Aku melihat bulan yang menangis karena bintang tak sempat bermunculan. Aku pun segera beranjak demi menguatkan diri Jebran dari kalutan duka.
"Sudah semakin malam, aku jadi membuat ibuku semakin khawatir saja," lirihku.
Jebran pun berdiri di sampingku lalu meraih tanganku untuk bersama-sama pergi dari taman ini.
Kemudian kami melangkah menuju kembalinya pulang. Tidak jauh lagi langkah ini berhenti, tetapi malam dengan cahaya redup semakin merindu.
Jebran menguatkan genggaman tangannya di antara langkahku. Akhirnya, kini berhenti ketika sudah melihat dua mobil yang terparkir rapi.
Jebran melirik dan membelokkan badannya untuk menatapku lebih jelas.
"Masuklah! Besok, aku ingin menghadiri pemakaman bawahanku. Setelah itu, aku akan mengunjungi pemakaman kakak Dilan yang memang disediakan tempat tak jauh dari sana," ujar Jebran.
"Hm, aku akan menunggumu di sana," sahutku.
