Hanako berusaha keras untuk mengatur tempo detak jantungnya. Tubuh kekarnya Kazuo menempel lekat dengan tubuhnya saat ini, kedua tangan kekasihnya itu memeluk hangat pinggang kecilnya dari belakang.
Gadis itu kembali melanjutkan kegiatan makannya, satu buah roti isi cokelat buatan Kazuo sudah habis dimakannya. Tangannya kini meraih cangkir disebelah piring roti itu, diteguknya beberapa kali untuk menghilangkan rasa hausnya.
Kazuo, dia hanya diam menatap setiap pergerakan dari gadis itu dengan matanya.
"Aku bosan" kata gadis itu dengan tangannya yang sudah meletakkan cangkirnya itu.
"Enaknya ngapain?" tanya kekasihnya yang saat ini semakin mempererat pelukannya di pinggang Hanako, memberi kehangatan dari tubuh atletisnya.
"Tidak tahu" jawabnya. Hanako mengambil satu roti lagi dari atas piring lalu mengarahkannya kedepan wajah Kazuo.
"Makan" pintah Hanako.
"Aah pacarku ini baik sekali" godanya, kemudian mulutnya dibuka siap melahap roti ditangannya Hanako.
"Kau juga makan" ucap Kazuo dengan menggenggam tangan Hanako yang memegang roti itu, mengarahkan tangan kekasihnya didepan wajahnya.
"Eh ini bekasmu, aku tidak mau" protes gadis itu.
"Makan"
"Tidak itu bekas mulutmu Kazuo"
"Sudah kubilang jangan panggil Kazuo, panggil aku Keiji"
"Tidak mau"
"Kirei" pintahnya.
"Aku tidak mau Keiji" patuhnya cepat.
"Makan, kenapa emangnya kalau bekas mulutku? kita ini pacaran loh"
"Hei itu ciuman tidak langsung" protes Hanako lagi.
"Ciuman tidak langsung?" tanyanya dengan suara gumaman, kemudian terlukis jelas diwajah tampannya smirk khas miliknya.
"Jadi kau maunya ciuman langsung ya?" goda Kazuo.
Semburat kemerahan muncul kembali dikedua pipi mulusnya Hanako, tidak pernah ada yang menggodanya seperti Kazuo selama ini.
Gadis itu membuang mukanya kearah yang berlawanan dengan tatapan Kazuo, tidak ingin menunjukkan wajah malunya pada kekasih barunya itu. Baru saja beberapa jam yang lalu berpacaran, lelaki itu sudah menggodanya seperti sekarang.
"Hei Kirei, aku tidak menolak kalau kau maunya langsung".
BLUSH!
to be continued-