"Ya sudah kalau begitu istirahatlah, Bianca. Aku ke luar dulu," ucap Rey dengan pelan.
"Baik, Rey. Maaf lagi-lagi aku harus merepotkan mu sekarang, dan kamu juga istirahat. Jangan terlalu lelah bekerja," sahut Bianca.
"Itu bukanlah hal yang terlalu sulit, Bianca. Apalagi jika keadaannya seperti tadi, tentu saja aku harus segera membantumu. Kalau begitu tidurlah aku akan segera pulang."
"Baik, Rey. Berhati-hatilah."
"Tentu, Bianca."
Sebelum Rey ke luar, ia mengirimkan pesan kepada pelayan rumahnya agar segera membuka kunci pintu dari luar. Ia merasa sedih ketika melihat dirinya untuk berharap dalam harapan yang salah.
"Setidaknya aku bisa menjadi yang terbaik untukmu, Bianca. Walaupun aku tidak bisa menjadikan mu sebagai istrimu," batinnya Rey.
Ke luar dari kamarnya Bianca dengan raut wajah yang terlihat sedih, sampai membuat pelayan rumahnya terlihat kebingungan.
"Tuan, bagaimana? Apakah berhasil?" tanya pelayan tersebut.