Masa lalu seakan tertarik oleh tatapanku ketika melihat sosok wanita ini. Seseorang yang paling kukenal kali ini membuatku merintih melihat ke tidak berdayanya ia duduk menekuk di sudut ruangan. Dengan pancaran bola mata ketakutan lagi terjerat dalam kisah yang paling pilu.
Aku mencoba meraih tangannya, Mona Sandiara.
"Aku mencarimu ke mana-mana," lirihku.
Ia menarik cepat tangannya ketika aku mencoba mendekap jari jemarinya. Tatapan kini berubah menjadi takut dan tak berani melihatku.
"Aaaaa ...," teriaknya.
"Pergi, pergi!!"
Teriakan bahkan membisingkan suasana yang tadinya sempat tenang dan sunyi. Namun, ia meronta-ronta dalam gerak-gerik tangan dan kaki mencoba menjauhi kami.
Ia menjerit dalam ruangan kamar dengan segala ketakutannya.
"Kakak, ini aku Emira!"
Aku pun tak kuasa menahan sakit yang ia pikul.
Aku maju dan perlahan meraih tangannya, "tenanglah! Aku tidak akan menyakitimu," lirihku mengangguk.
