"Apa yang mereka lakukan di sini?" tanya Zack.
"Sarapan?" jawab Yasuo dengan ekspresi ragu.
Dan tentu saja tidak mungkin geng ini sarapan di kantin secara bersama-sama. Biasanya kantin mulai penuh ketika jam istirahat. Ini terlalu pagi untuk mulai meramaikan kantin. Dan saat ini mereka memang tidak memesan apa pun. Mereka hanya duduk saja di sana, mengobrol dengan ekspresi misterius.
"Apakah mereka melakukan pertemuan?" tanya Zack walau ia merasa itu konyol sekali.
"Mungkin," Yasuo mengangkat bahu. "Kira-kira, untuk apa mereka melakukan pertemuan? Apakah mereka berniat untuk melakukan sesuatu yang mengerikan?"
Komentar Yasuo terdengar terlalu membesar-besarkan, namun Zack juga merasa tidak nyaman dengan kegiatan geng itu yang mencurigakan. Dan akhirnya, Pemimpin Geng Blacksoul, Drake, menolehkan wajah. Pasang matanya yang berwarna hijau menangkap keberadaan Zack.
Drake adalah seorang Vampir. Dengan tubuh kurus tinggi, kulit gelap berpendaran, pasang mata dengan iris berwarna hijau gelap, wajahnya yang runcing menunjukkan karakter antagonis yang sangat jelas. Semakin hari Vampir ini semakin terlihat menakutkan. Senyum sinis selalu menghiasi bibirnya. Tiba-tiba dia berdiri. Kedua kaki tangannya, Hayley si Penyihir dan Tom si Werewolf buru-buru mengikutinya berdiri. Mereka bertiga melangkah mendekati meja Zack dan Yasuo.
"Pagi, Zack. Dan... Yasuo," Drake menyebut nama Zack dengan mata yang berbinar-binar, namun raut dingin segera muncul di wajahnya ketika menyebutkan nama Yasuo.
Yasuo malah tersenyum memaklumi melihat ekspresi Drake padanya.
"Sori, Yasuo. Apa kau sedang bertanya-tanya dimana keberadaan fans-mu?" tanya Drake sinis.
Hayley si Penyihir adalah sosok gadis berwajah jahat dengan make up tebal. Ia tampak sengaja menggunakan eyeliner hitam di sekitar matanya agar terlihat semakin galak yang mengancam. Rambutnya yang keriting hitam tergerai bagaikan ular, sebutan medusa tampaknya cocok untuknya. Dia tertawa genit ketika Drake dengan halus mengejek Yasuo melalui kata-kata. Tawa Hayley mirip kikik kuda, sangat menyebalkan ketika didengar. Tongkat sihir miliknya berujung bengkok terselip di pinggangnya.
Sementara Tom si werewolf akan mengingatkan siapa saja pada Hulk, super hero manusia hijau di film fantasi. Dia tertawa seperti orang tersedak dengan suara beratnya.
"Sudah kubilang kepadamu, Yasuo. Semuanya akan lebih mudah andai saja kau mau menjadi anggotaku." Kata Drake tiba-tiba dengan suara lembut.
Yasuo tertawa kecil dengan gaya sopan. "Maaf, Drake. Aku tidak akan pernah menjadi budakmu," ujarnya dengan nada kalem namun ampuh membuat Drake mendengus tidak suka.
"Yeah, kau hanya perlu waktu, Yasuo.... Dan tentu saja, Zack Myron." Drake seolah melupakan keberadaan Yasuo sepersekian detik kemudian, ia memandang Zack dengan matanya yang kini berubah keemasan. Ya, hal abnormal pada Vampir adalah warna mata mereka dapat berubah-rubah sesuai perasaan mereka.
Mendadak Zack merasa mual. Mata keemasan Drake membuatnya teringat pada pria dalam mimpinya.
"Aku juga tidak tertarik untuk menjadi anggotamu, Drake." Kata Zack segera.
Drake terdiam. Hayley yang berdiri di sampingnya memasang wajah simpati pada Zack, menggeleng-gelengkan kepalanya sedih seolah Zack baru saja melakukan suatu kesalahan fatal. Sementara Tom memasang wajah tanpa ekspresi, memandang Zack tanpa berkedip.
