Debaran jantung ini mengatakan sesuatu, mengirim pesan tanpa suara, menggetarkan raga yang akan merespons diri untuk lebih peka menatap sosok pria yang ada di hadapanku. Jebran, tubuhnya bergerak dan mendekapku dengan hangat.
Sungguh aneh pilihanku dan pilihannya. Apa benar ini terlalu cepat? Aku merasakan waktu yang akan segera pergi lebih cepat.
Aku bahkan tak percaya ini, ikatan cinta ini merayap kalbuku.
Aku mengendurkan perlahan, melepas dekapannya. Ia pun meraih tanganku untuk berjalan menjauhi rumahnya. Berbalik dan kembali untuk berbincang sesaat.
Di taman ini kami duduk sambil termangu diam.
"Apa yang membuatmu sakit?" tanyaku sembari memperhatikan lukanya.
"Hem," sahutnya menarik tangan yang berbalut perban.
"Bukan apa-apa," sebutnya.
"Hemm ...."
Aku mengembuskan napas dari dalam hidung. Merunduk dan menatap lantai, lalu mendongakkan pandangan menatap remang lampu jalanan menghiasi taman.
"Minggu depan aku akan pindah dari sini," ungkap Jebran.
