Chapter 3 - Menyukai Hana

"Hmm sudah yuk, Ren. Kita ke perpus," ajak Hana. Renata hanya mengangguk, setelah itu mereka berdua kembali melanjutkan perjalanannya menuju perpustakaan sekolah.

Leon yang semula berada didepan kelas pun memutuskan untuk mengikuti Hana dan Renata yang ke perpustakaan secara diam-diam.

***

#Di perpustakaan#

Tampak Hana begitu serius membaca buku pilihannya. Sedangkan Renata, sesekali ia menatap kearah Hana yang begitu serius.

"Astaga, dia tidak menoleh kemana-mana sedikitpun," batin Renata. Dari kejauhan tampak Leon memperhatikan Hana terus-menerus.

Saat Hana sedang serius-serius membacanya, datang Alex. Di sekolah Alex dikenal sangat menyeramkan karena semua bisa dia kalahkan dalam satu pukulan. Alex memegang bahu kanan Hana.

"Kudengar kau tadi jadi jagoan. Apakah kau mau jadi jagoan sekolah? dengar ya kau itu hanya wanita lemah! gak usah macem-macem!" kata Alex. Lalu Alex menjambak rambut Hana. Namun Hana tetap diam.

Leon langsung berdiri ketika melihat sikap Alex yang kasar dengan Hana. Ia ingin bertindak namun baru saja Leon melangkahkan kakinya, Hana langsung saja menyerang Alex dengan satu pukulannya. Namun Alex sudah tumbang.

"Jangan menilai orang dari luar tapi dari dalam juga!" tegas Hana. Alex tersenyum melihatnya, iapun mengelap darah yang ada di hidungnya akibat pukulan Hana.

"Boleh juga kamu," ucap Alex sambil berdiri dan menatap kearah Hana. Alex melayangkan bogem mentah nya namun Hana berhasil menghindarinya. Baru pertama kalinya ada orang yang bisa menghindari pukulan Alex.

"Mana mungkin dia bisa menghindar?" gumam Alex. Hana menatapnya dengan dingin. Setelah itu Hana menendang perut Alex lalu memukul leher belakang Alex serta memukul dahu Alex dari bawah.

Seketika Alex pun tumbang. Leon semakin terpesona dengan Hana saat melihat aksi yang dilakukan Hana begitupun dengan Renata.

"Sebaiknya kita kembali ke kelas, sebentar lagi jam pelajaran dimulai," ucap Hana sembari menarik tangan Renata. Renata hanya diam menurut setelah itu mereka berdua berlari keluar dari perpustakaan. Begitupun dengan Leon.

Beberapa menit kemudian...

Hana, Renata dan Leon sampai didalam kelas. Mereka pun duduk di bangkunya masing-masing.

Leon menatap kearah Hana yang sedang duduk seraya membaca cerita yang dikarang oleh Hana di buku tulisnya. Leon tersenyum seraya menatap Hana, saat itu terjadi Renata melihatnya. Renata curiga bahwa Leon menyukai Hana.

Saat Hana sedang serius-serius nya membaca, Leon memujinya tanpa malu-malu. Bahkan satu kelas mendengarnya.

"Hana kamu sangat hebat! aku kagum denganmu! meskipun kamu tidak sekelas dengan anak yang dibully tadi, kamu tetap mau menolongnya," ujar Leon. Semua pun menengok kearah Leon ketika Leon menuji Hana.

"Bukankah itu hanya hal sepele? semuanya seharusnya bisa melakukannya. Tapi orang jaman sekarang hatinya berwarna hitam jadi ya tidak bisa melakukan hal-hal begitu," jawab Hana seraya menatap Leon. Untuk pertama kalinya Leon bertatapan langsung dengan Hana, jantungnya berdegup kencang ketika Hana menatapnya.

"Oh ya Leon, hari ini kata Bu guru ada tugas kelompok membuat prakarya yang akan dipamerkan di aula sekolah. Katanya kamu dan aku satu kelompok," ucap Hana dengan wajah nya yang datar.

"Baiklah kita kerjakan saja tugasnya di rumahmu. Apakah kamu tidak keberatan?" tanya Leon.

"Aku terserah saja. Habis pulang sekolah ya!" tegas Hana. Leon mengangguk. Lalu Hana kembali berfokus kepada buku tulisnya.

Tampak para teman-teman kelas Hana yang berkelamin wanita cemburu melihat Leon yang begitu ramah dengan Hana sedangkan dengan yang lainnya dingin.

***

#Sore hari#

"Hahahaha bukankah lucu? kamu dipasangkan oleh Aquila. Dia kan suka dengan kamu dan kamu ya agak-agak suka dengan dia," ucap Hana yang menggoda sahabatnya.

"Ah Hana apaan sih?! aku gak suka sama Aquila. Ish! Bu guru ngeselin banget dah. Hmm by the way, sepertinya Leon suka sama kamu. Buktinya dia sering ngelirik kamu sambil senyum-senyum. Terus pas kamu ajak ngomong dia, dia kaya seneng banget gitu," kata Renata.

"Renata! kamu ini apa-apaan sih! dia baru masuk sekolah, baru tadi pagi. Ya kali suka sama aku, kamu ngelantur gak jelas mulu nih akhir-akhir ini," tutur Hana.

"Benar juga sih, dia baru anak baru banget," jawab Renata. ketika Hana dan Renata sedang mengobrol, tiba-tiba saja dari kejauhan datang Leon yang langsung merangkul bahu Hana membuat Hana dan Renata terkejut.

"Hai Hana! hai Renata! oh ya jangan lupa Hana, kita kan ada tugas kelompok jadi pulang bareng," ucap Leon secara spontan.

"Hmm iya Leon, tapi kamu tidak usah merangkul ku seperti ini," jawab Hana seraya mengangkat tangan Leon yang merangkul bahunya kemudian melepasnya.

"By the way Hana, aku harus temui Aquila dulu. Bye," Renata berlari meninggalkan Hana dan Leon berduaan.

Hana dan Leon sempat saling menatap satu sama lain lalu keduanya langsung menatap lurus ke depan.

"Sebelum pulang ke rumahku, aku harus menjemput adikku dulu," ketus Hana.

"Baiklah, aku tidak keberatan kok," jawab Leon.

Setelah itu mereka berdua saling diam-diaman sepanjang perjalanan hingga sampai di rumah.

Satu jam kemudian...

"Bunda, aku pulang!" teriak Lavender. Kemudian Liliy mendekati Lavender dan memeluk anaknya. Hana dan Leon menatapnya, raut wajah Hana berubah menjadi masam ketika melihat itu. Kemudian Hana langsung menarik Leon ke kamarnya. Saat memegang gagang pintu, dari kejauhan Liliy berteriak.

"Hana! makan dulu yuk," teriak Liliy.

"Tidak usah! aku kalau lapar langsung makan kok nanti!" ketus Hana lalu Hana membuka pintu kamarnya. Seklias Leon sempat menatap kearah Liliy, ia sempat membatin.

"Sepertinya bundanya Hana lebih menyayangi adiknya Hana dibandingkan Hana. Makanya Hana cuek dengan bundanya," batin Leon sambil terdiam. Hana melihatnya kemudian mengajaknya masuk.

"Ayo Leon, kenapa kamu diam saja?" kata Hana.

"Eh iya, maaf Hana," Leon pun masuk kedalam kamarnya Hana lalu Hana menutup pintu kamarnya.