Drake hanya tersenyum menyeringai hingga taringnya yang runcing terlihat. "Kau istimewa, Zack." Drake berkata lembut. "Aku tahu suatu saat kau akan sadar jika membutuhkan aku. Dan aku akan menunggumu dengan tangan terbuka."
Yasuo mengerutkan dahi mendengar hal itu, ia beralih memandang Zack, masih dengan kerut di dahi. Zack mencoba untuk tetap menguasai dirinya ketika Yasuo memandangnya dengan tatapan penasaran. Jika Yasuo berhasil menolak geng ini satu atau dua kali, Zack bahkan telah menolak untuk masuk ke dalam geng sejak Blacksoul masih terdiri dari tiga orang saja, Yaitu Drake dengan kedua temannya yang berdiri bersama dengannya saat ini.
"Bukankah dia menarik?" tanya Drake kepada Hayley dan Tom, tangannya terangkat untuk mencoba menyentuh wajah Zack. Zack buru-buru menghindar. Drake yang kecewa segera menarik tangannya kembali. Hingga sekarang, Zack masih belum mengetahui hal apa yang membuat Drake begitu tertarik dengan dirinya. Dia adalah manusia, dan dia tahu bahwa Drake selalu senang mendiskriminasikan Eksistensi manusia. Kadang Zack merasa Drake memandanginya seperti melihat hewan langka yang sangat menarik.
"Yeah, dan tampan...." Desah Hayley setuju, memandang Zack dengan tatapan liar. Tom memberengut jengkel mendengarnya, memandang Zack dua kali lipat lebih mengancam.
"Mungkin kapan-kapan lagi, Zack." Kata Drake, tersenyum. Suatu hal yang sangat menarik dari Vampir adalah bagaimana mereka selalu dengan mudah mengatur emosi. Drake mengangguk sebagai isyarat bahwa mereka akan pergi. Sebelumnya mata keemasan Drake masih memandangi Zack dengan penuh ketertarikan. Dan ketika Drake bersama kedua temannya pergi keluar dari kantin, seluruh anggota Blacksoul yang duduk berkelompok-kelompok di meja kantin segera bubar.
"Apa maksudnya?" tanya Yasuo, menuntut jawaban pada Zack. Zack malah berdiri kemudian melangkah keluar dari kantin. Yasuo segera mengikutinya. "Dia memandangmu dengan tatapan yang aneh. Kau... juga menolaknya?"
"Dan kau juga," kata Zack pada Yasuo. Ia mencoba untuk tidak membuat dirinya terdengar istimewa hanya karena Drake yang begitu menginginkannya menjadi anggota.
Yasuo mengangguk setuju. "Ya, siapa yang tidak menginginkanku?" katanya dengan tersenyum menyeringai, narsisme.
Zack akhirnya dapat bernafas lega ketika ia berpisah dengan Yasuo di depan pintu kelas. Beberapa gadis yang berdiri di dekat pintu menjerit ketika melihat Yasuo, Yasuo membalas jeritan itu dengan senyuman mempesonanya.
Zack menggeleng-geleng heran. Ia tidak pernah mengerti kebiasaan aneh Yasuo yang selalu baik hati dengan para perempuan. Melihat kursi-kursi telah hampir terisi, Zack memutuskan untuk menyisihkan dirinya ke bangku paling belakang. Ia segera duduk dan menyapa anak laki-laki yang akan menjadi teman sebangkunya.
"Hai, Young."
Young Kim juga adalah Eksistensi Manusia sama dengan Zack. Young adalah remaja berwajah oval dengan rambut hitam kemerahan yang selalu berantakan, mata kecil dengan manik gelapnya terlihat selalu mengantuk, ia juga mengenakan kacamata berlensa tebal dan memiliki ekspresi wajah datar. Hari ini Young mengenakan jaket berwarna hijau dan membiarkan tudung jaketnya menutupi kepala.
Young memiliki karakter kuat sebagai introvert dengan tatapan berbahaya yang menyebabkan Eksistensi bukan manusia memutuskan untuk tidak mendekatinya. Well, inilah kesamaan diantara mereka berdua.
