Chereads / Takdir Istri Bayaran / Chapter 10 - Kedatangan tamu

Chapter 10 - Kedatangan tamu

Saat Bianca membuka pintu seorang pria yang sudah ia kenal datang menemuinya. Dengan senyuman terlukis di wajahnya Nick memasuki rumah itu meskipun Bianca belum menyuruhnya.

"Loh? Kok datang enggak kabari aku dulu sih?" tanya Bianca.

"Lupa hehe. Bye the way rumah yang diberikan kakak bagus ya. Gua boleh tinggal di sini enggak?" pinta Nick sembari melihat rumah itu.

"Enggak boleh! Aku masih gadis terus kamu tinggal di sini jangan aneh-aneh deh, Nick. Oh ya kamu kemana aja sih menghilang selama berbulan-bulan terus tahu-tahunya kamu udah punya pacar si Andien itu ya?" sahut Bianca sambil memberikan pertanyaan mendadak.

"Ajak duduk kek dulu baru nanya," sahut Nick sembari tersenyum.

Dengan cepat Bianca memutarkan bola matanya saat mendengar Nick berbicara. Ia lalu dengan cepat menarik tangannya Nick untuk dibawa duduk disampingnya.

"Udah puaskan sekarang? Cepat kasih tahu kamu kemana aja?" tanya Bianca.

"Duh ... berasa lagi ditanya sama istri karena kangen enggak pulang-pulang. Kita nikah yuk biar gua bisa 24 jam di sini," sahut Nick dengan lelucon yang disengaja.

Mendengar hal itu membuat Bianca memukul bahunya dengan keras sampai pria itu meringis kesakitan. Ia pun menjawab. "Ihhh enggak nyambung deh. Udah ah kalau gitu mendingan pulang gih aku mau tidur ajalah."

"Cielah udah ngambek," ledek Nicky sembari mencolek dagunya sambil tersenyum.

Bianca menepis tangan sahabatnya sembari menarik rambut pria itu dengan keras-keras. Hingga membuat Nick memohon ampun.

"Iya-iya aku cerita. Udah ah jangan galak-galak gitu nanti suka lagi. Kamu ingatkan dulu pas kita masih SMA? Aku pernah bilang kalau kakakku mau sekolahin aku ke luar negeri. Ya udah deh aku ikut aja cuma saat itu tepat ponselku rusak. Mau hubungi kamu yah malah enggak bisa. Kalau soal pacaran sama Andien sih aku sengaja enggak kasih tahu soalnya aku enggak cinta sama dia. Cuma karena kasihan, waktu itu dia minta sendiri jadi pacarku," curhat Nick dengan lemah lembut.

Bianca mengangguk-anggukkan kepalanya tanda sudah ia pahami. Lalu kebiasaanya setiap selesai Nick curhat selalu gilirannya pula. Entah kenapa kebiasaan ini tidak pernah hilang darinya meskipun Nick tidak menanyakan tentang kehidupannya dulu tapi, secara spontan ia langsung memberitahukan kepada sahabatnya itu. Ia pun menjawab.

"Oh ... pantesan. Aku pikir kamu kemana. Tahu enggak selama kamu pergi enggak kabarin aku hidupku berubah banget. Malahan aku dikejar-kejar penagih hutang. Yah tahukan kamu kalau orangtuaku semasa hidupnya ambil pinjaman sama rentenir. Terus kebetulan ketemu sama Rey. Lalu dikasih tempat tinggal. Bahkan sekarang aku bingung banget udah dulu nasibku enggak bagus sampai harus berhenti kuliah terus sekarang aku harus jadi Ibu sambung bosku eh!" Sontak membuatnya menutup mulutnya sendiri hingga ia menelan ludahnya.

Astaga! Apa yang sudah kukatakan? Ya ampun selalu aja gini. Mulutku enggak bisa diajak kompromi. Duh ... gimana nih Nick pasti curiga padahal aku sudah janji kalau tidak akan mengatakannya kepada siapapun meskipun terhadap Nick-sahabatku sendiri, batinnya Bianca.

Nick mendekati wajahnya sembari menarik tangan Bianca dari mulutnya. Menatap Bianca dengan tatapan penuh curiga. Ia lalu menyahut. "Sebentar, aku tadi denger kalau kamu bilang harus jadi Ibu sambung dari bos? Apa yang sudah kamu tutupi dariku, Bianca? Mungkinkah yang waktu itu Rey dengar semuanya benar. Kalau kamu akan menjadi istri sahnya? Sekarang cepat beritahukan semuanya padaku."

