Kiana lalu menggapai bingkai foto tersebut dan memeluknya erat di pangkuan. Hanya ini foto yang sangat bersejarah dan penting untuknya. Dengan memeluk bingkai foto itu, Kiana merasakan bahwa kedua orang tuanya masih berada di sini. Kenangan bersama mereka tak akan pernah ia lupakan begitu saja.
"Aku kangen banget sama Ayah dan Ibu. Kapan aku bisa nyusul kalian?" Kiana menangis terisak-isak sambil memeluk foto tersebut.
Ia mencoba bangkit pelan-pelan dari rasa keterpurukan ini. Walau rasanya berat sekali. Namun, Kiana harus bisa melanjutkan hidupnya tanpa kedua orang tua di sampingnya saat ini.
Tak akan ada lagi yang membangunkan pagi harinya. Tak ada lagi yang mengelus-elus puncak kepala serta mencium keningnya sebelum tidur. Itu hanya bisa ia rasakan oleh sosok ibunya saja. Kiana terlahir sebagai gadis yang disayang penuh oleh kedua orang tua. Semua kenikmatan dan harta berlimpah, dipersembahkan oleh kedua orang tuanya untuk Kiana. Hingga ia menjadi pribadi yang tanpa kekurangan.
Semua harta warisan milik orang tuanya pun sudah menjadi atas namanya. Namun, Kiana masih belum bisa, karena belum cukup umur untuk memegang semua itu. Saat ini ia masih berusia dua puluh tahun.
"Lebih baik aku kehilangan harta, daripada kehilangan kalian," lirih Kiana sambil menangis tersedu-sedu.
Ia sempat marah pada Tuhan, kenapa harus mengambil nyawa kedua orang tuanya secepat ini. Bahkan, ia masih perlu merasa disayangi oleh mereka. Namun, perlahan-lahan, Kiana tersadar bahwa semua ini hanyalah titipan semata. Semua yang bernyawa pasti akan tiada pada akhirnya.
Berat rasanya kehilangan kedua orang tua bagi Kiana. Secepat ini mereka berdua harus meninggalkannya. Ia bahkan hampir menyerah untuk melanjutkan hidup. Namun, Kiana masih merasa beruntung karena banyak mendapatkan dukungan dari keluarga, termasuk dari omnya sendiri.
"Non!"
Kiana mendengar suara Bi Asih yang memanggilnya dari luar. Ia pun segera melangkah dan membukakan pintu kamarnya.
"Bibi, ada apa?" tanya Kiana sambil menghapus air matanya.
"Di luar ada Mas Andre. Pengen ketemu sama Non katanya."
"Ngapain lagi sih dia datang ke sini?"
"Bibi juga gak tahu, Non."
Kiana bahkan tak ingin lagi bertemu dengan mantan kekasihnya itu. Untuk apa lagi pria itu datang kemari? Ia pun memutuskan akan tetap menemuinya di luar.
"Ya udah, Bi, aku ke luar dulu." Kiana berlalu dari hadapan Bi Asih dan menemui mantan kekasihnya di luar.
Kiana menuruni anak tangga dengan langkah sedikit cepat. Ia ingin menemui pria itu di luar. Ia masih merasa kecewa karena hubungannya bersama Andre kandas begitu saja.
"Andre kamu kenapa datang ke sini lagi sih?" tanya Kiana yang tidak suka melihat kedatangan pria itu kemari.
"Maafkan aku, Ana. Aku cuma mau ngucapin belasungkawa sama kamu aja," ucapnya.
"Makasih, tapi lebih baik kamu pulang aja sekarang!"
"Jangan kayak gini sama aku. Aku tahu kok, aku salah sama kamu." Andre tiba-tiba saja memegangi pergelangan tangan Kiana.
Kiana langsung menepis tangan Andre dengan kasar. "Gak usah pegang-pegang aku! Urus aja sana pacar baru kamu itu! Ngapain sama aku?"
Kiana sangat kecewa dengan Andre lantaran pernah selingkuh di belakangnya. Pria itu telah bersama dengan wanita lain tanpa sepengetahuan darinya. Dan, ia mengambil keputusan untuk berhenti menjalin hubungan bersama dengan Andre.