"Hai." Balas Young datar, melirik ke arah pintu. Yasuo dan gadis-gadisnya telah memasuki pintu. Guru Kimia, Mr. Benedict, muncul memasuki kelas setelahnya.
Zack mulai menguap. Dia tidak pernah menyukai pelajaran kimia.
"Proyek baru." Kata Young yang tampaknya mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Mr. Benedict. Zack yang hampir ketiduran tersadar.
"Ya, ya... aku ikut grupmu." Kata Zack.
"Silahkan." Young mengangguk setuju.
Selama hampir dua setengah tahun Zack bersekolah di sini ia selalu menganggap Young adalah dewa penyelamatnya, khusus untuk mata pelajaran kimia. Dia tidak pernah gagal selama ia duduk dekat dengan Young. Dan tampaknya Young juga tidak ambil pusing. Karena predikat yang sama dengan Zack sebagai murid penyendiri, Young juga tidak punya partner untuk tugas kelompok.
Kelas bubar dan membuat Zack bernafas lega. Mr. Benedict lebih dulu keluar dari kelas kemudian murid-murid mulai meninggalkan kelas. Zack dan Young segera bergerak keluar dari kelas.
"Aku akan buat resume-nya," kata Young pada Zack.
"Kau sudah memikirkan judul proyeknya?" Zack yang masih mengantuk kini benar-benar terbangun. Young selalu membuatnya terperangah. Dia tidak pernah mengerti bagaimana Tuhan bisa menciptakan Young dengan otak jenius, sementara dirinya tidak.
"Ya, akan kuberitahu nanti, eh, lusa. Jadi kita akan membahasnya."
"Wah... kau selalu tidak pernah gagal membuatku lulus dari mata pelajaran mengerikan ini," kata Zack, menepuk bahu Young dengan tatapan kagum.
Young hanya mengangkat sebelah alisnya, tidak terlalu bangga mendapatkan pujian Zack. "Sampai nanti." katanya canggung lalu berbelok di lorong sebelah kanan.
Zack terdiam sesaat di lorong, memperhatikan punggung Young yang menjauh. Ada yang berbeda dari si introvert, ekspresi Young terlihat gelisah dan ada bekas luka di sekitar dahinya yang sengaja ditutupi tudung Hoodie.
Ck, sejak kapan Zack mulai memperhatikan orang-orang di sekitarnya?
"Kau lihat Young Kim?"
Zack tidak sengaja mendengarkan bisikan anak-anak yang berada di lorong.
"Anak malang."
"Aku dengar kemarin dia ditangkap geng Blacksoul."
"Benar sekali, dia dipaksa untuk bergabung dengan geng itu. Dan katanya dia menolak."
"Young anak yang kuat, aku tidak tahu bagaimana dia bisa bertahan dari Blacksoul. Sementara dia adalah manusia."
***
"Kelas selesai, jangan lupa untuk mengumpulkan essai kalian mengenai bangunan pertahanan negara-negara selama perang dunia minggu depan." Mr. History meninggalkan kelas diikuti oleh para murid-murid yang menggerutu mengenai tugas essai sejarah mereka.
Zack keluar dari kelas dengan sedikit terburu-buru namun ia tidak berhasil keluar tepat waktu karena Young baru saja menghilang di lorong, terbawa arus murid-murid. Bahu Zack turun, kecewa karena dia tidak berhasil berkompromi dengan si jenius.
Zack melirik arlojinya. Mata pelajarannya telah habis untuk hari ini, dia bisa pulang sekarang. Namun kembali ke apartemennya yang sumpek membuatnya merasa malas untuk pulang.
Zack berhenti sesaat di depan papan mading, mencoba mencari pengumuman atau bacaan menarik di sana. Mungkin ada rekomendasi tempat nongkrong dengan sajian makanan enak yang murah.
Ck. Bahkan papan mading dipenuhi dengan informasi mengenai Eksistensi Bukan Manusia. Seperti, Acara hang out untuk masing-masing Eksistensi. Kelas mantra sihir gratis untuk para Penyihir. Acara berburu untuk para werewolf di akhir minggu. Dan informasi mengenai klub malam terbaik untuk para Vampir remaja.