"Um, I-itu tidak seperti yang kamu dengar. Nick, sepertinya kamu lapar biar aku buatkan makan malam supaya kita makan bersama ya," ngeles Bianca berusaha menghindar.

"Jangan mengalihkan perhatian, Bianca! Aku sahabatmu dan sudah tentu aku harus tahu tentangmu." Dengan cepat Nick menahan tangannya Bianca agar tidak pergi.

Tidak ada jalan untuk pergi apalagi tangannya ditahan oleh Nick dengan kuat hingga membuat Bianca kembali terduduk. Ia pun menundukkan kepalanya.

"B-baiklah aku akan katakan semuanya. Memang benar aku akan menikah dengan bosku. Tapi, pernikahan itu hanya untuk menjaga anaknya bukan untuk menjadi istri seutuhnya. Dia juga akan membayar ku setiap bulannya. Kamu sekarang sudah tahu, Nick. Sebaiknya jangan ceritakan kepada siapapun meskipun itu kakakmu sendiri," ungkap Bianca dengan begitu terpaksa.

"Apa?! Kamu akan menikah hanya untuk menjaga anaknya lalu setelah itu kamu akan dibayar? Bagaimana pandangan orang lain diluar sana, Bianca. Pasti orang-orang akan mengatakan jika kamu hanya ingin menikah karena uang apalagi dia CEO besar! Sebaiknya batalkan pernikahan itu. Aku tidak sudi melihatmu harus mengabdi 'kan hidupmu dengan sia-sia seperti ini," geram Nick menyadarkan tubuhnya.

Maaf, Nick. Aku tidak punya pilihan lain apalagi sekarang bayang-bayang wajahnya Pak Benny semakin menghantui pikiranku. Sepertinya aku sudah jatuh cinta. Andai saja aku menjadi istri seutuhnya bukan istri yang disewakan, batinnya Bianca.

Nick yang sedari tadi menunggu jawaban dari Bianca membuatnya keheranan. Ia lalu menyodorkan wajahnya dengan cepat hingga membuat lamunan Bianca buyar.

"Ihhh apa sih bikin kaget aja," ucap Bianca sembari memukul bahu Nick dengan pelan.

"Ya abisnya kamu diajak ngomong malah ngelamun. Mikir apa sih? Atau masalah yang aku suruh buat batalin pernikahan itu ya? Mendingan kamu memang harus batalin, Bianca. Supaya enggak bingung-bingung banget lebih baik aku bantu kamu biar nanti bos mu itu enggak jadi nikahin kamu. Aku rela jadi pacar bohongan atau pacar beneran aku lebih setuju," sahut Nick dengan sejuta pesona darinya.

"Please! Kamu ngomongnya makin ngelantur tahu. Dah ah aku enggak bisa batalin acara pernikahan itu karena aku sudah menyetujuinya apalagi aku sudah menandatangani perjanjian. Cuma aku minta satu hal dari kamu supaya jangan kasih tahu Rey, karena yang ku takutkan Vivian akan tahu."

"Oh ... Mak lampir itu? Tenang, Bianca. Dia enggak akan tahu karena aku akan menjaga rahasia mu tapi, sebaiknya Rey harus tahu supaya dia juga bisa ikut menjagamu nanti. Yang ku dengar-dengar orang yang akan kamu nikahi itu dia sangat dingin bahkan wanita manapun tidak berani mendekatinya karena wajahnya itu tidak pernah tersenyum terhadap siapapun," cakap Nick.

"Benarkah? Apa kau tahu penyebabnya kenapa?" tanya Bianca.

"Tentu, semua karena mendiang istrinya. Eh! Bye the way boleh aku nginap di sini enggak?" tanya Nick. Mendengar hal itu membuat Bianca melototkan matanya.

"Enggak boleh! Sebentar ya aku ambilkan cemilan untuk kita supaya curhat-curhatan lebih seru," sahut Bianca sembari bangkit dari duduknya.

Saat dirinya sedang bangkit tiba-tiba drztt ... getar ponselnya membuat langkahnya terhenti. Ia lalu mengambilnya dan langsung menjawab meskipun ia tidak tahu panggilan dari siapa sebab tidak ada tertera nama seseorang.

"Hallo, ini siapa?" tanya Bianca.

"Ini bos mu, keluar dari rumahmu sekarang. Aku berada di depan," perintah Benny tanpa ingin dibantah.