tas Raina ke belakang membuat gadis cantik itu kembali duduk, "Apa sih, aku mau berangkat." sungut Raina setengah kesal dengan apa yang baru aja dilakuin sama Haidar.

"Nggak lupa sama titipan gue kan?."

"Ya enggak lah-"

"Coba sekarang gue tanya, tadi gue suruh kasih ke siapa tuh surat?." tanya Haidar mencoba mengetes ingatan Raina.

Gadis cantik itu merotasikan kedua bola matanya sembari mengingat perkataan Haidar tadi yang menyuruhnya untuk memberi surat ijin Haidar pada seseorang.

"Sama... Ehmm siapa ya... Ish kamu sih ngajak ngobrol mulu dari tadi aku kan jadi lupa nama temen kamu."

Haidar membuang napasnya pelan, "Emang ya cewek tuh selalu bener nggak mau disalahin barang sedetik pun." ujarnya sambil melirik Raina yang hanya diam saja tidak menanggapi perkataannya membuat Haidar buru-buru melanjutkannya, "Gue tadi nyuruh lo buat ngasih surat ijin itu ke Gamma... Gue ulangin sekali lagi ya ke Gamma. G-a-m-m-a Gamma!."

"Gamma." lirih Raina.

"Nah iya Gamma, dia temen sefakultas gue jadi nanti lo kasih surat itu ke dia terus bilangin juga kalo gue nggak bisa ikut latihan band dulu buat beberapa hari ke depan.  Ngerti kan?."

Raina ngangguk kayak anak kecil, "Ngerti kok. Tapi aku ngasih ke Gammanya kapan?"

"Ya pagi ini lah, Rain. Gue juga ada kelas pagi sama kayak lo."

"Oh gitu, oke."

"Jangan oka oke dulu. Kalo lo susah nemuin Gamma lo bisa kasih ke Kenzo karena Gamma biasanya nongkrong dulu di warungnya bang Samad sebelum masuk ke kelas."

"Kenzo temennya Raden itu bukan?."

"Ya dia temen gue juga kali, Rain. Gue sama Kenzo kan satu band, gimana sih lo."

Raina mencebikkan bibirnya, "Yaudah iya terus?."

"Yaudah gitu aja. Udah sana lo berangkat," Haidar ngedorong pelan punggung Raina yang terhalang tas itu.

"Jangan dorong-dorong kayak gitu dong." setelah itu Raina masuk ke dalam bis yang lumayan penuh itu, untung aja Raina dapet tempat duduk kalo enggak pasti Haidar udah nyuruh Raina buat turun dan milih untuk nganterin cewek itu sampai kampus.

Sebenernya Haidar mau boncengin Raina setiap berangkat ke kampus tapi sayangnya mereka nggak satu fakultas jadi masuk kelasnya juga nggak barengan.

Haidar ngelambaiin tangannya saat bis Raina mulai berjalan menjauh dari tempatnya berdiri sekarang.

"Raina kapan lo bisa tau perasaan gue." ujarnya sambil menurunkan tangannya yang sebelumnya diangkat ke udara.

"Gue sayang sama lo pakek banget," Haidar menyentuh dadanya, "Tunggu gue jadi orang sukses dulu ya setelah itu gue dateng ke rumah ngajak ayah sama bunda buat ngelamar lo." gumamnya.

>>>

Sesampainya Raina di kampus, gadis cantik yang hari ini memakai kerudung pashmina polos berwarna coklat gelap itu langsung menuju ke perpustakaan seperti apa yang sudah Carissa perintah kemarin.

"Besok lo harus dateng pagi dan langsung ke perpustakaan, gue tunggu disana." begitulah perintah Carissa tadi malam pada Raina lewat chat.

"Rissa." panggil Raina pada Carissa yang berdiri didepan perpustakaan, "Kok kamu nggak masuk?."

"Gimana mau masuk, perpustakaannya aja belum dibuka." jawabnya.

Raina terseyum lalu merangkul lengan temannya itu, "Yaudah kalau gitu temenin aku ke fakultas seni dulu yuk."

Carissa menoleh, "Tumben ke fakultas seni, mau ngapain?."

Raina membuka resleting tas punggungnya dan ngeluarin surat yang di titipin Haidar tadi, "Itu apaan?." tanya Carissa.

"Surat."

Carissa langsung mendengus sebal, "Ya gue tau itu surat, Rain. Maksud gue itu surat apa dan untuk siapa?."

"Ini surat ijinnya Haidar-"

"Tumbenan anak itu ijin biasanya dia paling anti sama ijin - ijin kayak gitu kecuali kalo lagi sakit, Haidar sakit?." potong Carissa.

Raina menggelengkan kepalanya, "Enggak kok, Haidar ada acara keluarga di Bandung jadi dia ijin."

"Sampai kapan?." tanya Carissa lagi sambil mengambil alih surat ijin Haidar itu dari tangan Raina.

"Kata dia 3 hari."

"What?!!."

"Eh eh! Kamu mau ngapain, jangan dibuka." Raina menahan tangan Carissa yang mau membuka surat ijin Haidar.

"Percaya nggak kalo tanda tangan orang tua di surat ijin Haidar ini Haidar sendiri yang buat."

Raina merebut surat itu dari tangan Carissa, "Enggak mungkinlah, Haidar bukan orang kayak gitu. Pasti ayah bundanya Haidar yang nyuruh dia buat bikin surat ijin."

Carissa cuma bisa ngangguk pasrah, "Yayaya. Yaudah ayok." gadis yang rambutnya terurai indah itu menggandeng tangan Raina.

"Lo mau kasih surat ijin itu ke siapa-oh iya lo kenal sama Kenzo kan?."

"Kenal dari Raden-"

"Gue juga kenal Kenzo dari Raden, lo kasih surat ijinnya Haidar ke Kenzo aja."

"Tapi Haidar nyuruh aku buat ngasih surat ijinnya ke Gamma bukan ke Kenzo."

Carissa mengernyitkan dahinya, "Gamma? Gamma yang satu band sama Haidar itu bukan?."

Raina mengedikkan bahunya, pantas saja kalo dia kurang tau siapa aja yang satu band sama Haidar karena Raina jarang ke fakultas seni dan jarang juga nonton kalau dikampusnya ada acara musik, gadis itu lebih memilih untuk ikut temen-temennya baca Qur'an di masjid yang ada di kampusnya.

"Ih itu loh, Rain. Gamma yang rambutnya warna warni-"

"Warna warni gimana?."

"Dia tuh selalu gonta-ganti warna rambut setiap bulannya, kemarin aja dia warnain tuh rambut warna pink dan lo tau nggak Rain..."

"Apa?."

Rain menatap Carissa penuh tanya, "Apa ih kok malah diem."

Raina kaget saat Carissa tiba-tiba ngerangkul pundaknya, "GANTENG BANGET YALLAH, ITU SI GAMMA GANTENG BANGET!." teriaknya tepat ditelinga Raina.

"Heh! Jangan berlebihan kayak gitu."

Carissa menekuk wajahnya kesal, "Ah kamu mah nggak seru, tapi percaya deh kalo nanti kamu liat Gamma pasti langsung jatuh cinta."

Raina cuma bisa ngegelengin kepala setelah mendengar perkataan Carissa.

Temennya itu memang suka melebih-lebihkan sesuatu, memangnya seganteng apa sih orang yang namanya Gamma itu?.