Sinarnya orange kini semakin tenggelam, terbias cahaya orange menerawang jalanan di balik celah dedaunan. Gelap malam berselimut kabut di antara beberapa jalanan lorong. Gedung itu masih terlihat senja dengan kesepian tak bergeming.
Brak!
"Mundur!!!" Teriakan itu berasal dari seseorang berjubah hitam. Sosok Jebran mulai terlihat di dalam bangunan. Dilan yang terduduk lemah menatap kaget saat ketiga berhasil membuntuti dirinya.
"Jebran?" ucap Dilan pelan.
Mehmed dan sepuluh anak buahnya memberikan kesan curiga lagi marah ke arah Dilan. Dengan cekatan, Mehmed meraih tubuh Dilan untuk menjadi sandera utamanya. Akan tetapi, di mana Riffat berada? Semua merasa curiga dan khawatir.
Jebran tetap menyodorkan pistol ke arah Mehmed dan pasukannya dengan senyuman licik. Langkahnya sesekali maju tanpa rasa khawatir ataupun takut.
"Jangan mendekat! Akan kutembak bocah ini," cecah Mehmed mendekap tubuh Dilan.