Chereads / World's Creator (Indonesia) / Chapter 4 - Ras Kuno

Chapter 4 - Ras Kuno

Di suatu tempat, terdapat sebuah pohon besar yang menjulang tinggi ke awan.

Pohon itu tingginya ratusan meter, dengan mahkota daun yang cukup besar sehingga terlihat seperti menutupi langit. Cabang-cabangnya yang tebal dan besar itu memancarkan kehidupan. Dan di antara ujung daun – daun pohon itu, banyak kuncup bunga yang bermekaran bisa terlihat di antara kelopaknya terdapat benjolan berwarna merah yang merupakan bakal buahnya berdenyut layaknya perut seorang wanita hamil.

Pohon ini tidak lain adalah Pohon Kehidupan Abadi.

Di bawah Pohon Kehidupan Abadi yang terletak di sebuah kecil di tengah – tengah sebuah danau besar tersebar pohon – pohon lainnya yang mirip seperti pohon itu namun berukuran lebih kecil. Pohon – pohon itu adalah Pohon Kehidupan.

Waktu terus berjalan dan musim berganti, banyak dari bunga – bunga itu telah berubah menjadi buah berwarna merah sebesar 1 meter.

Satu – persatu buah – buahan itu jatuh ke atas tanah. Ajaibnya aat membentur tanah buah – buah itu membentuk retakan di atas kulitnya dan seperti telur yang menetas makhluk hidup keluar dari dalamnya.

Mereka memiliki kulit yang halus dan berperawakan langsing. Rambut mereka berwarna cokelat dan mata mereka memiliki 2 warna yaitu cokelat dan hijau. Di balik rambut mereka yang indah dan halus itu terdapat telinga yang berujung lancip.

Dengan rasa ingin tahu setiap dari mereka melihat kesana dan kemari, memeriksa keadaan mereka.

Lalu ketika pandangan mereka jatuh ke pohon raksasan bernama Pohon Kehidupan Abadi itu, seperti insting mereka bersujud kearahnya dan berkata dengan suara lembut dan merdu mereka, "Ibu."

Makhluk rupawan ini akan di kenal sebagai Elf.

---

Seiring berjalannya waktu, ratusan telah berlalu dalam sekejap mata.

Pulau Kehidupan, tempat dimana Pohon Kehidupan Abadi dan anak – anaknya Elf berada sekarang ini sudah mengalami banyak perubahan.

Pohon – pohon Kehidupan yang tersebar di setiap penjuru pulau Abadi yang masih berdiri kokoh walau sudah termakan waktu kini terdapat rumah – rumah pohon di antara batangnya. Rumah – rumah itu terlihat alami dan menyatu dengan pohon utama tempat rumah itu bertengger.

Terlihat juga para Elf yang merupakan ras yang lahir dari Pohon Kehidupan Abadi menari dan tertawa riang di pulau itu. Pakaian panjang mereka yang berwarna putih bersih dipadukan dengan mahkota bunga yang mereka kenakan menambah kecantikan para Elf yang tengah menari dan memainkan musik itu.

Namun bukan hanya ada Elf di pulau saat ini. Melainkan ada makhluk lain yang tidak kalah memukai dari para Elf.

Penampakannya terlihat seperti Elf namun memiliki mata dan rambut yang berwarna hijau terang juga gelap. Mereka mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit pohon yang lentur dan menggunakan mahkota daun di atas kepala mereka. Mereka adalah Dryad, makhluk yang terlahir dari Pohon Kehidupan.

Lalu ada Peri, makhluk mungil bersayap yang terlahir dari bunga – bunga yang bermekaran di Pulau Abadi. Mereka bersifat usil namun suka membantu, tawa mereka yang seperti dentingan bel dapat terdengar di antara alunan musik yang dibawakan oleh para Elf.

Namun di antara keindahan itu, di sebuah bangunan besar berbentuk bulat yang mengelilingi Pohon Kehidupan Abadi tengah terjadi pertemuan antara para Tetua Elf, Dryad dan juga Peri. Wajah mereka tegang dan terlihat serius.

Di dalam ruangan itu terdapat lingkaran kecil yang di setiap sudutnya terdapat bangku yang terbuat dari batang pohon berjumlah 10 bangku. Dan masing – masing bangku telah terisi oleh 5 Elf, 3 Dryad dan 2 Peri.

Salah satu pria paruh baya dari ras Elf yang telah memiliki uban di antara rambut kepalanya berkata dengan nada serius, "Saya dapat merasakan bahwa energi gelap itu semakin bertambah di dalam tubuh Ibu kita. Apakah benar – benar tidak ada solusi akan masalah ini?"

Di sebelah pria itu duduk seorang wanita Elf yang masih terlihat cukup muda membuka suaranya, "Untuk saat ini tidak ada. Juga sepertinya kita harus mempertimbangkan kata – kata Fryde..."

"Diam!"

Sebelum kata – kata wanita itu selesai, seorang Elf yang anehnya berbadan kekar berteriak geram. Wajanya memerah dan matanya menatap penuh emosi ke arah wanita itu.

"Cukup Elice! Jangan sampai kau bawa nama itu kesini lagi! Dia dan para pengikutnya itu adalah pengkhianat! Bagaimana bisa kita meninggalkan tanah kelahiran kita! Bagaimana bisa kita meninggalkan ibu kita!"

"Uhum, sebaiknya kau tenang dulu Aturn, jangan mempermalukan dirimu di dalam pertemuan ini. Jika tidak aku harus mamaksamu keluar," kata seorang Pria Elf berjanggut putih panjang yang nampak sudah sangat tua terlihat dari tangannya yang seperti tulang dan hanya terbungkus oleh kulit keriputnya.

Dia adalah Enim, Elf pertama yang terlahir langsung dari Pohon Kehidupan Abadi yang masih hidup hingga saat ini. Dia juga terkenal sebagai "Yang Bijaksana" karena dirinya memperkenalkan kekuatan bagi penggunanya untuk mengendalikan kekuatan Alam. Kekuatan ini dikenal sebagai Druid.

Aturn, pria Elf kekar itu terdiam dan duduk kembali di atas bangkunya. Wajahnya masih terlihat marah.

"Huh, aku sudah mencoba dengan segala kekuatan yang aku punya sebagai Druid. Bahkan ketika anak – anak muda itu juga ikut membantu, itu hanya dapat mengurangi gejala yang di derita oleh Ibu. Kita tidak punya pilihan selain memindahkan sebagian anak – anak muda..."

"Yang Bijaksana saya..."

"Ssshh Aturn, aku tahu kamu pasti tidak akan setuju. Tapi ini sangatlah penting demi keberlansungan anak – anak Ibu. Dan dengan itu aku akan menungaskan Elice dan Ffyr untuk memimpin rombongan ini, cari Fryde kemungkinan besar anak itu sudah memiliki pijakan yang cukup kokoh di luar sana."

Setelah Enim berbicara Elice sang wanita Elf dan Ffyr seorang wanita Dryad membungkuk kepadanya dan keluar dari ruangan itu.

Melihat mereka berdua keluar Enim mendesah ringan dan menatap ke atas, "Ibu, aku harap ini semua akan baik – baik saja."

Di dalam pandangannya, Pohon Kehidupan Abadi itu masihlah hijau dan penuh dengan vitalitas.

Namun di setiap vitalitas itu tedapat asap hitam yang perlahan mencemarinya.