"Pembuluh darah meningeal arterynya pecah. Darahnya menggumpal di antara tengkorak kepala dan epidura." Arsen mengangguk tidak peduli wajahnya di buat sepolos-polos mungkin membuat Andi melotot marah. "Kau pikir aku sedang membicarakan kasus orang lain ya?!" Arsen masih diam memutar kursinya menatap dinding seolah sedang melihat gambar yang tertempel di dinding. Andi masih terus berusaha menjelaskan "Ada kemungkinan terjadinya sedikit pendarahan setelah kecelakaan. Kenapa tidak mendengar anjuranku untuk segera melakukan perawatan?" Arsen masih mengabaikan Andi.