"Aku baru menyesal sekarang, Na. Setelah berbulan-bulan bersama dengan Sukma, aku diselingkuhi gitu aja sama dia," ucap Andre dengan wajah memelas.
"Kalau kamu diselingkuhin sama dia, terus kamu ngapain lagi ke rumah aku selain ngucapin belasungkawa?!"
"Aku pengen kita berdua balikan lagi, Na."
Kiana langsung merasa kesal dengan Andre. Bisa-bisanya pria itu malah berkata demikian. Dengan mudahnya Andre mengucapkan ingin minta balikan lagi padanya. Tentu saja, hati Kiana sudah terlanjur tertutup rapat untuk sang mantan kekasih.
"Enteng banget kamu ngomong kayak gitu ya, Ndre. Setelah kamu nyakitin hati aku, terus kamu malah minta balikan? Dasar gila!"
Sumpah serapah langsung diucapkan begitu saja oleh Kiana. Ia tentu saja masih merasa sakit hati dengan pria itu. Ia juga tak akan mau diajak balikan begitu saja. Rasa sakitnya mungkin tak akan bisa diobati dengan cepat. Hatinya semakin bertambah sakit saja setelah kedua orang tuanya meninggal dunia.
Andre mencoba membujuk Kiana dengan rayuan mautnya. Ia akan terus mengejarnya sampai dapat. Tak peduli telah mendapatkan hinaan dan cemoohan yang dikeluarkan oleh wanita itu.
"Terserah kamu mau bilang apa sama aku, Na. Yang penting, aku udah ngomong sama kamu bahwa masih cinta. Aku pengen kita balikan kayak dulu lagi."
"Kataku nggak, ya nggak! Kamu gak denger ya?!" Kiana sengaja meninggikan suaranya dengan keras.
Andre terdengar mengembuskan napas panjang. Saat ini ia masih gagal untuk mendapatkan hati Kiana. Namun, ia akan terus berjuang untuk meluluhkan hati sang mantan. Ia akan melakukan apa saja untuk membuat Kiana kembali lagi ke pangkuannya.
"Oke, Na. Aku gak akan maksa kamu. Tapi, yang jelas aku akan berjuang terus buat mendapatkan kamu kembali," ucap Andre dengan sungguh-sungguh.
"Jangan mimpi deh, kamu bisa balikan sama aku, Ndre! Aku udah gak ada perasaan apa-apa lagi sama kamu!"
"Kamu boleh ngomong kayak gini, Na. Tapi, kamu gak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Apakah kamu kembali lagi sama aku atau nggak."
Kiana tak ingin lagi mendengar ucapan Andre. Ia menyuruh pria itu untuk segera ke luar dari rumahnya. Bertemu dengan sang mantan malah membuat perasaannya jadi kacau balau. Ia perlu menenangkan diri sekarang juga.
"Mending kamu pulang sekarang deh, Ndre! Aku gak mau lihat muka kamu lagi ada di sini," ujar Kiana sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah pintu ke luar.
"Tapi, Na–"
"Pulang sekarang juga! Kalau kamu masih ada di sini, aku bisa panggil satpam buat ngusir kamu sekarang loh." Kiana ingin Andre segera pulang dari rumahnya. Kalau pria itu menolak, maka ia akan memanggil satpam di luar.
"Oke, oke, aku akan pulang sekarang juga. Itu yang kamu mau kan?" Andre hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Kiana tak sabar lagi ingin Andre segera ke luar. Ia mendorong-dorong tubuh pria itu karena sudah merasa muak melihatnya. Andre hanya bisa pasrah diperlakukan dengan cara seperti ini.
Setelah Andre sudah berada di halaman depan, Kiana pun langsung masuk ke rumah dan menutup pintunya. Dengan langkah gontai, Andre mulai masuk ke dalam mobilnya. Ia belum menyalakan mesin mobil tersebut, tapi masih memperhatikan rumah Kiana.
"Aku harus bisa balikan sama kamu lagi pokoknya! Gak ada yang boleh memiliki kamu selain aku, Na!" ucap Andre dengan nada kesal.