Setelah perpisahan dengan wanita pemilik bola mata blue corundum yang hingga detik ini namanya tak kuketahui, aku pun kembali menemui pemilik toko karena pedangku belum kuambil, masih di sana.
"Pak, aku akan mengambil pedangku, terima kasih sudah membantuku memperbaikinya," ucapku pada sang pemilik toko, walau sebenarnya ada rasa malu dalam hatiku jika mengingat biaya perbaikan pedangku ini dibayarkan oleh wanita tadi.
"Nona tadi kau mengenalnya?" tanya sang pemilik toko alih-alih menyerahkan pedangku yang kuminta.
"Hm, tidak bisa dikatakan mengenalnya karena aku bahkan tidak mengetahui namanya," sahutku jujur.
"Kau tidak tahu namanya tapi kalian terlihat dekat. Dia bahkan sampai membayarkan biaya perbaikan pedangmu?"
Aku mengembuskan napas pelan, kembali rasa malu ini naik ke permukaan jika mengingat yang membantuku membayar biaya perbaikan pedang adalah seorang wanita asing yang baru kutemui.
