Pertanyaan apa yang membuat Jebran berhenti memasukkan nasinya ke dalam mulut? Hingga matanya berhenti menatap ibuku yang tiba-tiba melontar pertanyaan.
"Oh, maaf. Bukan maksud bibi menyakitimu, tapi bibi hanya penasaran saja."
"Tidak apa-apa, Bi. Mungkin, aku lebih nyaman tinggal sendirian di apartemen. Bulan depan aku juga harus pindah ke rumah pribadiku," ungkap Jebran.
"Baguslah! Kau sangat dewasa dan bertanggungjawab! Tidak sia-sia tuan Carlos memiliki anak setampan dan sebaik dirimu!" puji ibuku—Maila.
"Ah, jangan berlebih, Bi. Aku hanya anak nakal yang berusaha menjadi baik," gerutu Jebran.
"Memangnya kenapa? Apa salah anak nakal jadi baik? Itu kan bagus!" sebut Maila ibuku.
"Haha, benar juga, Bi," kekeh Jebran melanjutkan beberapa butir nasi putih dengan lauknya.
Jebran bahkan melahap seluruh makanan yang ada di dalam piringnya sampai tak bersisa sama sekali. "Wah, masakan bibi enak sekali! Aku sampai buncit memakannya."