Elise mengangguk lagi "Tidak hanya itu ketika aku pergi ke taman bermain dan di tinggalkan oleh kakakku di sana sendirian bersama Daniel, aku juga jalan dengannya, bahkan aku juga di antar pulang olehnya.." tambah Elise lagi.
Nala yang mendengar itu membelalakkan matanya "Kau sangat kejam, bagaimana kau bisa jalan-jalan dengan dua orang laki-laki? Kenapa kau tidak mengajakku.." kata Nala merengut.
Elise terdiam "Bukankah kau sedang di luar kota waktu itu?" mendengar itu Nala pun menunduk sedih dan berkata.
"Aku benci kerja di luar kota.."
"Dan aku suka kerja di luar kota.." balas Elise dengan senyum lebar membuat Nala merengut.
"Jadi hubungan kalian berdua sudah sedekat itu? Secepat itu? Ah, aku lupa kalian sudah menjadi sepasang kekasih sebelumnya jadi tidak masalah kalau kalian memulai lagi dari awal dan menjadi akrab lagi dengan cepat.."
Elise menggeleng "Tidak juga.."
"Tidak juga?"
"Mm.. aku merasa hubungan kami sedikit canggung, dulu aku meninggalkannya dan mengakhiri hubungan begitu saja. Ya meskipun seminggu terakhir dia selalu menghubungiku dan menanyakan kabarku. Dia juga mengatakan tidak pernah putus denganku.."
"Kalau begitu hubungan kalian berdua masih bisa di perbaiki, bukan. Elise? Buktinya dia mengatakan kalau tidak pernah putus denganmu.."
Elise mengangkat bahu "Mungkin begitu.."
"Siapa namanya tadi.."
"Arsen.."
"Arsen?" ulang Nala pelan "Ah, sayang sekali aku tidak pernah mendengar nama itu.." gumamnya mendesah tepat saat itu ponsel Elise berdering.
"Halo.. Arsen. Ada apa? Kapan? Makam ini? Oh tidak, baiklah.. jemput aku seperti biasa. Bye.."
Nala mengerutkan kening tidak mengerti tapi dia tahu kalau Elise sedang berbicara dengan Arsen, karena dia mendengar Elise menyebut namanya. Nala menatap Elise dengan pandangan rumit. Mereka berbeda usia yang lumayan jauh tapi kenapa mereka bisa memiliki perasaan dan pikiran yang sama, bahkan masih tetap setia dengan perasaan yang sama setelah berpisah selama bertahu-tahun. Apakah ini yang di namakan cinta sejati?
"Siapa?" tanya Nala pura-pura tidak tahu setelah Elise menutup ponselnya.
"Arsen.. dia baru saja mendarat dan mendapat istirahat selama satu hari. Dia menagajakku makan malam lagi.." jawab Elise tersenyum.
"Kau mau?"
Elise mengangguk "Tentu saja.."
"Sepertinya kau senang sekali?" Nala memicingkan sebelah matanya memperhatikan wajah Elise.
Elise hanya tersenyum "Entahlah, aku selalu merasa nyaman kalau berada di dekatnya dan perasaan itu masih sama seperti sebelumnya, aku menyukai perasaan itu." Jawan Elise tidak sadar.
"Apa tadi kau bilang? Kau menyukai perasaan itu? Itu artinya kau masih mencintainya? Apakah itu akan baik-baik saja?" Nala semakin menyelidik.
Elise tampak mengerutkan keningnya "Memangnya tadi aku berkata begitu? Dan apa maksudmu 'apakah itu akan baik-baik saja'.."
Nala tidak menjawab dia malah melontarkan pertanyaan lain "Apa kau juga merasa kalau hidupmu sekarang menjadi lebih lengkap?"
Elise tidak menjawab, dia tampak berpikir lalu akhirnya mengangguk.
"Kau sering memikirkannya?"
"Selalu.."
"Apa kau juga sering merindukannya?"
Elise mengangkat bahu "Tidak sekali pun terlewatkan…"
"Kau bahagia?"
Elise tidak menjawab.
"Kau masih menyukainya? Atau kau masih mencintainya? Ini sudah bertahun-tahun berlalu apakah perasaan yang kau rasakan padanya masih sama, begitu pula dengannya.. tidak kah kau pernah memikirkan itu?"
"Entahlah.." jawab Elise ringan "Yah, kau Nala. Kenapa bertanya seperti itu" tambahnya seolah baru sadar kalau sejak tadi Nala sedang menyelidikinya.
