"Aldrich ...." Lirih Nora dengan memeluk erat kedua lututnya. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul empat pagi tapi masih belum ada tanda-tanda jika Aldrich akan pulang ke rumah.
Dan Nora juga dengan setia terus menunggu Aldrich pulang seperti biasanya. Tapi kali ini ia tidak ketiduran, atau lebih tepatnya ia tidak mengantuk sedikitpun. Sikap Aldrich yang jauh lebih berbeda dari biasanya membuat Nora terus berpikiran tentang hal itu. Berbagai pikiran terus-menerus berseliweran, mencoba mengingat-ingat apakah ia pernah melakukan kesalahan besar hingga membuat Aldrich benar-benar membencinya seperti sekarang?
Tapi sampai sekarang Nora masih belum mendapati kesalahan fatal yang pernah di lakukannya.
Nora meluruskan kakinya yang tadinya di tekuk. Tubuh lemasnya kini bersandar di kaki sofa. Gadis itu terus menatap ke depan tanpa ekspresi karena saat ini ia terus melamun dengan pikiran yang terus berkelana.
"Aldrich," gumamnya terus-menerus.
Sedangkan di tempat lain ....
Aldrich meraih satu botol wine yang tinggal tersisa satu di atas meja, pria itu meneguknya kasar langsung dari botolnya.
"Ahh ...." Aldrich mendesah lega setelah menghabiskan satu botol wine itu sekaligus dalam sekali tegukan.
Brak!
Aldrich meletakkan botol wine kembali ke atas meja dengan kasar hingga menimbulkan suara bantingan yang cukup keras.
"Berikan padaku lagi!" pinta Aldrich dengan tangan yang di ayunkan di depan meja bartender. Mengisyaratkan sang bartender yang berada tidak jauh dari tempatnya duduk untuk mengambilkan wine kembali untuknya.
Cassandra yang sedari tadi memperhatikan itu tersenyum miring.
Aldrich sudah benar-benar mabuk berat. Sepertinya pria itu benar-benar kepikiran tentang gambar Nora yang berada di club malam bersama para pria hidung belang.
Menurut Cassanda Aldrich benar-benar bodoh. Pria itu bahkan tidak tau jika foto itu adalah hasil editan.
"Oh shit! Di mana pesananku!" sentak Aldrich ketika melihat sang bartender malah berjalan mendekatinya tanpa membawa apa-apa.
"Kau sudah menghabiskan tujuh tujuh botol wine!"
"Lalu? Dengar, aku tidak akan mati bahkan jika hanya menghabiskan sepuluh botol wine lagi." Aldrich terkekeh rendah.
"Sadarlah Aldrich! Kau sudah mabuk berat."
"Dia pikir dia bisa membohongiku dengan wajah polosnya itu?! Cih! Dasar gadis murahan!" Bukannya membalas perkataan sang bartender, Aldrich malah berbicara sendiri dan mengepalkan kedua tangan yang ada di atas meja.
"Aku bisa saja menceraikan--"
"Aldrich! Sadarlah!" Bartender itu mengguncang-guncang kasar bahu Aldrich.
"Diam brengsek! Dimana minumanku!" Aldrich dengan kasar menepis tangan sang bartender yang terus saja mengguncang-guncang bahunya.
"Kau--" perkataan bartender itu langsung terhenti ketika melihat isyarat tangan Cassandra yang tentu saja di tunjukkan padanya.
"Berikan saja."
"Tapi-"
"Laksanakan saja tugasmu! Aku yang akan mengurus Aldrich."
Bartender itu terdiam sebentar sebelum akhirnya menghela napas dan menganggukan kepalanya melakukan perkataan Cassandra.
Pria itu berlalu dari sana untuk kembali ke meja pantry dan mengambilkan wine sesuai permintaan Aldrich.
Tak lama kemudian ia kembali datang dengan membawa dua dari botol wine.
Cassandra yang melihat itu tersenyum puas, ia dengan cepat meraih botol wine itu dan memberikannya pada Aldrich.
"Minumlah, bukannya kau menginginkannya?" tawar Cassandra dengan mengecup gemas bibir merah Aldrich yang sedang dalam keadaan terbuka.
Aldrich tersenyum lebar, dengan cepat pria itu meraih wine dan meneguknya hingga tersisa setengah botol.
"Andrich." Cassandra meraih botol yang masih berisi setengah wine itu dan meletakkan kembali ke atas meja.
