Masih di posisi yang sama, aku dan kedua pria tampan itu saling menatap ke arahku. Setelah sebuah pertanyaanku mengarah pada Jebran, akhirnya Dilan menjulurkan gulungan kertas ke arahku.
Mataku mulai memperhatikan gulungan kertas itu dengan jelas. Tanganku meraih gulungan kertas itu dengan perlahan dari tangan Dilan yang menjulur panjang. Tatapan keduanya menunggu diriku untuk membukanya.
Membukanya perlahan, lalu mataku memperhatikan setiap detail tulisan yang menjadi kata terakhir tanpa suara itu terlihat di depan mataku.
Mataku terus merayap ke seluruh kata-kata yang berderetan tanpa henti ini. Hingga menuju ujung kata dari ujung kalimat, aku pun menengadah pelan ke arah Jebran dan Dilan secara bergantian.
"Apakah kau akan ke sini?" tanyaku pada Dilan.
Jebran hanya merundukkan pandangan, "Aku harus pergi dulu," pungkasnya sambil membalikkan badan.
Dilan melihat kepergian Jebran lalu menjerit ke arahnya, "Jebran!" jeritnya.