Aku dan Lia tidak main-main dengan ucapan kami, setelah berbincang cukup lama dan merencanakan banyak hal di ruang laboratorium orang tua Lia, kami pun memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan bersantai. Kami berbincang ringan hingga tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Perutku yang sempat diisi dengan makanan yang kami beli di restoran, kini sudah meraung-raung minta diisi.
"Lia, apa ada makanan di rumahmu?" tanyaku, walau ada rasa malu, tapi karena rasa lapar ini nyaris tak tertahankan, aku pun memberanikan diri menanyakannya pada Lia.
Lia menggelengkan kepala. "Tidak ada. Aku sudah mengatakannya tadi, tidak ada makanan apa pun di rumah karena itu aku mengajakmu membeli makanan di restoran. Kenapa? Apa kau sudah lapar?"
Aku yakin wajahku memerah karena tengah menahan malu, aku terkekeh seraya menggaruk belakang kepala yang tak gatal, bisa dikatakan ini kebiasaanku dikala aku sedang salah tingkah dan menahan malu.