Nala menyengir tidak jelas "Ah, tidak. Tidak. Hanya sedikit curiga saja.." jawabnya lalu menyerumput jus jeruknya yang sudah mencair.
"Curiga?" Elise tampak mengerutkan kening.
"Ya curiga kalau kau sepertinya sangat menyukainya setelah sekian tahun.."
Elise semakin mengerutkan kening. Tidak mengerti apa yang di katakan Nala.
"Ah, kau tidak perlu memasang wajah bingung seperti itu, nanti kau juga pasti tahu apa maksudku.." sahut Nala lalu bangun dari duduknya dan melangkah keluar kantin kantor.
"Eh,," Elise melongo persis seperti orang bodoh, lalu akhirnya bangun dari duduknya dan segera menyusul Nala.
****
"Kau tidak mampir dulu?" tanya Nala pada Elise yang duduk di belakang setir di kursi pengemudi. Tadi setelah makan siang di kanin kantor mereka berkerja seperti biasa dan pulang jam empat sore, Nala memang sengaja Elise ajak untuk pulang bersama, karena kalau pulang naik angkutan umum pada jam pulang kerja itu akan sangat sulit karena semua bus selalu terisi penuh, lagi pula jalan Elise pulang juga masih melewati arah rumah Nala. Karena itu dia mengajaknya untuk pulang bersama.
"Lain kali saja, lagi pula aku juga sudah sangat lelah.."
"Baiklah.. kalau begitu kau hati-hati di jalan. Salam untuk kakak tampanmu.."
Nala kemudian keluar dari mobil Elise sambil melambaikan tangannya ke arah Elise yang mulai ingin melajukan mobilnya.
"Aku pulang dulu, Nala.." kata Elise dari dalam mobil.
Nala mengangguk dan baru saja dia akan melangkah dia mengingat sesuatu dan langsung memanggil Elise. Elise yang mendnegar suara Nala menginjak rem "Ohya, Elise besok kau punya rencana apa?" tanyanya cepat melongokkan kepalanya dari kaca jendela mobil yang belum di jalankan.
Elise tidak segera menjawab. Satu minggu lalu Arsen mengajaknya untuk pergi bersamanya keliling kota. Dan sampai sekarang dia belum memberikan jawaban ya atau tidak, tapi sekarang sepertinya dia sudah menemukan jawabannya.
"Aku akan pergi bersantai sambil keliling kota.." jawabnya pasti.
Nala tampak menghela napas kecewa "Padahal tadi aku ingin mengajakmu untuk ikut liburan bersamaku, rencananya besok aku akan pergi ke bandung.."
"Bandung?" maksudmu kota kembang itu, apa kau akan liburan di tempat nenekmu lagi?"
Nala mengangguk
"Aku ingin sekali ke sana.." gumam Elise lebih pada diri sendiri.
"Kalau begitu kau ikut denganku saja" ajak Nala "Bagaimana?"
Elise menghela napas. Satu sisi dia ingin sekali pergi bersama Nala menjelajahi kota kembang, tapi di sisi lain dia juga ingin pergi bersama Arsen. Elise mengulas senyum setelah berpikir sejenak. Tampak sekali lesung pipi di pipi kanannya. "Kalau begitu kau akan pergi ke luar kota.."
Sekali lagi Nala hanya mengangguk.
"terlalu jauh kalau pergi ke sana. Aku ingin berkeliling di dalam kota saja…" kata Elise lagi.
"Ngomong-ngomong kau akan pergi dengan siapa?" Nala baru sadar kalau Elise tidak mengatakan siapa teman yang akan pergi dengannya.
Elise tersenyum dan menjawab dengan santai " Itu rahasia.." sahutnya lalu menginjak gas mobil meninggalkan Nala yang berdiri kebingungan.
"Elise.."
Elise hanya bisa mendengar suara Nala yang berteriak memanggil namanya, namun dia terus menginjak gas mobilnya dan menekan klakson mobilnya. Lima belas menit kemudian Elise sampai di depan pintu rumahnya, dia hendak mengetuk pintu tapi pintu sudah terbuka dari dalam oleh pelayan yang bekerja di rumahnya. Ketika dia masuk, dia tidak melihat bayangan kakaknya. Pasti kakaknya pergi berkencan lagi, atau sudah terbang ke tempat Arista di bali sana.