"Mr. History tidak menjawab pertanyaanku, aku tahu dia punya jawaban. Kau lihat sendiri kan bagaimana reaksi wajahnya?"
Zack mendengar suara itu mendekatinya. Ia menoleh dan melihat Sam Wynne telah berdiri di sebelahnya, tampak tidak menyadari keberadaannya.
Sam Wynne adalah salah satu teman sekelasnya, yang selalu mudah dikenali dengan tubuhnya yang tinggi besar. Dia sedang berbicara serius dengan seorang murid perempuan di sebelahnya. Namun Zack tidak dapat melihat si murid perempuan. Ia tidak ingat jika Sam memilliki teman perempuan.
Sam Wynne sama introvert dengan dirinya dan Young Kim, namun berbeda kasus, Sam selalu menjadi incaran bulan-bulanan anak populer.
"Ceroboh." Kata si gadis yang tingginya tidak lebih dari sebahu Sam. "Jangan pernah mengajukan pertanyaan semacam itu lagi di kelas."
"Charis, kau tidak menjelaskan hal ini padaku. Bukan salahku jika aku penasaran." gerutu Sam jengkel.
"Bukan karena aku tidak ingin menjelaskannya padamu, tapi karena kau sulit mengerti penjelasanku." balas si perempuan dengan nada jengkel.
Zack penasaran sekali untuk melihat si murid perempuan. Namun tubuh Sam masih menghalangi pandangannya.
"Belajarlah dengan lebih keras, Sam."
Sam menghela nafas, Ia tiba-tiba mundur selangkah untuk membaca artikel di papan mading, menunduk. Dan hal ini memberikan kesempatan pada Zack untuk dapat melihat si murid perempuan.
Asing. Itu adalah kesimpulan pertama yang muncul di dalam kepala Zack ketika melihat wajah teman perempuan Sam.
Dan tiba-tiba saja, matanya bertemu tatap dengan gadis asing itu. Zack terkesiap ketika menangkap mata cokelat pucat itu memandangnya. Si murid perempuan adalah gadis yang tidak pernah ia lihat selama ia berada di sekolah ini. Bahkan mungkin di kota ini.
Wajah gadis itu pucat dengan lingkaran hitam tipis di bawah matanya yang menandakan bahwa dia kurang tidur. Rambut hitam bergelombang sebahunya sedikit berantakan dan entah sejak kapan gadis itu sudah memutuskan kontak darinya.
"Ayo, Sam." Gadis itu menarik lengan Sam.
Sam yang baru saja menyadari keberadaan Zack, melemparkan tatapan gugup pada Zack, terseret mengikuti si gadis asing.
Sepeninggal Sam, Zack masih bertanya-tanya mengenai si murid perempuan asing itu. Aneh karena selama bersekolah di sini dia hanya tahu Sam Wynne adalah murid penyendiri. Dan jika gadis tadi satu angkatan dengannya, atau mungkin anak baru, mengapa ia tidak pernah melihat gadis itu sama sekali?
Zack baru saja meninggalkan gedung sekolah, dan langkahnya perlahan memelan. Jantungnya serasa tertekan. Matanya membelalak ketika melihat sosok Vampir yang berdiri di sisi halaman sedang memandanginya.
Tubuh si Vampir tidak terlalu tinggi, ia mengenakan pakaian serba hitam yang membuat kulit putih pucatnya seperti berpendaran di bawah naungan pepohonan di sisi halaman. Matanya yang keemasan memandang Zack. Sosok si Vampir mengingatkan Zack pada sosok pria dalam mimpinya. Ia bahkan terkejut bagaimana keduanya memiliki kesamaan yang cukup dekat.
"Hai!" sapa si Vampir ramah ketika menghampirinya, matanya yang keemasan berbinar-binar, membuat Zack merasa risih. "Namaku Ivan." Ujarnya, menjulurkan tangannya yang pucat sedingin es. "Aku sangat ingin berkenalan denganmu, Zack Myron!"[]