Kedua mataku memicing tajam, tertuju pada sosok pria yang masih berdiri di sampingku.
"Boleh aku duduk di sampingmu?" tanyanya lagi karena aku yang tak kunjung memberikan respons.
"Ya, tentu," sahutku akhirnya dan aku pun mengambil tas ransel yang semula kuletakkan di kursi kosong sebelahku agar dia bisa menempati kursi tersebut.
"Terima kasih," ucapnya seraya mendudukkan diri.
Aku masih penasaran siapa gerangan orang ini karena dia yang mengetahui namaku padahal aku belum mengenalkan diri padanya. Aku juga belum pernah bertemu dengannya.
"Kau ini siapa? Kenapa tadi menyebut namaku?" Aku bertanya tanpa basa-basi karena aku ingin segera mengetahui alasan dia bisa mengetahui namaku.
"Karena aku tahu namamu adalah Elliot."
Aku memutar bola mata, padahal itu sesuatu yang sudah jelas. Padahal bukan hal ini maksud pertanyaanku. "Maksudnya dari mana kau tahu namaku Elliot padahal aku belum mengenalkan diri, aku juga tidak merasa pernah bertemu denganmu sebelumnya?"