Cassandra beralih duduk di atas pangkuan Aldrich, ia melingkarkan kedua tangannya di leher pria itu.
"Aku mencintaimu Aldrich," gumam Cassandra sebelum akhirnya wanita itu menyatukan bibir tebal yang ber-lipstik merah tua itu dengan bibir Aldrich. Memangut bibir pria itu kasar hingga rasa wine yang masih tersisa di mulut Aldrich bisa ia rasakan.
Aldrich membalas pangutan Cassandra dengan tak kalah kasarnya. Matanya meremang karena pengaruh alkohol.
Tangan Cassandra mulai bergerak liar, membuka kancing kemeja yang di gunakan oleh Aldrich. Cassandra mendekatkan wajahnya di dada polos Aldrich, bibirnya mencumbu tubuh kekar pria itu.
Bruk!
Cassandra tersentak dan menghentikan aksinya ketika melihat Aldrich sudah jatuh tertidur dengan kepala yang bertumpu di sebelah bahunya.
Cassandra memiringkan kepalanya, menatap Aldrich dalam diam sebelum akhirnya wanita itu menghela napas panjang. Sepertinya ia tidak akan memiliki malam panas dengan Aldrich malam ini. Padahal ia sudah bersiap membuat hati Nora semakin sakit dengan menunjukan bekas kissmark yang Aldrich berikan pada sekujur tubuhnya.
Tapi ternyata keinginannya kali ini tidak bisa di tuntaskan. Kini tujuan utamanya sekarang adalah membawa Aldrich menuju kamar. Ia tidak sanggup untuk membawa Aldrich pulang dan ia juga sudah lelah dan sangat ingin istirahat.
"Dia sudah terlalu mabuk." Perkataan seseorang membuat Cassandra langsung mengalihkan pandang, menatap objek yang tadi baru saja berbicara padanya.
"Untuk apa kau ke sini lagi?!" Casandra menatap jengah sang bartender yang ada di hadapannya.
"Tidak kenapa-napa, hanya saja--" bartender itu menggantung ucapannya. Ia meraih sesuatu di balik saku celananya dan memberikannya pada Cassandra.
"Ini, aku yakin kau membutuhkan ini sekarang."
"Kamar nomor 8" lanjut sang bartender tersebut sebelum akhirnya ia pun langsung berlalu dari hadapan Cassandra dengan tersenyum tipis.
Cassandra tak menolak, ia langsung memasukkan kunci tersebut ke saku mini dress-nya dan beralih menatap Aldrich yang sudah tertidur pulas dengan posisi kepala yang kini bertumpu pada kepala sofa merah yang sedang di dudukinya.
Cassandra menuruni pangkuan Aldrich, tangannya dengan perlahan menepuk-nepuk pelan pipi pria itu dan sesekali mencium bibir Aldrich yang menurutnya benar-benar sangat menggoda nalurinya sebagai wanita.
"Aldrich ... Bangunlah, honey," pintanya dengan nada lembut.
Tanpa di bangunkan dua kali kini mata Aldrich sudah terbuka meski hanya sedikit, pengaruh alkohol benar-benar membuatnya pusing.
Aldrich menggeram dan mengerjab-ngerjabkan matanya menatap Cassandra yang tersenyum ke arahnya. Aldrich balas tersenyum, pria itu memperbaiki posisi duduknya menjadi duduk tegak tanpa bersandar.
Aldrich meraih wajah Casandra dan kembali menyatukan bibir keduanya, melumat bibir wanita itu dalam-dalam. Di tengah-tengah ciuman keduanya, Cassandra tersenyum lebar ketika Aldrich menekan tengkuknya dan memperdalam ciumannya.
Kini keduanya pun mulai memangut, Aldrich kali ini melakukannya dengan lembut tidak sekasar dan semenuntut tadi yang membuat Cassandra sedikit heran dengan sikap Aldrich.
Cassandra terlebih dahulu menarik wajahnya dan menjauhkan penyatuan bibir mereka ketika merasa mulai kehabisan napas.
Wanita itu meraih pergelangan tangan Aldrich dan melingkarkan tangan yang satunya di perut Aldrich, menuntun pria itu untuk pergi menuju salah satu kamar di club malam yang mereka kunjungi.
"Nora," gumam Aldrich dengan suara seraknya yang seketika membuat senyum Cassandra memudar saat itu juga. Gadis itu menatap ke arah Aldrich dengan tatapan tidak suka.